Selama ini Papa selalu berkorban menjadi yang terbaik sekalipun penyakitnya dapat membahayakan dirinya sendiri dan orang lain. Mas Rizky juga melakukan hal yang sama. Seolah 'menentang' orang tuanya demi mempertahankanku sebagai istrinya.
Aku tidak tahu apakah keputusanku kali ini benar atau tidak, tapi melihat mereka yang terus-terusan 'menderita' karena kehadiranku, apa sudah saatnya aku berkorban?
"Dek, jelasin ke Mas, apa maksud Adek minta tenggang waktu dengan Ali? Adek menyetujui keinginannya? Adek mau bercerai?!" Tanya Rizky yang sangat cemas di teras itu.
"Lihat kan, Ky... Walaupun Mama tidak bisa meyakinkanmu untuk menceraikan dia, akhirnya dia pun menyetujui hal itu. Sudahlah, ini akhir dari rumah tangga kalian." Kata Rani.
"Ma, dengan segala hormat tolong jangan ikut campur rumah tangga saya..." Kata Rizky yang sedikit emosi melihat ibunya seolah mengompori istrinya.
Mendengar itu Rani hanya menaikkan bahunya sekali.
"... Dek, ayo bicaralah." Lanjut Rizky.
"Mama benar, Mas. Mungkin ini memang akhir dari kisah kita." Kata Kira sembari menundukkan kepalanya.
"APA? ENGGAK! Mas gak mau!"
"Ini keputusan Adek..."
"Masih ada jalan lain, Sayang..."
"Apa? Apa? Apa, Mas?... Hikss.. Hikss.." Kira yang sedari tadi membendung air matanya, kini tumpah sudah. "Cuma ini permintaan Ali untuk mengutuhkan keluarga kami lagi."
Rizky menatap Kira dengan risau, "Tapi Mas gak bisa lepasin kamu. Enggak! Demi Allah Mas gak mau!!"
"Ra..." Gunawan mulai berbicara, "Papa gak masalah kok kalau kehilangan Ali lagi.. Papa ikhlas karena ini memang salah Papa... Tetaplah bersama Rizky." Pinta Gunawan dengan nada suara yang merendah.
"Lihat, kan Sayang? Papa gak masalah kok..."
"Pa... Ra tahu Papa sangat merindukan Kak Ali. Papa jangan coba untuk membohongi Ra. Kalau Papa ikhlas, Ra juga bisa ikhlas kok dengan pernikahan ini.. Hiks.. Hiks.."
"Tapi Mas gak bisa! Ayolah kita bicara dulu baik-baik, Dek.. Kita cari jalan tengahnya sama-sama."
"Tidak ada yang perlu dibicarakan lagi, Ky. Sudahlah jangan drama. Ceraikan saja dia dan cari wanita lain. Siapa sih wanita yang gak mau dengan keluarga keturunan Syarif?" Sambung Tyo.
Benar, Ky. Tinggalkan saja dia. Aku masih di sini menunggumu. Batin Diana yang masih berdiri di terasnya.
"Mama sama Papa maunya apa sih? Bukankah selama ini dugaan kalian terhadap Papa Gunawan yang seorang pembunuh adalah keliru? Lalu, alasan apalagi yang membuat Mama dan Papa tetap bersikukuh ingin kami bercerai?!" Rizky semakin emosi.
"Tentu saja karena dia anak seorang Gunawan."
"Apa maksudnya?"
"Haduh... Rizky.. Rizky.. Kapan sih kamu mau sadar? Dia dan keturunan-keturunannya kan bisa saja mengidap penyakit yang sama secara genetik. Memangnya kamu tidak takut jika nanti istrimu emosionalnya juga terganggu seperti ayahnya? Atau bisa saja dia membunuhmu!" Kata Rani yang seolah membuat situasi semakin memanas.
"Ma, jangan berlebihan."
"Mama bicara apa adanya kok..."
"Mama kamu benar, Mas. Meskipun Adek gak menginginkan itu, bisa saja penyakit Papa juga menyerang Adek. Mencegah lebih baik daripada mengobati, kan? Jadi, lebih baik kita.... Hiks.. Hiks..."