Meninggalkan Warung Soto, mereka langsung ke rumah Citra. Tidak lama, mereka meneruskan perjalanan ke rumah Aara.
“Ira, ibu enggak pulang malam ini. Kamu boleh langsung istirahat,” ucap Aara pada Ira, sesaat tiba di dalam rumah. “Baik, Mbak.”
Ira kembali ke kamar.
Aara dan Citra, menuju kamar.
“Ra, kita salat isya berjamaah?” tanya Citra. “Iya Cit. Tapi kamu mau menunggu sekitar sepuluh menit?”
“Memangnya kamu mau ke mana?”
“Enggak. Aku mau menyeterika mukena dulu.”
“Harus di setrika?” tanya Citra, heran. “Nanti aku jelaskan!”
Aara berlalu, membawa dua mukena di tangannya.
Citra masih diam dan berpikir tentang maksud ucapan Aara. Dia membuka almari mencari handuk, yang sudah ditunjukkan oleh Aara.
Citra kembali terkejut, melihat isi almari Aara, hanya berisi beberapa pakaian yang di lipat. Beberapa pakaian di gantung. Sangat jauh berbeda dengan almari pakaiannya, yang penuh sesak.
Malam ini, banyak pertanyaan yang tercipta di benaknya.
Dia bersegera masuk kamar mandi, setelah berhasil menemukan handuk yang dia cari.
Setelah membersihkan diri, Citra ke luar dari kamar mandi, bertepatan Aara juga telah kembali ke kamar.
“Kamu sudah wudhu?” tanya Aara. “Iya, sudah.”
Citra terkesiap, Aara mengganti baju. Penampilan yang tidak biasa dilihatnya.
Gamis bermotif, bukan sekali gaya Aara.
“Oke, kita salat sekarang. Ini mukenanya,” ujar Aara, menyerahkan satu mukena untuk digunakan Citra. Dalam kebingungan, Citra menerima Mukena itu.
Keduanya pun, melaksanakan salat isya berjamaah.
Setelah menyelesaikan salat, masih lengkap menggunakan mukena, Citra langsung meminta jawaban atas pertanyaannya, yang belum dijawab.
“Ra, kamu belum jawab pertanyaanku.”
“Begini, Cit. Kamu percaya diri enggak, ke kampus dengan pakaian yang kusut, jelek atau kotor?”
“Enggaklah! Masa mau kelihatan seperti itu di depan mahasiswa?”
“Iya, itu jawabannya! Di depan manusia saja, kita mau selalu tampil baik, dengan pakaian terbaik. Tapi di hadapan Allah, malah percaya diri dengan penampilan yang acak-acakan. Padahal Allah yang memberikan semua nikmat yang kita miliki sekarang. Pada manusia, kita punya rasa malu yang besar. Tapi pada Allah, kita justru kehilangan rasa malu itu.”
Citra terpaku. Tercengang dengan penjelasan Aara.
“Jadi, itu alasan yang sama, kamu harus ganti baju dulu, sebelum salat?” lanjut Citra.