Lelaki Merpati

Mikhael Naibaho
Chapter #3

Penantian Tujuh Tahun

Jiwa yang bebas

berkelanalah mencicip bahaya

Kelak setelah melampaui batas

temui aku di altar bahagia

Puisi itu kubaca tiga tahun yang lalu di beranda facebook Eva. Rangkaian kata itu sangat melekat di kepalaku karena kupikir status itu ungkapan patah hati. Aku sangat senang saat itu. Meski memang, ada terbersit tafsiran kalau Eva berharap dapat bersatu kembali kelak.  

Dilematis. Di satu sisi aku ingin mengambil kesempatan, tapi jika kulakukan, bisa-bisa Eva membenciku.

Akhirnya kuputuskan akan terus mengikuti timeline media sosialnya. Sesekali kuberanikan mengirim pesan dan dia menjawab dengan ramah. Maksudku, tidak hanya sekadar: baik. Terima kasih. (hanya berhenti di situ). Tapi dia juga bertanya balik keadaanku. Bahkan kadang-kadang, dia menambah bahan perbincangan. Tentang pekerjaan atau keadaan ibukota, misalnya.

Tapi aku tak mau buru-buru mengambil kesimpulan kalau dia membuka hati untuk perasaanku yang dulu. Bisa saja itu keramahan seorang teman. Lagipula aku belum pernah mengungkapkan keinginanku menjadi pacaranya. Aku berusaha bersikap biasa saja. Apalagi setelah ia kembali menulis puisi:

Entah kau akan datang atau tidak

Aku akan setia menunggu

Tanpa batas.

Dan ketika kutuliskan sajak ini

Kusadari kau dan aku telah menyatu

Lihat selengkapnya