Lelaki Pilihan

Syafaa Dewi
Chapter #22

DIA

Semilir angin menambah sepi rumah itu. Di taman, terlihat Rizky yang sedang gelisah. Pikiran dan hatinya bergejolak. Sebenarnya ada apa dengan Mama, Papa, dan Pak Gunawan? Apa yang sedang mereka tutupi dariku?

Ia menunduk dan mengacak-acak rambutnya. Tiba-tiba ada yang memegang halus bahunya dari belakang. Ia tersentak dan memutar kepalanya. "Eh? Sayang Mas.. Sudah bangun.. Gimana? Sudah enakan?" Katanya sembari memegang tangan Kira.

Kira melangkah untuk duduk di kursi tepat di sebelah Rizky. "Sudah enakan kok. Ada apa, Mas? Kelihatannya gelisah gitu?"

Rizky menghela nafas panjang. "Tadi Papa datang, mau jenguk kamu. Sudah lama juga kan Papa gak ketemu kita? Datangnya juga mendadak."

"Papa datang? Kok gak bangunin Adek, Mas?"

"Mas gak tega lihat kamu tidurnya pulas banget. Jadi yaaa gak Mas bangunin. Eh, tapi kalau mau ketemu Papa besok kita ke sana, yuk?"

"Boleh. Hm.. Tapi Mas gak ada apa-apa, kan? Kayanya ada yang Mas sembunyiin dari Adek?"

Rizky melihat keadaan sekitar dan berbisik, "Kita ngobrol di kamar, yuk. Ada yang mau Mas omongin."

Kira hanya mengangguk.

Di kamar...

"Ada apa, Mas? Kenapa harus ngobrol di kamar?"

Rizky menghela nafas panjang. "Kamu jangan pikirin masalah ini, ya. Mas juga masih berusaha mencari tahu."

Kira hanya menaikkan kedua alisnya seakan memberi isyarat agar Rizky segera bicara.

Rizky menggenggam tangan Kira dan menatapnya sangat dalam. "Kamu jangan pernah berpikiran bahwa kita akan bercerai. Jangan pernah berpikir seperti itu. Maafin kata-kata orang tua Mas karena telah menyakitkan hatimu. Tapi, Mas cuma mau bilang, firasat Mas sepertinya orang tua kita ada konflik, Dek. Ada sesuatu yang mereka sembunyiin dari kita. Mas juga gak tahu kenapa orang tua Mas tiba-tiba sangat tidak menyukai kamu. Maka dari itu Mas mau kita sama-sama cari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Mas janji kita tidak akan bercerai."

Kira meneteskan air matanya. "Kita baru saja menikah, Mas. Tapi kenapa cobaan kita sebesar ini?"

"Ssstttt... Jangan berkata seperti itu. Setiap rumah tangga itu selalu punya masalah. Dan masalah itu mendidik kita agar lebih bersikap dewasa. Jangan ngeluh. Justru dengan masalah ini Allah akan menaikkan derajat kita di sisi-Nya. Setiap masalah pasti punya solusi. Dan Allah tidak akan menguji hamba-Nya di luar batas kemampuan hamba-Nya sendiri."

Kira tersenyum lega. "Adek bersyukur mempunyai suami sepertimu, Mas. Terima kasih untuk semuanya." Katanya sembari memeluk Rizky sangat erat. Begitu pula Rizky yang menyambutnya dengan kecupan manis di kening Kira.

"Kamu sudah shalat Ashar? Kita shalat, yuk?"

Kira menghapus air matanya dan bersiap untuk shalat.

***

"Ayah sebentar lagi sampai, Pak." Kata Ali kepada Rahmat sembari memasukkan ponselnya ke dalam kantung celana.

"Oo baiklah. Oya, Nak Ali, perkenalkan ini putri Bapak, namanya Diana Cahyani."

Diana hanya melontarkan senyum terpaksa begitu pula Ali yang hanya membalas dengan anggukan.

"Nak Ali sudah S2, ya?" Kata Isma melanjutkan.

"Benar, Bu. Alhamdulillah.."

"Kuliah di mana dulu?"

"Di UIM (Universitas Islam Madinah)."

Isma terkejut begitu juga Rahmat.

"Masyaa Allah. dekat dari rumah, ya.." Katanya diselingi dengan tawa.

Ali hanya tersenyum malu.

"Diana sih kuliah di sini-sini saja. Lagi nyusun tesis sekarang."

"Oh.."

Orang kaya gini mau dijodohin sama aku? Ahhhhh... Gak ada apa-apanya sama Rizky. Jangankan Rizky, Mas Haris aja gak sebanding. Batin Diana sembari melirik tajam ke arah Ali dan melipat kedua tangannya di depan dada.

DEG. 

Eh? Kok Mas Haris?

Lihat selengkapnya