LELAKI DITITIK NADIR

Bhina Wiriadinata
Chapter #32

BAB TIGA PULUH DUA CUKUP SAMPAI DI SINI

BAB TIGA PULUH DUA

CUKUP SAMPAI DI SINI

 

Esok harinya Yogi terbangun dan berdiam diri di sebelah cermin buram di dekat dapur dengan suasana sepi dan tentram di pagi yang sendu. Yogi menatap wajahnya dalam-dalam kemudian menangis, dia teringat Marini dan anak-anaknya, gemuruh dalam hatinya membisikkan kata-kata, menghujat atas perlakuannya tadi malam. Seperti inikah seharusnya mencari uang untuk hidup? Ditatap matanya sendiri dengan lirih, kemudian terasa sesak dadanya yang tersengal menahan pedih yang teramat sangat, tahu rasanya berkhianat? Inilah, sakit dan amat terkoyak.

Sementara Jeannette ketika terbangun merasa ada sesuatu yang lain, sebuah pengalaman yang seperti baru dia rasakan. Yogi seperti memberi sesuatu yang lain tadi malam, tidak seperti Hans, tidak sama, sesuatu yang membuat dirinya seperti melayang-layang, seperti diombang-ambing di atas awan, yang membawanya terbang dan merasakan sensasi lain yang meletup-letup dihatinya, Jeannette ingin mengulanginya.

Kontradiksi pengalaman keduanya. Yogi menikmati dengan kesan ketakutan dan tak ikhlas, sementara Jeannette menikmati dan ingin terus mengulanginya. Tak ada yang dapat dipertahankan oleh Yogi, dia harus tetap melakukannya, agar semua cepat selesai dan Jeannette cepat hamil!

Sementara Jeannette merasa semua serba cepat dan ingin selalu mengulang. Hari-hari seolah harus melambat seperti keinginannya agar dia dapat merasakan lebih banyak sensasi lagi bersama Yogi. Hari-hari selanjutnya terbangun dengan kemesraan, mereka berdua semakin disatukan dalam ikatan yang resmi yang mereka nikmati. Tak ada lagi rasa sungkan, tak ada lagi diam dan tak ada lagi jarak, keduanya kini ceria, intim dan mesra.

Jeannette tak lagi memandang sebelah mata pada Yogi, dihatinya Yogi telah menyimpan sesuatu yang tak dirasakan sebelumnya, Yogi seperti tahu dimana letak sebuah kenikmatan, Yogi tahu bagaiamana cara menaklukan seorang perempuan sekelas Jeannette yang modern, yang berkelas dan yang bule. Belaian Yogi, bisikan Yogi, dekapan Yogi bahkan pelukan Yogi menghangatkan Jeannette sedemikian rupa.

Kemudian suatu hari Jeannette pusing, mual, sebah, dan berasa ingin muntah. Yogi mendengar Jeannette muntah-muntah di kamar mandi, senyum Yogi mengembang dan pertanda sandiwara akan segera berakhir. Jeannette pening kepalanya, seperti berkeliling setiap hari dan seperti mual melihat matahari.

“Istri anda hamil 10 minggu…selamat yaa…!”

Demikian keterangan dokter kandungan yang dipesan oleh astrada. Dokter itu pergi begitu saja, seolah dituntun tak usah banyak tanya, dia hanya ditugaskan meyakinkan bahwa perempuan yang diperiksannya benar-benar telah hamil.

 

0

 

Pintu dibuka dengan seenaknya dan terbukalah pintu rumah itu dengan terbuka selebar-lebarnya, dilihatnya Yogi sedang memeluk Jeannette yang dalam busana minim, berdua terkaget-kaget dan segera melepaskan rangkulan dan pelukan mereka, mereka seperti melihat orang asing yang seenaknya saja memasuki rumah orang tanpa merasa bersalah.

Wajah Hans memerah, dadanya naik-turun menandakan emosi yang menggelayut sekian hari ketika kemesraan Yogi dan Jeannette selama bulan-bulan terakhir sampai ditelinga Hans. Adalah Matun – pembantu yang menyampikan pada si astrada. Ketika mengetahui bahwa Jeannette telah hamil, tak ayal lagi Hans segera datang, inilah dimana kedua matanya benar-benar melihat suatu pemandangan yang membuat hatinya membara dan api cemburu adalah puncaknya.

“Hari ini selesai dan hari ini juga bubar! Siapkan pakaianmu kita pulang sekarang!”

Jeannette menutup wajahnya dengan bingung, air matanya menetes sedikit karena Hans akan tampak tabiatnya. Inilah hal yang paling tidak disuaki oleh Jeannette dari Hans, selebihnya cinta, namun sekarang, ketika Yogi memberi lebih dari apa yang dia belum rasakan selama ini, adakah cinta pada Hans? Jeannette tak tahu, dia hanya sedih, sedih Karena harus berpisah dengan Yogi, bukan karena dia takut pada Hans tapi karena dia takut berpisah dengan Yogi.

Lihat selengkapnya