LELAKI DITITIK NADIR

Bhina Wiriadinata
Chapter #40

BAB EMPAT PULUH BUNUH

BAB EMPAT PULUH

BUNUH!

 

Bersamaan Siti pamit bersamaan pula dengan datangnya Lingga dan Toro untuk kedua kalinya, Siti ikut terhenti dengan kedua atasannya, mereka akhirnya dapat berbincang-bincang dengan Yogi. Ketika perbincangan sampai pada pertanyaan dimana sekarang Berny Sangkara berada. Lingga dan Toro saling tatap, mereka tak enak untuk mengupas soal Berny, mereka tahu betul betapa Yogi sangat membenci Berny dan istrinya juga sekretaris bernama Maryatun.

“Dia sudah sebulan ini kembali ke Jakarta, dipromosi jadi GM (General Manager), dia tinggal di Bintaro kalau tidak salah.. ”

Tiba-tiba Siti memberikan sesuatu ke tangan Yogi. Tatapan Siti begitu dalam ketika memberikan sesuatu itu, seolah menghantarkan pesan ganjil yang ingin dia sampaikan, wajah dendam dengan mata nyalang Siti menempelkan sesuatu itu ke tangan Yogi dengan sedikit kencang, dan berharap agar Yogi berbuat sesuatu. Untuk kepedihan Siti sendiri juga untuk kepedihan Yogi.

Yogi mengambil lalu mengantonginya. Kemudian mereka pamit. Yogi berterima kasih kepada teman-temannya yang sudi datang dan mengucapkan bela sungkawa. Yogi berpikir baik pada kedua sahabatnya, bahwa ternyata mereka masih mengingatnya dan mengenanganya sebagai teman. Meski mereka berdua tak dapat membantu Yogi mencarikan pekerjaan. Tak mengapa. Mereka pun tak juga menawarinya untuk kembali ke tempat kerja yang lama. Namun mereka paham bahwa Yogi pasti tidak akan sudi karena Berny masih ada. Yogi melihat kertas yang diberikan Siti, sebuah kartu nama bertuliskan Berny Sangkara, lengkap dengan jabatan dan alamat rumah terbarunya.

Setelah hari ke tujuh kematian istri dan anaknya, Yogi pamit pada kedua kakaknya, sekalian menitipkan anak-anaknya yang untuk sementara sekolahnya terganggu karena rumahnya sedang disegel. Yogi hendak memebereskan hutang-hutangnya dengan sisa uang yang masih ditangan, uang hasil ‘menjual dirinya’ kepada Ganjar. Dia akan bernegosiasi dengan bank dan akan mencoba berkompromi untuk menyelesaikan hutang kartu kreditnya.

Yogi ke belakang tanpa dilihat Diana, dia mengambil palu, obeng besar dan linggis kecil seukuran dua puluh senti milik almarhum bapaknya. dimasukan perkakas itu ke dalam tasnya lalu menciumi anak-anaknya dan berjanji akan segera kembali. Dengan berbekal kartu nama Berny, Yogi merencanakan sesuatu yang amat berbahaya. Dendamnya sudah menutupi akal sehatnya, tak mau berpikir ulang soal tindakannya yang akan membawanya pada sebuah kejahatan yang mengerikan. Yogi akan membabat semua kesakitannya dengan menumpahkannya pada manusia-manusia yang telah menenggelamkan dirinya dalam kancah kemelaratan, kesusahan dan kegetiran hidupnya. Apa pun resikonya dia tak perduli, Yogi ingin membalasnya dengan caranya.

 

0

 

Sebuah perumahan baru yang masih jarang penghuninya dimasuki saat waktu menunjukan pukul tujuh malam, ketika yakin bahwa rumah yang ditujunya sesuai dengan alamat yang dituju, Yogi berpura-pura lewat di depan rumah Berny. Ada keramaian, seperti sedang ada pesta kecil-kecilan. Mungkin sedang merayakan keberhasilan Berny menaiki tangga jabatan sebagai GM kata Lingga. Yogi memastikan dengan cara berdiri agak jauh dari rumah itu, untuk mengetahui bahwa benar adanya Berny tinggal di rumah baru yang megah itu. Lalu terlihat Berny dan Ningsing sedang menyambut tamuanya, kemudian seseorang yang Yogi merasa kenal berdiri di teras rumah dengan segenggam gelas ditangannya. Setelah Yogi yakin, bahwa kedua manusia itu ada, Yogi bergegas menghindar dan mencari persembunyian.

Lihat selengkapnya