LELAKI DITITIK NADIR

Bhina Wiriadinata
Chapter #5

BAB LIMA PERANG ANTAR BAGIAN

BAB LIMA

PERANG ANTAR BAGIAN

 

Gudang sedang penuh barang, semua karyawan sibuk memutar otaknya masing-masing guna memperlancar pekerjaannya. Didit kepala gudang yang masih keponakan Ningsih sedang berkonsentrasi penuh mengatur penempatan barang-barang yang datang bertubi-tubi, Didit merasa stress dengan kedatangan barang yang tak beraturan, sementara anak buahnya yang susah diatur memaki-maki dirinya karena tidak mampu mengatur para pengirim barang yang tidak sabar untuk segera diterima barang-barangnya.

Terlihat kepanikan di wajah Didit yang tak bisa menangani kerepotan. Suaranya dikeras-keraskan sambil mengisap rokok yang dari tadi tak lepas dari bibinrya yang hitam. Bukannya hanya Didit yang sibuk, Chandra pun demikian, dia merasa susah bergerak untuk memasukan barang-barang yang sudah dikemas untuk dimasukan ke container yang juga antri di loading dock. Maka terjadilah adu mulut antara Didit dan Chandra di gudang yang bising dan crowded . Chandra menyalahkan Didit karena tak mampu mengatur para supplier yang menyimpan barang dimana saja dan seenaknya. Sedang Didit merasa benar karena gudang adalah daerah kekuasaannya.

Terjadilah saling teror mengumpat dengan kasar di depan para bawahannya dan di depan para pengirim barang, sementara anak buah meraka hanya tertawa-tawa melihat atasannya saling cemooh dan marah.

Yogi yang hendak mengkonfirmasi ke pengirim barang di gudang tiba-tiba disemprot oleh Didit yang sedang stress karena ketidakmampuannya.

“Yogi!! Gimana sih datengin barang seenaknya!! Harusnya dijadwal dong!! Jangan didatangkan sekaligus hari ini!! Bisa kerja gak sih!!”

Yogi langsung menatap Didit yang dengan seenaknya berkata dan memarahi dirinya di depan anak-anak gudang dan para pengirim barang. Yogi tidak terima karena Didit menyebut dirinya tanpa kata pak, yang biasanya dia sebutkan! Bukan masalah itu bagi Yogi, tapi Didit berani membentak-bentak dirinya dihadapan orang banyak.

“Heh, Kepala gudang dodol!! Itu urusan lu!! Kerjaan lu!! Kalau gak bisa kerja sana minta pindah sama Bos kamu ke bagian sekretaris!!”

Didit menatap mata Yogi dengan tajam sambil menghembuskan asap rokoknya, sedang Yogi tak perduli dengan tatapan manusia yang tak tahu aturan. Jelas-jelas tertulis di larang merokok di gudang, seenaknya saja dia menghisap racun nikotin dan menyemburkan kesagala arah dari tadi.

“Kamu yang gak bisa ngatur tuh! Ngdatengin barang seeanaknya! Dibayar berapa kamu sama supplier?”

Didekati Didit dengan amarah dan ditunjuk-tunjuknya muka Didit oleh Yogi dengan kata-kata yang membuat Didit shock dan membokar kelemahannya

“Dapat berapa? Banyak!! Kenapa? Sirik?! Sekarang saya mau tanya sama kamu! Dapet berapa duit kamu menerima gula merah yang tidak bermutu itu dan memaksa saya membuka PO dengan persetujuan Berny – yang paman kamu itu! Dan bagaimana tuh  berkilo-kilo gula merah yang gak kepake itu?  Hah?!!”

Iya, sudah hampir dua bulan supplier gula merah yang direkomendasikan oleh Didit dan pamanya yaitu Berny dan memaksa Yogi untuk memindahkan pembelian gula merah berkarung-karung ke supplier baru, yang nyatanya supplier itu adalah bapak dari Ningsih! Kemudian gula merah itu tidak bisa dipakai di lokasi dan dikembalikan karena mutunya tidak baik. Ketika itu diminta ditukar ke supplier si supplier tak mau mengganti, sementara Didit dan Berny angkat tangan dan menyalahkan Yogi karena tidak memeriksa bagaimana kualitas gula yang akan dikirim!

Yogi geram dan mendorong Didit untuk mengakui sewaktu menerima kualitas gula tersebut ketika dikrim. Dewi – bagian quality control saat itu diminta menerima saja gula tersebut oleh Didit, Dewi tidak mau karena memang kualitas gula merah yang berjumlah dua ton itu tidak layak untuk diterima karena jelek dan banyak mengandung kutu dengan bukti surat keterangan yang ditandatangani oleh Dewi sendiri. Namun akhirnya gula merah itu diterima sendiri oleh Didit setelah berkonsultasi dengan Berny. Maka yang terjadi selanjutnya sudah bisa dipastikan, gula merah itu ditolak di lokasi dan dikembalikan minta diganti dengan kualitas yang lebih bagus. Didit tak komentar, Berny diam dan Ningsih nyengir karena pembayaran gula tersebut minta dipercepat.

Lihat selengkapnya