LELAKI GEMULAI

Husni Magz
Chapter #21

Bebas

Sardi

Hidupku sudah berubah menjadi neraka yang mengerikan sekaligus menyakitkan. Sebelumnya aku benar-benar menikmati hubunganku dengan Sahab. Tapi kini, aku tak ubahnya seperti seorang budak yang diperas untuk memuaskan sang tuan. Aku benar-benar kalut dan tidak bisa melakukan hal apa pun. Semua ketidakberdayaan ini bersumber dari rasa takut bahwa rahasiaku akan bocor. Jika aib menjijikan itu sampai bocor dan diketahui oleh orang-orang terdekatku, maka aku tidak memiliki alasan lagi untuk bisa hidup tenang. Bahkan jika hal itu terjadi, aku lebih baik memilih untuk mati.

Tapi mau sampai kapan aku akan begini? Aku harus melakukan sesuatu sebelum semuanya terlambat. Atau aku akan menjadi seorang budak dari lelaki posesif selamanya.

Dengan alasan itulah aku mulai berpikir untuk mencari seseorang yang bisa membantuku. Tapi siapa? Tiba-tiba aku teringat Ridwan yang dulu membawaku ke kota untuk pertama kalinya dan dengan Ridwanlah aku juga pernah berbagi tempat tinggal. Setidaknya, Ridwan adalah orang yang cukup dekat denganku selain sebagai seorang penyampai pesan dari Emak di kampung halaman. Aku yakin Ridwan bisa menolongku.

Hari itu juga aku mendatangi Ridwan dan mengungkapkan semua rahasiaku tanpa perlu melewatkan satu hal pun. Bahkan aku menceritakannya secara detail. Pada mulanya aku ragu untuk mengungkapkan semua aib busukku kepada Ridwan, mengingat dia adalah orang satu kampung denganku dan mengenal Emak dengan baik. Tapi aku meyakinkan diriku dan mencoba berbaik sangka bahwa Ridwan adalah orang baik yang tidak mungkin membocorkan ini semua kepada orang lain.

“Jadi, begitulah. Aku benar-benar putus asa,” erangku dengan menundukan muka. Sementara hatiku berdebar dan khawatir Ridwan merasa jijik kepadaku dengan semua kebobrokan yang telah aku lakukan.

“Kita harus melakukan sesuatu untuk membuat Sahab menyesal dan tidak lagi memerasmu,” ini adalah kalimat pertama yang keluar dari mulut Ridwan setelah hampir satu jam dia mendengarkan kisah panjang episode kehidupanku dalam lembah kemaksiatan. Aku menghela napas panjang. Benar dugaanku, Ridwan memang pantas diandalkan.

“Tapi bagaimana caranya?” tanyaku.

“Biarkan aku berpikir dahulu. Kamu juga bisa menginap disini lagi, Sar. Tentunya kamu tak betah tinggal serumah dengan si Sahab.”

Akhirnya aku pun bermalam di kontrakan Ridwan. Sejak saat itu, aku lebih sering tidur di kontrakan Ridwan hanya untuk menghindari Sahab. Sampai-sampai Sahab mulai curiga dan bertanya.

“Kenapa akhir-akhir ini kau jarang ada di kontrakan? Kamu tidur dimana? Kamu punya pacar baru?”

“Bukan urusanmu!” balasku dengan cepat.

“Kamu lupa dengan kesepakatan kita, ya?”

“Memangnya apa urusanmu dengan kehidupan pribadiku. Bahkan jika aku punya pacar baru, apa pedulimu? Toh kamu juga memiliki pasangan lain?”

“Kamu cemburu?”

Lihat selengkapnya