LELAKI DITITIK NADIR

Bhina Wiriadinata
Chapter #4

BAB EMPAT KUNJUNGAN NYONYA BESAR

BAB EMPAT

KUNJUNGAN NYONYA BESAR

 

Di hari-hari berikutnya kepemimpinan Berny berjalan dengan penuh perubahan kerja dimana-mana, dari bagian terkecil sampai bagian yang besar-besar, semua dirombak dengan tidak mengenal kompromi. Mau tidak mau, suka tidak suka semua harus ikut aturannya. Termasuk dibagian Yogi, rupanya Berny sangat konsen sekali memerhatikan pekerjaan Yogi, entah karena memang ingin ada perubahan yang baik atau karena hal lain. Yogi menyimpulkan, rupanaya alasan kedua lebih masuk diakal. Karena pekerjaan yang ditangani Yogi sebagai asisten manager purchasing tidak ada hal yang perlu diperbaharui, semua sudah berjalan sesuai aturan dengan system yang cukup baik berjalan. Demi untuk tidak memperuncing masalah lama dengan Berny, lebih baik Yogi mengalah saja dan tidak mau memperdebatkan pekerjaan dengan masa lalu.

Meski demikian Yogi bukan berarti tidak mengeluh, keluh kesahnya dia ceritakan pada Toro sahabatnya paling dekat. Dan Toro pun demikian, tidak berani membela atau membantu menyelesaikan, dia hanya menyarankan agar ikuti saja apa maunya Berny. Karena tidak dapat penyelesaian maka telan saja apa yang diinginkan Berny.

Selain pekerjaan ada sesuatu yang selalu membuat Yogi merasa tertekan, yaitu kehadiran Ningsih-istri Berny ke kantor saban hari sabtu. Karena di hari sabtu kantor buka sampai setengah hari. Kehadiran Ningsih benar-benar mengganggu konsentrasi kerja Yogi, setiap Ningsih datang dia selalu memasuki ruangan kerja Yogi sambil menggendong anaknya yang masih berumur empat bulan. Awalnya Ningsih bercerita soal ha-hal biasa, tapi diakhir-akhir selalu saja membawa masa lalu yang tak ingin dibahas oleh Yogi. Okie dan Novi merasa risih karena Ningsih berlaku tidak pantas, yaitu meneteki anaknya di depan meja Yogi yang entah apa maksudnya. Yogi menjadi kikuk sendiri karena Ningsih seenaknya saja mengeluarkan buah dadanya dihadapan Yogi tanpa rasa sungkan.

“Saya sudah kenal lama dengan Pak Yogi, sudah seperti saudara…”

Begitu alasanya, dan Okie membuang muka karena tak tahan melihat buah dada Ningsih yang melimpah.

Yogi bisa saja meninggalkan Ningsih di ruangannya, tapi itu menjadi serba salah karena takut Ningsih memutarbalikan kata-katanya ke suaminya, Yogi tahu betul sifat Ningsih seperti apa? Ningsih pandai memutarbalikkan kata dan fakta! Jadi dibiarkan saja Ningsih duduk di kursi depan mejanya sambil memberi ASI pada anak perempuannya.

Ningsih bercerita bahwa dia sudah mempunyai dua anak dari hasil perkawinannya dengan Berny. Yang satu sudah berumur tujuh tahun. Dia sekarang hidup senang setelah rentetan peristiwa yang terjadi antara dia dan keluarga Berny. Sekarang keluarga Berny dapat menerima dirinya dengan baik, bahkan Ningsih sekarang sudah punya rumah di Jakarta dan keluarga dari kampungnya sekarang yang mengisi rumahnya karena mereka pindah ke Surabaya.

“Kamu masih menyimpan rasa ke saya, Yogi?”

Pertanyaan itu membuat Okie dan Novi seketika menatap ke arah Yogi yang sedang berhadapan dengan Ningsih. Sedang Yogi seketika menghentikan pekerjaannya dan menatap tajam ke arah Ningsih yang kali ini sangat menyebalkan berlipat-lipat. Kenapa hal seperti itu dipertanyakan? Disini? Di ruang ini? Di kantor ini? Di depan staf-stafnya!

Ningsih senyam-senyum tanpa rasa malu mempertanyakan hal-hal begitu rupa dihadapan orang yang bukan siapa-siapanya. Yogi tak menjawab, hanya menatap dengan mata yang sangat tidak dia suka.

“Sudahlah, Ningsih!”

“Apa kamu bilang? Ningsih? Saya istri Bos kamu, ingat itu!!”

Yogi diam, memandang ke arah lain sambil berusaha menahan emosi agar tak meledak, Novi dan okie yang tidak enak mendengar pembicaraan itu bertanya-tanya sambil bingung mau ngapain. Akhirnya mereka keluar dengan sikap kaku dan bingung sendiri.

“Kamu tidak pantas membicarakan masa lalu di sini!”

“Kamu??? Sekali lagi saya ingatkan! Saya istri Bos kamu sekarang!!”

Yogi tidak tahan maka dengan terpaksa dia tinggalkan Ningsih di ruangannya, Yogi tak mau berdebat dan memperpanjang urusan masa lalu. Sementara Ningsih tersinggung karena ditinggalkan seorang diri di ruangan.

Lihat selengkapnya