Tok! Tok!
"Ra, saya masuk ya?" Tanya Rizky dari depan pintu kamar.
Tidak ada jawaban dari dalam, ia membuka pintu perlahan. Di dapatinyalah Kira sedang melamun sembari senyum-senyum tak menentu.
"Ra?" Sahut Rizky lagi.
"Eh, iya? Kapan masuknya? Lain kali ketok dulu pintunya baru masuk, gimana sih." Jawabnya ketus.
"Saya sudah ketok dan manggil-manggil kamu dari tadi, tapi kamunya saja yang tidak dengar."
Kira terdiam sejenak.
"Kamu kenapa senyum-senyum sendiri?"
"Kapan? Mana ada?"
"Yakin?"
Seketika Kira tersadar bahwa sedari tadi ia melamun tentang hal romantis yang ia lakukan pada Rizky petang tadi.
"Senyum-senyum? Oh.. Enggak, aku barusan baca cerita lucu di Kwikku, jadi ya gitu, kebayang-bayang."
Rizky mengangguk tak percaya. Kemudian ia mengambil selimut dan bantal yang akan diletakkannya di lantai, di samping tempat tidur.
"Lo kenapa sih gak mau tidur seranjang sama gue? Nyentuh gue juga gak pernah. Bahkan tadi sore waktu gue lap-in lo, lo ngelarang gue buat nyentuh lo berlebihan. Ada apa, sih? Kenapa lo gak jawab dua pertanyaan gue hari itu?"
Rizky hanya tersenyum tipis, "Sabar, kamu akan tahu nanti. Memangnya kamu mau "kejadian itu" terjadi malam ini? Kamu sudah siap?"
"Kejadian apa?"
Pipi Rizky memerah. "Kejadian... #@$%6&*(@!)"
"Ha? Aaan sih? Kenapa tidak sekarang?" Kira tidak paham.
"EH?!" Rizky membelalakkan matanya. "S-saya rasa sekarang belum waktu yang tepat." Katanya, grogi.
"Kenapa wajahmu memerah begitu?"
Rizky hanya bisa menutupinya dengan bantal.
Di kamar lain...
Diana sedang apa, ya?
"Lah.. Piye to? Kok Diana...?? Yaa Gusti..." Kemudian Haris menggeleng-gelengkan kepalanya dan membuka hp. Saat lockscreen terbuka, Haris terkejut. Wallpaper hp-nya menggambarkan wajah Diana dengan senyum manisnya yang Haris lihat siang tadi. Khayalan tingkat tinggi tentang Diana merasuki pikirannya.
"Astaghfirullah..." Ia menutup wajahnya dengan tangan.
Kenapa Diana terus di pikiran ini?
Haris beranjak dari tempat tidurnya, membuka jendela yang ternyata berhadapan dengan kamar Diana yang hanya di batasi pagar yang tidak terlalu tinggi dan rapat.
Diana.... Benarkah ini? Kau ada di hadapanku?
Pandangannya seketika mengarah ke perempuan berjilbab yang sedang mengetik sesuatu di laptopnya.
Sedang apa ya dia? Haris bertanya-tanya.
Diana yang sedari tadi sibuk mengetik, tersadar akan seseorang yang sedang memperhatikannya. Ia menoleh ke arah yang dimaksud. Ada Haris di sana. Spontan, untuk menghormatinya, Diana melempar senyum manisnya untuk kedua kali. Bahkan kali ini dengan anggukan kepala.
DEG!
Yaa Gusti... Jantungku... Jantungku berhenti berdetak.