BAB SEMBILAN
PEMBUKTIAN
Yogi menutup matanya dengan tangannya, dia membayangkan betapa semua orang akan kaget mendengar cerita bohong itu jika dipercaya, cerita itu bertambah rumit ketika saksinya adalah seorang suami Ibu Kermuning yang sangat dihormati di kawasan rumahnya. Belum lagi teman-teman di supermarket-nya, juga keluarganya? Pikiran Yogi tak karuan, dia tak punya saksi lain, yang tahu tentang kejadian itu hanya dirinya, Ningsih dan suami Ibu Kemuning. Dunia seperti sedang mengukungnya untuk sesuatu yang tak bisa dipercaya terjadi pada dirinya.
Esoknya dengan modal nekad Nina datang dengan berlinang air mata, Nina tak percaya demi melihat kekasihnya berbentuk seperti ayam adu yang habis bertarung dengan kekalahan tanpa perlawanan. Wajah memar dimana-mana dengan darah menggumpal dan biru-biru warna lukanya. Nina yang melankolis tak dapat berkata-kata, dia hanya memegang tangan Yogi sambil tersendu-sendu.
“Aku percaya sama kamu, kamu lelaki baik Yogi, sudah saya bilang kamu pindah dari sini…”
Suaranya kalem dan terisak-isak, Nina tak rela melihat wajah kekasihnya yang penuh kesakitan. Diusapnya tangan Yogi dengan lembut, sementara Iqbal duduk disamping Yogi dengan muka penuh cara untuk membuktikan bahwa sahabatnya tidak bersalah dan tidak melakukan hal yang tak terpuji. Iqbal tahu betul siapa Yogi, hampir dua tahun dia bersama dengan Yogi bekerja di supermarket, ini adalah supermarket ke empat yang mereka singgahi setelah dipindah-pindah oleh manajemen dan akhirnya mereka berkumpul kembali di supermarket yang baru ini. Meski sempat berpisah karena lokasi supermarket yang berbeda namun Iqbal yakin bahwa prilaku Yogi tetap baik.
Yogi meyakinkan Nina bahwa semua akan baik-baik saja, Yogi berharap Nina cepat pulang karena situasi lagi tidak mendukung untuk Nina memberi dukungan pada Yogi. Begitu pun Iqbal berharap agar Nina sebaiknya tidak ke tempat kos dulu, karena mereka akan menyelesaikan permasalahan ini dengan cara mereka. Nina menurut dengan pesan dari Iqbal agar apa yang dia dengar dan dia lihat tak usah siapa pun tahu, biar semuanya selesai dan jelas dulu menempatkan permasalahan ini.
Hari-hari berikutnya luka Yogi mulai membaik, Yogi bersama Iqbal gencar mencari tahu soal Ningsih yang sekarang-sekarang ini sering tidak masuk kerja karena sakit, wajahnya pucat dan hampir setiap hari dia muntah-muntah. Walau mereka tahu itu tanda-tanda hamil, namun siapa dalang dibalik itu semua? Adakah pacar Ningsih? Atau adakah pekerjaan lain selain menjadi SPG parfum?
Tentu hanya Ida yang tahu, selain teman satu SPG, Ida juga teman satu kos-nya, tentu akan banyak tahu soal Ningsih. Ida tahu tapi dia terbentur dengan perasaan eggak enak, karena Ningsih yang memberi dia pekerjaan dan mengajaknya kos bareng dengan biaya dari Ningsih, Ida jadi merasa berhutang dan tak mau membuka aib temannya. Iqbal tidak puas dengan pernyataan Ida, Iqbal ingin menolong Yogi.
“Kamu harus katakan yang sebenarnya Da…!” Kata Iqbal setengah mengancam
“Gue gak bisa Bal! dia temen gue, dia yang ngajak gue kerja dan gue lagi butuh duit buat berobat nyokap gue!”
“Tapi Da, lu gak mungkinkan ngorbanin temen gue? Yogi gak salah, gila! Masa si Ningsih nyuruh dia bertanggung jawab? Dan lu tahu? Si Ningsih bilang bahwa Yogi sudah berulang kali melakukan gituan sama dia? Gila gak?!”
Ida diam, pantas ketika Ida masuk ke rumah saat Yogi disidang Ida diusir oleh suami Ibu Kemuning, rupanya ini pasalnya? Ida menaraik napasnya, dia teringat sama pacar-pacar Ningsih, malah yang selalu datang ke tempat kos-nya tanpa sepengetahuan teman-teman kos-nya juga ada. Sampai Ida sendiri tahu apa yang diperbuat oleh Ningsih dan teman dekatnya itu. Hati Ida gamang, dia tahu apa yang ada di perasaan Yogi, betapa dia ingin membantu mengungkap soal Ningsih. Ida sadar bahwa keterusterangannya akan berdampak buruk pada sektor ekonominya, namun soal nurani, rasanya harus dia ungkapkan, Ida pun sudah muak dengan segala tingkah Ningsih yang otoriter pada dirinya, hanya karena dia dimasukan kerja dan dibayar kos-nya Ida tak punya kekuatan apa pun dihadapan Ningsih, Ida pun sudah lelah menuruti kemauan Ningsih yang kadang diluar akalnya.
Ida harus mengambil keputusan, baik atau buruk keputusan itu adalah hal yang harus dia ungkap, soal duit itu soal lain, ada banyak cara untuk mencari duit, ya ada banyak cara asal jangan dengan cara menjual harga diri, kebebasan, hak dan tidak dengan ketertindasan!
Ida membawa Iqbal ke sebuah tempat yang tak ada orang tahu, Ida menceritakan siapa pacar-pacar Ningsih. Ada Sybi orang Manado, ada Josep orang Ambon, ada Deden orang sunda, ada Heri orang Balikpapan. Semua pernah datang ke tempat kos-nya, cuma yang terakhir sekarang yang sering datang Sybi, bahkan sempat menginap segala, tapi dia pulang ketika Ibu Kemuning belum bangun. Iqbal terperangah mendengar cerita Ida, segitu banyaknya laki-laki yang dekat dengan Ningsih? Iya dan semua Ningsih layani tanpa tahu masing-masing. Bagaimana caranya? Hanya Ningsih yang tahu.
Mungkinkah dia hamil oleh salah satu dari mereka? Tidak tahu, kata Ida, dia tak memperdulikannya soal itu, yang dia tahu rasanya semua itu memang laki-laki yang selalu hilir mudik dia jumpai baik di kos-an atau di tempat lain.
“Tapi hanya sama Yogi Ningsih jatuh cinta abis Iqbal!”
?????