Pernikahan berjalan lancar. Kebakaran tidak menghilangkan senyum suka cita di wajah para tamu undangan. Begitu pula Kira dan Rizky yang duduk berdua di pelaminan, seakan tidak ada beban yang terlihat pada keduanya.
The Girls juga memberi ucapan selamat kepada pasangan pengantin itu tanpa mempermasalahkan apa yang sedang terjadi di antara mereka.
Tiba-tiba dari kejauhan, terlihat sosok lelaki dengan jas berwarna navy elegan berpadu dengan kemeja polos berwarna hitam, sisiran rambut tertata rapi, sepatu mengkilap, serta senyum yang menghiasi wajahnya hadir di tengah-tengah mereka, Ivan. Kehadirannya membekukan pandangan Kira.
Itu Ivan? Ia terlihat berbeda. Batinnya.
Ya, baru pertama kali ia melihat mantan pacarnya itu berpakaian formal, beda dari biasanya yang selalu memakai jaket hitam ala rockstar.
"Hai, Kira, happy wedding, yaaa. Sudah pakai jilbab sekarang? Jadi makin cantik, deh." Ivan menjabat tangan Kira seakan hendak memberi selamat. Sementara Kira dan The Girls hanya diam terpaku. Rasanya ia dan Ivan seakan tidak pernah saling mengenal sebelumnya.
"Eh, i.. Iya. Terima kasih." Balas Kira gugup. Ia sama sekali tidak menyangka jika Ivan akan datang ke acara pernikahannya yang nyaris gagal. Bukan salut akan keberaniannya, tetapi salut karena Ivan tidak membuat kekacauan di pesta pernikahannya seperti video-video yang ia lihat di sosial media saat mantan datang ke pernikahaKacau sekali.
Rizky yang melihat perubahan ekspresi di wajah Kira langsung mengalihkan topik pembicaraan walau ia tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi.
"Mari, Mas. Silahkan dicicip hidangannya." Kata Rizky dengan senyum tipis. Anggukan kepala Ivan cukup membuat mereka mengerti sehingga membuat kondisi kembali normal.
Di pelaminan, sang pengantin tidak melakukan apa-apa. Hanya duduk, menyambut tamu, dan sibuk dengan teman masing-masing. Tidak ada percakapan yang pasti di antara mereka.
Saat tamu undangan sudah mulai sepi, mereka tidak mempedulikannya. Rizky sibuk dengan Qur'an-nya dan Kira sibuk dengan ponselnya. Ah.. Pengantin terburuk dan teraneh di dunia.
"Ra, kami pulang, ya. Sudah larut." Kata Dara.
"Iya, terima kasih sudah datang. Hati-hati." Balasnya.
"Mas, kami pamit, ya." Luna mengulurkam tangannya hendak menyalami Rizky, namun Rizky hanya membalas senyum dan menyatukan kedua tangannya di depan dada. Semua pandangan terpusat padanya, tak terkecuali Kira.
Dan siapa sangka, The Girls paham akan hal itu.
"Ups.. Maaf, Mas." Kata Luna.
"Tidak mengapa, saya paham bahwa anti belum mengerti. Jazakillah khair sudah datang di acara walimahan kami." Balas Rizky dengan senyum sekadarnya.
Anti? Jazakillah khair? Walimahan? Bahasa apaan sih ini? Batin Luna. Ia hanya membalas ucapan Rizky dengan mengangguk dan bergegas pergi.
Langkah kaki mereka tiba-tiba berhenti ketika suara laki-laki menyahut.
"Aku juga izin pulang juga ya, Ra. Kadonya sudah kutaruh di meja. Oke, bye.. Semoga menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah, wa rahmah, yaa.."
"Oh, i.. Iya. Makasih." Kira masih bingung akan perubahan sikap Ivan, namun ia tidak terlalu mempedulikannya.
Malam sudah larut. Acara sudah selesai dan berjalan lancar meskipun ada beberapa kendala.
Dekorasi dan pernak-pernik berwarna pink menghiasi ruang pengantin. Kira membersihkan dirinya begitu pula Rizky yang bersiap untuk tidur.
Rizky mengambil selimut dan bantal, kemudian meletakkannya tepat di lantai samping ranjang. Hal itu menyita perhatian Kira yang sedari tadi sedang menyeka bekas make-up di wajahnya.
"Apa yang lo lakuin?" Tanyanya.
"Tidak ada. Kamu tidur di atas ya, biar aku tidur di lantai."
"Memangnya lo gak mau tidur seranjang sama gue? Ini kan malam pertama..." Katanya pelan.
"Tidak mengapa. Saya di sini saja. Malam pertama... Hmm kita lakukan lain kali."
"Aneh."
***
"Gimana, sih?! Kok bisa gagal?! Percuma gue bayar lo semua mahal-mahal kalau masalah beginian saja gak becus!" Teriak Ivan pada dua orang lelaki bertubuh cukup besar dengan pakaian serba hitam di sudut jalan yang tidak jauh dari cafe tempat biasa ia dan The Girls menghabiskan waktu.