BAB DUA PULUH EMPAT
KEHILANGAN
Pekerjaan sebagai supervisor finance itu dijalani dengan setengah hati dan setengah nikmat. Seperti membeli es krim dengan dua rasa yang berbeda, satu rasa strawberry yang manis dan satu rasa kopi yang tidak enak dibuat es krim, apa pun rasa itu, Yogi harus menikmatinya, dari pada tidak sama sekali. Baginya ini hanya masalah status saja, agar semua orang yang dekat dengan dirinya, yang dia cintainya bisa tersenyum dan tidak menampilkan wajah yang prihatin buat dirinya.
Pekerjaanya pun bergelut dengan uang yang sedikit demi sedikit dia pahami, Yogi harus memutar otaknya mengingat kembali mata kuliah manajeman keuangan yang pernah dia miliki, lalu dia harus ikuti apa kata sang manusia paling berpengaruh, yaitu Sony-dia lebih tahu segalanya soal keuangan, semua yang dia inginkankanya, Yogi laksanakan dengan baik dan sesuai kemauannya.
Yang agak menjengkelkan adalah anak buahnya bernama Tati – perempuan kecil berwajah kotak kaleng kerupuk itu, dengan rambut keriting, bibirnya sedikit tipis dengan rahang lebar, gigi yang jarang-jarang, ditambah matanya yang terlalu kecil, belum lagi alisnya yang dihilngkan seumpama artis ibu kota. Sayang bagi Tati, alis yang dihilangkan itu seperti tuyul perempuan. Ihh!
Yang menjengkelkan dari perempuan ini adalah bantahannya dan sok berpengalaman, bicaranya lantang tapi bergetar, hanya berani bicara di ruangannya, kalau di luar ruangan mana berani. Tapi orang-orang menghargai dirinya karena malas berdebat dan tidak ingin terlalu mempermasalahkan apa pun dengan dirinya, karena jika Tati sudah mengonggong dan merasa benar, dia akan dengan sengaja mengeraskan suaranya, berusaha agar bosnya, yaitu Sony mendengar, lalu membantunya untuk ikut memarahi orang yang bermasalah dengan Tati dan dia akan menang dengan senyum yang menyebalkan. Dan itulah Tati sang kasir - si kecil cabe rawit paling asem bukan paling pedas!
Kehadiran Yogi pada awal-awal tak berkenan buat Tati, dia merasa bahwa Yogi tak bisa apa-apa dan tak tahu apa-apa mengenai pekerjaan seorang kasir macam dirinya. Namun ketika suatu saat Sony cuti tiga hari, diserahkannyalah pekerjaan Sony itu ke Yogi sebagai yang bertanggung jawab semua sirkulasi keuangan diperusahaan, begitu banyak kesulitan yang dihadapai Tati ketika Sony tidak ada, dia merasa harus bicara dengan Sony ketika beberapa supplier marah-marah karena terlambat pembayarannya, Tati stress dia hanya diam dimarahi supplier, sementara Yogi sengaja mendiamkan apa yang menjadi kekuatan Tati dalam hal itu. Akhirnya Tati meminta bantuan Yogi untuk menghadapi supplier yang marah-marah dan mengancam akan melaporkan perkataan Tati yang tidak sopan ke pihak berwajib dengan tuduhan perbuatan tidak menyenangkan.
Akhirnya dengan segala usaha damai yang Yogi tawarkan si supplier mau menerima maaf Tati. Tadinya si supplier itu akan memaksa Tati untuk dibawa ke pihak berwajib dengan selembar kertas somasi. Tati bergetar hebat, keringtanya keluar seperti bermandikan air panas, Tati memohon pada Yogi untuk membantunya dan menyadarinya bahwa ucapannya salah. Dia siap meminta maaf dan memohon ampun pada supplier itu atas kata-kata kasarnya.
Dari situ Tati baru menyadari kehadiran Yogi sebagai atasannya, karena ketika dia terkena masalah seperti itu Yogi menjadi tempat bersandar dan membelanya dengan sepenuh hati, kemudian Tati bersimbuh dihadapan Yogi akan mengabdikan dirinya pada Yogi bahwa diriya mengakui Yogi sebagai supervisornya dan atasannya. Yogi senyum lebar
0