BAB SEBELAS
MANUSIA BODOH
Hilang sudah usaha Yogi untuk membuktikan tentang siapa yang harus bertanggung jawab terhadap kehamilan Ningsih, kini persoalan kembali bermuara pada dirinya, dari tuduhan dan bukti yang tidak terbantahkan menurut versi suami Ibu Kemuning, Yogi harus bertanggung jawab, karena dia melihat Yogi sedang berduaan dengan Ningsih dengan keadaan Yogi yang tak memakai baju dan celana, dan Ningsih dalam keadaan tergeletak. Yogi tak menolak kalau itu sebuah bukti, tapi itu semua bukan dalam rangka permaianan terlarang, itu hanya pertolongan dari Yogi yang terburu-buru karena kaget melihat keadaan Ningsih waktu itu, hanya, semua sulit dijelaskan pada keluarga Ibu Kemuning. Sementara tuduhan suami Ibu Kemuning benar-benar memojokan dan menyebarkan berita itu ke teman-teman kos-nya.
Dalam kesulitan yang melilit dirinya, Yogi hanya dapat meyakinkan Iqbal, Ida dan Nina-pacarnya. Bertiga yakin bahwa bukan Yogi yang melakukan itu semua. Tapi pada keluarga Ibu Kemuning? Dengan cara apalagi meyakinkannya?
0
Bulan bersinar sehabis hujan lebat, sinarnya muram seperti habis tenaganya untuk memberi cahaya, dihiasi awan hitam menggumpal-gumpal disisinya, bulan merana sendiri tanpa bantuan bintang-gemintang yang menyatakan bahwa bintang sebagai teman abadinya. Udara lembab dengan derajat yang masih bisa berselimut tebal, suara malam di tengah kota Jakarta seperti berpamitan, bahwa malam ini adalah malam termalas untuk bersama manusia di muka bumi. Yogi mengambil kopi dan rokoknya, duduk di pelataran rumah kos yang sunyi, memakai celana training dan kaos tipis yang menghempaskan angin semilir malam yang menggoda tubuhnya. Pikirannya mengawang menyampaikan pesan pada bulan, bahwa dia butuh teman, namun bulan sedang muram dan malas menamani. Kalau bukan karena perputaran bumi yang menginjak tanggal purnama lebih baik bulan pergi dan tak hadir membiarkan rotasinya yang kacau balau seperti pikiran Yogi.
Rumah Ibu Kemuning sunyi, lampu depan tak menyalah sudah dua hari, kata si Jaja yang suka bersih-bersih rumah, lampunya tidak bisa diganti karena kabelnya putus dimakan tikus, Jaja tak berani membetulkan takut kesetrum. Kos sebelah yang ditempati Ningsih gelap, Ida dan Ningsih pergi ke suatu tempat kata Iqbal tadi siang, tapi tidak tahu pergi kemana. Sesunyi begini suara sekecil apa pun terdengar dengan jelas, Yogi memasang benar-benar kupingnya, Yogi mendengar seperti air kran bunyi dari tadi, di tempat kosnya kran sudah mati, sepertinya kran air di tempat Ningsih yang tidak tertutup. Yogi penasaran didekatkan kupingnya ke pintu kos Ningsih, tangannya berusaha membuka pintu dan tanpa dinyana pintu itu tak dikunci, Yogi membuka pintu pelan-pelan niatnya hendak menutup kran air, baru saja kakinya menginjak lantai dalam, Yogi menginjak pakaian berserakan dengan bantuan sedikit cahaya dari lampu temaram dari ruang belakang yang menampkan pakaian laki-laki dan perempuan berhamburan, dengan hati berdegup Yogi melangkahkan kakinya.
Ketika sampai di ruang tengah yang dijadikan kamar, betapa kagetnya apa yang dilihat oleh Yogi, sepasang lelaki dan perempuan sedang bergumul dalam keadaan yang tak tahu malu, Yogi tahu betul siapa lelaki itu dan siapa perempuan itu. Dengan tanpa basa-basi memanggil….
“Bapaakk!!???.....”
Seketika lelaki dan perempuan itu terperanjat kaget ketika napas sedang terengah-engah, si laki-laki berbalik, sekian detik, tatapan lelaki itu beradu tajam dengan Yogi di tengah bantuan lampu temaram, ada gemuruh yang begitu saja membanting ulu hati Yogi yang seakan menghempaskan masalah yang sedang dijalani, dengan hidung mengembang antara sadar, bahwa lelaki itu adalah yang selama ini menuduhnya berbuat mesum dengan Ningsih.