Siang itu Haris sedang jalan-jalan di sekitar komplek. Sedikit berlari kecil mungkin akan membuatnya fresh dari ejekan pasangan muda di rumah nomor 21 B itu.
Ia terhenti ketika melihat Diana terburu-buru keluar rumah.
"Ma, sebentar ya, Di otw nih. Di telat bangun. Tungguin ya, Ma." Katanya di telepon.
Diana mau ke mana? Karena penasaran Haris memperpanjang langkahnya ke arah Diana.
"Assalamu'alaikum, Mbak Diana." Sahutnya.
"Eh, Mas Haris. Wa'alaikumussalam. Ada apa, Mas?"
"Gak papa, Mbak. Hm.. Mbak Diana mau kemana? Kelihatannya buru-buru banget?"
"Panggil Diana atau Di saja, Mas. Biar lebih mudah dan enak didengar. Saya mau jemput orang tua saya di bandara. Lain kali kita sambung ya, Mas. Saya sedang buru-buru. Wassalamu'alaikum." Diana memasuki mobilnya dan bergegas pergi.
"Wa'alaikumussalam." Haris terdiam sejenak dan spontan mengatakan, "Diana.. Hati-hati, ya."
Diana hanya membalas senyum.
***
Entah mengapa hari ini Kira juga sedang rajin. Ia menyiapkan makan siang untuk suaminya dan Haris. Ia terlihat bingung ketika tidak melihat Haris sedari tadi.
"Mas Haris mana?" Tanya Kira pada Rizky yang baru keluar dari kamar.
"Tidak tahu. Tadi sih katanya mau keluar sebentar."
"Oh.. Lo mau siap-siap jualan?"
Rizky hanya mengangguk.
Tiba-tiba...
"Assalamu'alaikum.." Terdengar salam dari depan rumah.
"Wa'alaikumussalam." Sahut Rizky dan Kira bersamaan.
"Dari mana, Mas?" Tanya Rizky memulai obrolan.
"Keliling komplek bentar, Ky." Haris melihat penuh makanan yang tersedia di meja. "Wih.. Mantap nih. Jarang-jarang makan siang pake daging. Kalau di pondok mau sarapan atau makan siang tetap nasi bahan pokoknya. Di kota beda, ya? Serasa jadi orang kaya, nih." Kata Haris yang sedikit bercanda.
"Itu kan ada nasinya juga, Mas.." Balas Kira. Ia melanjutkan, "Sayang.. Adek siapin sarapannya, ya." Katanya pada Rizky. "Nih, adek suapin sekalian. Buka mulutnya aaaaa..." Kata Kira yang kemudian disambut Rizky dengan membuka mulutnya.
"Ky, Mas pulang saja deh. Jomblo gak halal-halal itu gak enak. Diejekin mulu sama kalian. Yaa Gusti..."
"Eh, jangan dong, Mas. Kok gitu sih. Baperan. Yakin... Mau pulang ke pondok? Mau ninggalin bidadari surga sebelah?" Rizky menunjukkan sudut matanya ke sebelah kanan, rumah Diana.
"Mas Haris suka sama Diana?" Sambung Kira.
Rizky tahu dari mana?
"Ngomong opo kowe?? Sudahlah, Mas mau siap-siap dzuhur. Lama-lama ngelihat kalian berdua cuma bikin hati tersiksa." Kata Haris yang kemudian berjalan ke luar rumah menuju masjid.
"Makan dulu, Mas." Sahut Rizky.
"Gak selera." Balasnya dari balik punggung.
Rizky tertawa kecil, "Hahaha... Ada-ada saja Mas Haris."
Setelah keberadaan Haris tidak ada di antara mereka, Rizky menyela, "Mau sampai kapan seperti ini, Ra? Berpura-pura terus? Kasihan Mas Haris, dia belum menikah. Setidaknya jagalah perasaannya."
"Basi lo. Gue juga terpaksa kali ngelakuin ini. Emang lo mau Mas Haris lihat kondisi rumah tangga kita, lapor ke Kyai hingga akhirnya sampai ke telinga bokap gue dan lo tahu apa yang akan terjadi? Papa pasti langsung turun tangan." Jelasnya.
"Tapi, daripada seperti ini saya tidak enak dengannya, Ra."
"Sudahlah, gak usah bawel. Lo mau jualan, kan?"
Rizky melirik jam, "Iya. Nanti setelah dzuhur. Kalau begitu saya makan dulu dan setelahnya baru berangkat ke masjid."
Kira hanya mengangguk.
Setelah Rizky pergi...
Aku tidak tahu kenapa, Ky. Rasanya aneh dari apa yang kurasakan sebelumnya saat bersamamu. Jantungku hampir saja berhenti saat menyuapimu makan siang barusan. Apa aku mulai jatuh cinta padamu?
Sebuah pesan masuk di ponsel Kira.
From : Caca
Ra, sore ini bisa ketemu di tempat biasa? Please... Ada yang mau kami tanya soal Rizky.
Reply :
Bisa, Ca. Tapi sebentar saja, ya SEND.
***
Di bandara..
"Assalamu'alaikum, Ma, Yah.." Salam wanita berjilbab itu sembari mencium punggung tangan orang tuanya.
"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh, Sayang.. Alhamdulillah sampai juga akhirnya." Balas Rahmat –Ayah Diana–.
"Tumben kesiangan? Shubuhnya lewat?" Sambung Isma –Mama Diana–
"Di lagi gak sholat, Ma. Makanya kesiangan." Jawab gadis itu sembari menorehkan senyum manja.
"Betah di Jakarta?" Tanya Ibunya.
"Alhamdulillah, Ma. Oiya Di mau memberi tahu ternyata Rizky teman Di saat SMA yang pernah Di ceritain ke Mama tinggal di sebelah rumah kita loh, Ma..."
"Yang benar?"
"Iya.. Terus......." Dan mereka pun saling mengobrol sepanjang jalan pulang.
***
"Putu... Putu putu... Teng tereng teng teng teng..." Teriak Rizky menjajakan dagangannya sembari mengadu sendok dengan mangkuk kaca.
Sebuah mobil berhenti tepat di depannya. "Selamat siang, Pak Rizky." Kata lelaki yang mengenakan pakaian serba hitam layaknya agen rahasia profesional.
"Kamu... Ngapain di sini?" Balas Rizky yang terkejut akan kehadiran lelaki itu. Kemudian ia menatap sekitar untuk menghindari barangkali ada yang mengetahui keberadaannya dan siapa dia sebenarnya.
"Maaf Pak Rizky, berdasarkan laporan dari pihak keuangan, Perusahaan Foody mengalami penurunan laba di tahun ini. Para divisi bagian keuangan khawatir hal ini akan berdampak buruk pada perusahaan. Maka, mereka meminta kehadiran Bapak beberapa hari di perusahaan agar memberi solusi dari permasalahan tersebut dan memenangkan tender dari perusahaan lain lewat rapat minggu ini. Mengingat Bapak selaku direktur utama yang berhak menentukan apa visi dan misi selanjutnya yang harus ditempuh perusahaan. Semua nasib karyawan di tangan Bapak. Kami harap Bapak mau kembali mengatur kegiatan perusahaan." Jelasnya.
Rizky menganggukkan kepalanya tanda mengerti. "Baik, akan saya pikirkan terlebih dahulu. Lebih baik kamu pergi dari sini. Saya takut ada orang yang melihat."
"Baik, Pak."
***
"Gue gak sabar lihat ekspresi Kira." Kata Caca.