Semua kesalahan terlihat baik. Sebab mereka pandai menutupi dengan rapi.
Buatlah keputusan, ambillah kesempatan. Berubahlah!
_________________
"Memangnya siapa wanita yang kau sukai, Al? Baru kali ini Ayah mendengar kau blak-blakan soal wanita." Tanya Ayahnya kepada Ali yang sedang menyetir mobil.
"B-Bukan siapa-siapa kok, Yah." Jawabnya gugup.
"Kenapa tidak dilamar saja?"
DEG!
Melamar bagaimana? Dia sudah menjadi hak milik orang lain, Yah. Secara tidak langsung Ayah meminta Al untuk jadi pebinor, nih... Batinnya.
"A-ah... Tidaklah, Yah.. D-dia sudah tidak sendiri lagi."
"Ha? Bagaimana maksudmu?"
"Istri orang." Katanya pelan sembari diliputi rasa takut.
Hal itu mengejutkan Fauzan, "APA?!!! Ali jangan bohong kamu!"
Mau tidak mau hal ini pasti terjadi dan sepertinya aku tidak bisa mengelak. "Al serius, Yah.. D-dia sudah berstatus sebagai istri orang."
"MUHAMMAD ALI FIRDAUS!!!!!!" Teriak Fauzan sembari menarik telinga Ali. "Bagaimana bisa kau menyukai wanita yang jelas-jelas tidak bisa kau miliki? Jangan melakukan hal yang sia-sia!"
"I-iya. Al tahu Al salah... Maaf, Yah."
"Sudah, lupakan dia. Nanti Ayah carikan yang lain."
Ali hanya diam.
Di tengah keheningan malam yang sudah larut, dihiasi hujan dengan sisa-sisa rintiknya tiba-tiba sebuah mobil mengambil alih pusat perhatian pengguna jalan.
"Yah, sepertinya ada yang aneh di mobil belakang." Kata Ali yang sedari tadi memerhatikan spion mobil.
Fauzan melihat ke arah yang dimaksud, "Iya. Kamu berhati-hatilah membawa mobilnya, Al."
Tiba-tiba...
CKIIITTT!!!
Mobil itu hilang kendali dan menabrak bahu jalan dan berhenti tepat di depan mobil Ali.
"Astaghfirullah!!" Refleks, Ali menginjak rem dengan sekuat tenaga.
"Mobilnya berasap, Al. Ayo kita bantu." Sahut ayahnya.
"T-tunggu, Yah.. Bagaimana jika di dalam mobil itu orang jahat? Lihat saja, masa bawa mobil ugal-ugalan?" Kata Ali, cemas.
"Tidak apa. Lagipula di depan sana ada pos polisi, jika ada apa-apa kita bisa minta pertolongan sesegera mungkin. Ayo bantu dia."
Ali menyetujui permintaan ayahnya. Mereka pun turun dari mobil dan mengecek kondisi.
"Al, coba kamu lihat apakah ada korban jiwa?"
Ali berjalan ke arah pintu mobil.
TOK TOK!
Ali mencoba mengetuk kaca mobil itu. "Pak? Bu? Apakah baik-baik saja?!" Tanyanya sekaligus berusaha mengintip ke dalam untuk mengetahui kondisi korban.
"Hanya ada satu orang saja di dalam, Yah.. Al tidak tahu kondisinya bagaimana. Sepertinya dia pingsan atau kepalanya terbentur, Al tidak tahu pasti. Karena kepalanya tertunduk di stir mobil." Kata Ali menjelaskan.
"Ayah khawatir lukanya serius. Mobilnya menghantam bahu jalan cukup keras, Al. Keluarkan saja dia dari mobil."
"Pintunya terkunci, Yah."
"Yasudah, pecahkan saja kaca yang ada di pintu di pintu belakang."
"Pakai apa?"
"Cari batu atau benda keras apa gitu...Ayolah Al, kita sudah kebanyakan mikir."
"Sabar, Yah... Al belum pernah menghadapi yang seperti ini. Was-was jadinya." Ali ikut panik sembari mencari sesuatu untuk memecahkan kaca mobil.
Fauzan hanya diam menyaksikan.
"Yah, bantu cari juga dong."
"Oiya iya..."
Jalanan yang sepi membuat mereka seolah menjadi penanggung jawab insiden kecelakaan tunggal di malam itu.
"Al, ada batu yang cukup besar di sana. Coba gunakan itu." Sahut Fauzan.
Ali mengangguk dan segera mencoba memecahkan kaca mobilnya.
PRAANGG!!!
"Berhasil."
"Coba kamu buka kunci pintu mobilnya dari dalam Al, agar lebih mudah." Pinta Fauzan.
Setelah itu...