BAB TIGA
REMASAN PERTAMA
Namanya Maryatun tidak punya nama kepanjangan. Seorang sekretaris yang diminta segera oleh Berny untuk mengingat begitu banyak program yang akan dijalankan oleh Berny nantinya, maka terpilihlah Maryatun, Tadinya sekretaris itu akan diganti karena Toro tidak cocok dengan sikap dan pembawaan Maryatun yang kelewat rame dalam berpenampilan, serta ketidakmampuanya dalam hal menulis surat karena latar belakang Maryatun adalah sarjana kimia, mungkin karena susah mencari kerja di bagian yang sesuai dengan bidangnya Maryatun menyerah dan mengikuti saja kemana nasib membawanya pada sebuah pekerjaan sekretaris yang tidak banyak dia tahu.
Awalanya bukan Maryatun yang akan direkrut oleh Lingga, ada seseorang yang memang lulusan dari akademi sekretaris yang lebih capable menjadi seorang sekretaris, namun entah kenapa pilihannya jadi ke Maryatun. Semua seperti terkena bius pelet dari Maryatun, bahwa dirinyalah yang kepilih jadi karyawan di bagian sekretaris. Kendati demikian Lingga setengah mati mengajari Maryatun soal tata cara bekerja menjadi sekretaris, diberinya Maryatun buku bimbingan cara menulis surat ala sekretaris sampai pada hal-hal apa saja yang menjadi tanggung jawab seorang sekretaris. Lambat laun akhirnya Maryatun sedikit mengerti dan paham.
Berny tak berkomentar soal sekretaris barunya, karena campur tangan istrinya pula ternyata bahwa hanya Maryatun yang pantas mendampingi Berny menjadi sekretaris. Ada pertimbangan pribadi bagi Ningsih kalau menempatkan sekretaris terlalu cantik, itu hanya Ningsih yang tahu.
Maryatun berwajah pucat dengan hidung lancip, bermata bulat dan berdagu lonjong seperti nenek sihir, berkaca mata yang tak sesuai dengan bentuk wajahnya yang lonjong. Kaca matanya bulat dengan tangkai kaca mata berwarna emas, duh! Yang paling extraordinary adalah pakaiannya selalu tidak sesuai dengan tubuhnya. Sekali waktu dia memakai pakaian semi jas dengan panjang selutut persis seperti orang eropa yang kedinginan, lalu dipadukan dengan syal yang menutupi lehernya yang panjang, sementara bawahannya memakai rok yang sempit sampai semata kaki. Seperti orang baru terkena tabrak lari, jalannya menjadi kacau karena rok sempit yang panjang. Kamu menyiksa diri di Surabaya yang panas bukan main Tun!
Dilain hari dia memakai baju berwana kuning dengan bunga-bunga yang super norak, bawahanya memakai rok lebar membungkus tubuhnya yang kurus dan pucat. Belum lagi ditambah dengan bando dengan gambar bunga yang sedang mekar. Persis orang gila!
Yang lebih parah sekarang, pakaiannya seperti orang yang akan ikut kontes dangdut. Memakai atasan berlipat-lipat dan bergaris-garis warna hitam dan puith dengan tali yang hanya seutas seperti tali bungkusan seperti tukang sayur, bergantung di pundaknya yang tulang melulu. Ditambah dengan celana panjang yang juga bergaris-garis. Persis narapidana di film-film komedi.
Gaya bicaranya kurang enak, suaranya amat cempreng dengan bantuan pita suara yang mungkin terbelah dua, sehingga udara yang menghasil suara pas melewati pita suara seperti sember terkena angin. Selain berpakaian serba aneh, hobinya pun aneh, setiap pagi dia harus memakan telur rebus sebanyak empat biji tanpa nasi atau yang lain, katanya biar banyak protein. Ya protein banyak, tapi kamu kentut jadi bau Tun!
Maryatun semakin banyak gaya dan meningkat derajatnya karena Berny amat tergantung pada sekretaris untuk urusan hal-hal apa pun juga. Siapa saja karyawan yang membuat Maryatun susah akan dia laporkan ke Berny dengan cara yang berlebihan. Jadi si Siti yang office girl itu takut sekali berbuat salah kalau sang sekretaris menyuruh sesuatu diabaikan, mending Siti melepas pekerjaan lain dari pada sekretaris teriak-teriak karena tidak mendapat pelayanan terbaik dari dirinya
Berny menempati jadi Branch Manager dan Maryatun jadi sekretaris, kebijakan-kebijakan baru sudah bergema. Berny meminta pada Lingga untuk semua para kepala bagian harus melaporkan semua hasil pekerjaannya setiap minggu pada sekretaris, jika tidak melaporkan maka akan terkena sangsi, entah sangsi apa. Maka dari semua departeman dibuat terbirit-birit melaporkan hasil kerjaannya selama seminggu, merepotkan! Lalu Maryatun akan membuat laporan mingguan pada Berny dan dievaluasi sendiri.
Kebijakan lain adalah setiap kepala bagian harus melaporkan rencana kegiatan mingguan tentang pekerjaannya. Edan! Rencana apa coba? Dalam seminggu harus melaporkan rencana pekerjaan? Buat apa? Bukankah sudah tahu per departemen itu apa pekerjaannya? Chandra yang terkenal lemot di bagian operasional harus pontang-panting mengerjakan pekerjaan yang banyak terbengkalai. Ditambah dengan masalah keluarganya yang terbelit masalah yang tak kunjung reda, maka dapat disimpulkan bahwa departemen yang dipegang Chandra-lah yang paling lama memberikan laporannya, berarti Maryatun akan dengan senang hati melaporkan tentang Chandra yang selalu terlambat memberi laporan, ditambah dengan bumbu-bumbu, malaslah, ignorance-lah, dan Berny percaya itu memang masalah Chandra.