Lelaki Pilihan

Syafaa Dewi
Chapter #20

RESAH

"Akhirnya Kakak kesayanganku pulang juga." Kata Caca sembari memasukkan tas ke dalam bagasi mobil.

"Iyalah. Kakak kan juga kangen sama kamu." Balas Ivan sembari mencubit hidung Caca.

"Aw! Sakit tahu, Kak." Katanya sembari memegang hidung kecilnya yang memerah. Dia melanjutkan, "Kakak ngapain sih ke Bandung segala? Berbulan-bulan lagi?"

Ivan hanya menghela nafas panjang.

"Kak? Hm... Lari dari kenyataan, ya?"

"Lari dari kenyataan apaan sih, Dek? Kamu sok tahumasih bocah, gak tahu apa-apa soal begituan."

"Sudahlah, Kak. Gak ada lagi yang perlu disembunyiin."

"Yasudah, ayo masuk mobil. Nanti kakak cerita. Kamu yang nyetir, ya. Kakak masih lelah."

***

Tok tok

"Assalamu'alaikum..."

"Wa'alaikumussalam. Maaf, mau cari siapa, ya?"

"Maaf, Bu. Apa benar ini rumah Pak Rahmat?"

"Benar. Saya istrinya. Kamu?" Isma melirik lelaki di depannya yang berpakaian khas Timur Tengah. Mengenakan baju koko berwarna coklat cukup besar ditambah rambut yang tumbuh menjulur menutupi seluruh bagian bawah garis wajah (brewok), serta tutur kata yang masih kental dengan logat Arab, semakin membuat lelaki itu tampak dewasa dan lucu saat berusaha berbicara bahasa Indonesia, Ali.

"Perkenalkan saya Muhammad Ali Firdaus, Bu. Anak Pak Fauzan teman Pak Rahmat yang di Madinah." Ali menyatukan kedua tangannya di depan dada.

"Pak Fauzan yang tinggal di Madinah?"

"Na'am, Bu."

"Yah... Yah...!!!" Teriak Isma ke dalam rumah.

Tak lama kemudian, lelaki paruh baya itu datang, Rahmat. "Ada apa, Ma?"

Isma mengisyaratkan lirikan mata yang mengarah ke Ali. Rahmat menaikkan alisnya, bingung.

"Ck! Ini Ali, Yah. Anak Pak Fauzan."

"Muhammad Ali Firdaus?"

"Na'am, Pak." Ali mencium punggung tangan lelaki itu. Kemudian dibalas pelukan oleh Rahmat. "Masyaa Allah. Hm... Ayah kamu mana?"

"Lagi ada perlu sebentar. Mungkin sebentar lagi sampai."

"Yasudah, masuk-masuk." Ajaknya.

***

CERAI???

Shock! Kira berusaha bangkit menuju tempat di mana Rizky dan yang lain berkumpul. 

Ia tertatih menahan lengan kanannya yang mulai membengkak karena kecelakaan yang barusan menimpanya. Tangan kirinya bertumpu pada sofa, tubuhnya berjalan bersandar pada dinding, ia berusaha keras untuk dapat berjalan walau air mata yang sedari tadi ia bendung sudah tak kuasa untuk ditahan. Jatuh. Bersamaan dengan rasa sakit yang semakin merajalela.

PRANG!!!

Tak sengaja ia menjatuhkan vas bunga yang terletak di sebelah sofa.

"Astaghfirullah!" Katanya kaget.

Rizky yang masih tidak percaya akan permintaan papanya dengan tangis yang berusaha ia bendung sedalam-dalamnya, terhenti ketika mendengar ada sesuatu yang pecah di ruang tengah.

Suara itu mengambil alih pusat perhatian Tyo, Rani, Haris, dan Rizky. Mereka segera melangkah menuju sumber suara.

Langkah Rizky terhenti ketika didapatinya Kira yang terduduk sedang membersihkan kaca yang berhamburan di lantai. Tentu saja dengan air mata yang terus berderai.

"Kira?" Kata Rizky halus.

"Aw!!! Astaghfirullah!" Teriak Kira sesaat setelah beling kaca mengenai jari manisnya.

Lihat selengkapnya