BAB EMPAT PULUH DUA
BAPAK, IBU DAN ANAK
Yogi masih diam, tak membuka mulut sama sekali. Dia hanya menunduk dan membereskan rambutnya yang kusut serta tampangnya yang semrawut. Yogi masih tak mau berbicara, dia akan membiarkan siapa pun berasumsi, dia tak perduli pada pendapat orang. Justru yang sekarang membuat dirinya menyesal atas perbuatannya adalah anak-anaknya. Yogi baru berpikir soal itu, ketika Dian mengatakan bagaimana menerangkan pada anak-anak, bahwa bapaknya membunuh orang?
0
Yogi masih di kantor polisi, sedang dibuatkan BAP yang menurutnya, bahwa Yogi tak mengakui pembunuhan itu, Yogi pun tak memberikan keterangan siapa yang membunuh. Di BAP Yogi hanya menulis bahwa ketika masuk ke rumah korban keduanya sudah dalam keadaan berlumuran darah dan tak tahu siapa yang melakukan pembunuhan itu. Polisi berpikir keras, bahwa Yogi masih bungkam, dengan berbagai cara polisi terus mengorek keterangan dari Yogi, begitu pun dengan alat bantu kebohongan, ternyata Yogi lulus seleksi bahwa dia tidak berbohong dan tidak membunuh.
Polisi tak hilang akal, ada bukti baru yang menyudutkan Yogi untuk membuka mulut, ada orang lain yang melakukan pembunuhan itu, jika Yogi tidak melakukan, Yogi tetap tutup mulut. Seorang physikolog didatangkam untuk tahu kejiwaan Yogi, apakah dalam keadaan stabil atau tertekan, kalau dalam keadaan tertekan maka Yogi diminta beristirahat dan kemudian harus menyelesaikan BAP sebagai penyidikan.
Dua hari kemudian Yogi dihadapkan pada seseorang yang datang dengan pakaian seperti perempuan sosialita, berkaca mata hitam dengan kalung manik-manik, menenteng tas bermerek puluhan juta, dan pakaian yang sangat modis sebagai ibu-ibu kelas atas. Tiba-tiba hati Yogi bergetar, seperti ada perasaan yang dulu pernah ada dan hilang entah kemana, lalu datang lagi dengan tiba-tiba.
“Kamu ingat saya Yo?”
Yogi menatap perempuan yang seumuran dengannya, dengan heran dan terperangah, Yogi sama sekali tak mengenali siapa perempuan dihadapannya. Lalu perempuan itu memberikan foto yang membuat Yogi seperti mendapat bom yang sudah dicabut pemantiknya dan siap meletus pas di depan mukanya. Bergetar Yogi melihat foto itu. Sebuah foto di Bali ketika Yogi dan Ganjar di pantai, dengan cara saling bergandengan tangan, foto lain yang Yogi tidak tahu adalah, ketika Ganjar mencium pipinya, seseorang mencuri gambar itu. Yogi bergetar dan seperti terguncang, Yogi takut ini akan menjadi santapan para wartawan berikutnya, bahwa dirinya selain pembunuh juga seorang penyuka sejenis dan sedang dibawa oleh lelaki lain. Ihh! Sungguh mengerikan, dan ini lebih menakutkan ketimbang kasus pembunuhan itu sendiri!