BAB DELAPAN BELAS
AKSI DARMAJI
Ruangan Yogi dibongkar, posisi Yogi pindah ke posisi meja Okie, sedang Okie, Novie dan Firman berbagi posisi saling berderetan. Tak ada konfirmasi terlebih dahulu bahwa ruangan purchasing dirubah posisinya oleh yang maha berkuasa, yaitu bapak Berny Sangkara. Ketika pagi Yogi datang mejanya sudah berubah, keheranan sekaligus rasa tidak enak kemudian membongkar ulu hatinya yang langsung bereaksi dan berpikir buntu. Yogi tak memasuki ruangannya karena Darmaji dengan santainya dan tersenyum duduk di kursi dan meja barunya dengan menyebalkan.
Yogi langsung berbalik dan pergi ke ruangan Toro yang tadi bersamaan datangnya. Toro memandangi dengan napas yang dia hembuskan. Toro paham betul siapa Yogi sahabatnya yang paling dekat selama bertahun-tahun. Yogi bukan hanya menjadi sahabatnya tapi juga seperti saudara, segala gerak-gerik dan gestur Yogi terbaca oleh Toro karena sekian tahun pula mereka berdua tinggal dalam satu mess.
“Sudahlah kamu terima saja, gak usah mengeluh terus…sudah nasib, ntar juga berubah sendiri….”
“Bukan begitu…kamu tahu tempat kerja saya diacak-acak dan berubah…”
Toro yang sedang menyeruput kopi terhenyak, kemudian bengkit dan menuju ke ruangan Yogi. Dilihatnya apa yang terjadi. Toro terperangah melihat perubahan yang entah kapan berubahnya ruangan purchasing seperti telah dijual kepada seseorang dan seseorang seenaknya saja merubah meja dan kursi serta lemari dan peralatan di situ tanpa permisi kepada yang punya. Setidaknya menyampaikan terlebih dahulu.
“Maaf Pak Darmaji…ini atas perintah siapa ya? Kok jadi berubah begini?”
“Ehh..Pak Toro, maaf saya belum salaman…..”
“Sudahkan kemarin, ini…gimana kok jadi begini?”
Darmaji masih belum juga menjawab pertanyaan Toro, dengan wajah klemar-klemer dan tidak enak dipandangi Darmaji malah mempersilahkan Toro masuk dan duduk dengan senyum yang sok ramah dan menyebalkan, sementara Toro menarik napas yang keberapa kali karena tak juga mendapat jawaban memuaskan dari lelaki kuno ini.
“Saya memang diminta untuk mengatur ruangan ini oleh Pak Berny, pak….”
“Kursi dan mejanya dari mana? Kok saya tidak diinfo untuk pembeliannya?”
“Itu saya pesan langsung ke supplier saya pak…murah pak pembayaran bisa satu bulan dengan discount lagi pak….”
“Lalu Siapa yang mau bayar?”
Darmaji diam. Dia tak dapat lagi berbicara, kalau seorang Toro yang rajanya duit di perusahaan ini berbicara soal pembayaran tak ada satu makhluk pun berani membantah. Jangan engkau Darmaji yang orang baru, Yogi yang dianggap saudaranya pun, Toro tak ada rasa kasihan kalau soal duit!