BAB DUA
PERPISAHAN
Tiga hari kemudian dengan waktu yang serba mepet, acara perpisahan itu digelar. Acara itu diadakan sebagai tanda perpisahaan dengan Pak Edward Gozali yang telah memimpin cabang perusahaan di Surabaya selama hampir lima tahun. Pak Edward sudah menjadi branch manager di perusahaan food supply ini sejak pertama kali dibuka cabang pertama di Surabaya. Waktu itu dikirm beberapa tenaga expert dari Jakarta seperti Yogi Arief dibagian Purchaisng, Dirgantoro sebagai Finance and Accounting, Chandra Mahendra sebagai operasional, Lingga Kasman sebagai HRD dan tambahan satu orang sebagai wakil dari Dirgantoro yaitu Wahyudin. Lima orang itu ditempatkan di Surabaya sebagai leader untuk memajukan cabang pertama di Surabaya.
Setelah hampir lima tahun, mereka harus melepas Pak Edward yang berperawakan agak subur tapi tidak tambun. Pak Edward yang pertama membangun cabang Surabaya dengan gigih dan kekeluargaan yang hangat. Lima tahun bersama dengan Pak Edward adalah saat yang menghangatkan, berkat kepemimpinan Pak Edrwad berbuah hasil selama lima tahun, cabang pertama di Surabaya ini mampu meraih sukses dan meningkatkan omzet dengan gemilang. Sayang Pak Edward harus berpisah dengan para bawahannya dan staf-stafnya. Selain karena istrinya yang menjadi dosen di sebuah perguruan tinggi di Australia di Sydney tepatnya, Pak Edward pun mendapat pekerjaan di sana sebagai manager di sebuah perusahaan.
Panggung yang tidak tinggi itu dibangun di gudang yang sudah dirapihkan, makanan sudah ditata rapih di meja, dan para karyawan duduk-duduk di kursi menunggu acara dimulai. Masih menunggu kedatangan Berny dan beberapa direktur serta perwakilan dari kantor pusat dari Jakarta. Pak Edward berbaju rapih dengan kemeja biru muda ditambah dengan celana warna biru tua, wajahnya bersih dari kumis dan janggut, wajah tembemnya berseri-seri meski di matanya tergambar kegeliasahan yang seakan bergelayut tak bisa dihapus begitu saja.
Pak Edward duduk dan bercengkrama dengan beberapa staf. Yogi masih duduk di ruangannya dengan hati yang sejak semalam tak dapat ditentramkan, dia masih berpikir negatif dengan kehadiran Berny. Apalagi mulai hari ini, esok dan akan dating, Berny akan menjadi atasannya, akan setiap hari berada dihadapannya. Masih sulit bagi Yogi membuang segala kemungkinan yang belum tentu terjadi, Yogi selalu menghimpun kekhawatirannya sendiri. Yogi belum bisa memecahkan cengkraman ketakutannya.
Suara Yuni yang menjadi pembawa acara terdengar memanggil-manggil para karyawan yang masih belum berada di panggung acara, Yuni akan segera membuka acara karena Berny sudah datang. Yogi makin berdebar ketika tahu bahwa Berny sudah datang beserta keluarga. Ada sesuatu yang mengguncang tiba-tiba dihati Yogi, dia merasa tidak nyaman, merasa ada yang mengusik dihatinya yang tidak damai. Ada apa ini?
Dengan malas akhirnya Yogi berjalan ke tempat acara, karena tidak mungkin Yogi menghindar dari acara besar seperti ini di kantornya. Di kejauhan memang terlihat keramaian, suara organ tunggal yang disewa berbunyi dengan santai menyenandungkan lagu tembang kenangan yang biasa didengar disetiap acara perpisahan. Para karyawan duduk dengan rapih. Yogi berjalan, lewat dari arah sebelah kiri panggung supaya tak mengganggu. Kemudian Yuni meminta Yogi untuk berdiri di atas panggung yang tingginya hanya 20 senti meter bersama dengan Chandra, Lingga, Toro, Wahyudin dan Pak Edward untuk menyambut kedatangan Berny. Dengan rasa was-was yang kian menjulang tinggi dihatinya, Yogi berusaha menenangkan diri. Toro yang melihat perubahan wajah Yogi tersenyum sambil bertanya kenapa harus tegang begitu? Yogi diam dan berusaha mengalihkan pandangan ke arah lain agar tak terfokus pada kedatangan Berny.
Napasnya ditarik supaya melegakkan paru-parunya yang seperti terhimpit, agar rongga dadanya memberi ruang buat jantung memompa darahnya yang terasa menggumpal. Ditenang-tenangkan wajahnya supaya tampak gembira. Lama sekali waktu bergerak, begitu juga lama sekali Berny sebagai bintang utama muncul, padahal Yogi dan teman-temannya berasa pegal berdiri.
Kemudian Yuni mengabarkan dan menyambut kedatangan Berny beserta keluarga. Ya Berny datang dengan istri dan seorang bayi yang digendong. Dari kejauhan Yogi memfokuskan pandangannya ke arah Berny dan istrinya yang berbaju sepadan, memakai motif batik warna hijau. Semakin dekat langkah Berny semakin hati Yogi kembali bergejolak, sial! ‘ada apa ini?’