Aku tahu apa yang kulakukan ini salah. Tapi, dia adalah cinta pertamaku. Memangnya aku gak boleh berontak dari sakit hati ini? Dan kenapa pepatah yang mengatakan 'cinta pertama takkan pernah berhasil' itu selalu benar?! Batin Ali sembari menuju cafe yang tidak jauh dari tempat dia diturunkan.
Aku lapar. Tapi semua isi dompetku sudah kuberikan pada Ayah tadi. Bagaimana ini?
Dari jauh, terlihat mobil berwarna silver berhenti tepat di depannya. Empat orang wanita turun dari mobil itu dengan style modis. Tidak lain adalah The Girls. Salah seorang di antara mereka menegurnya, "Eh? Mas Bewok?" Sahut Caca.
Ali menoleh ke belakang.
"Mas loh yang saya panggil..." Kata Caca, sopan.
Saya? Sejak kapan dia jadi sopan? Batin Dara, Luna, dan Pika yang saling bertatapan, heran.
"Saya?" Tanya Ali, memastikan. "Memangnya kita pernah bertemu sebelumnya? Apa saya pernah melakukan kesalahan padamu?"
"Tentu saja."
"HA?!" Dara, Luna, Pika bertanya-tanya.
"Mas sudah membuat kesalahan besar karena selalu menari-nari dalam pikiranku. Kyaaa!!!!" Caca berekspresi sok imut. Sementara Ali hanya berekspresi datar.
"Ewh... Kresek mana kresek???..." Tanya Dara.
"Saya serius. Kalian siapa?" Tanya Ali lagi.
"Ah, bukan siapa-siapa kok. Selain kita berdua sering bertemu dalam mimpi, kami juga pernah melihat Mas di rumah teman kami, Kira." Jawab Caca.
Mereka kenal Kira? Kebetulan sekali. Batin Ali. "Oh, kalian kenal Kira? Siapa? Temannya?"
"Iya, Mas. Tapi dulu."
"Dulu?"
"Iya. Yaaa.. Belum lama sih. Kami hanya ada sedikit masalah saja."
"Ooh.."
"Perasaan,Caca mulu yang jawab pertanyaan Mas Bewok, ya. Padahal waktu itu bilangnya gak tertarik." Bisik Luna. Dara dan Pika mengangguk setuju.
"Diam." Balas Caca. "Mas ini siapanya Kira?"
"Kakak kandungnya." Jawab Ali, santai.
"APA?!" Mereka semua terkejut.
"Bukannya Kira anak tunggal?" Tanya Caca.
"Bukannya dia satu-satunya pewaris Keluarga Wijaya?" Tanya Dara.
"Bukankah pertanyaan-pertanyaan kami ini benar?" Tanya Luna.
"Dan bukannya Kira juga cantik?" Tanya Pika. Sontak pertanyaannya mendapat lirikan dari mereka semua.
Mereka bisa kumanfaatkan. Batin Ali. "Oke.. Oke.. Saya akan menjawab pertanyaan kalian. Tapi traktir saya dulu, ya. Lapar.. Dompet saya sudah kembali ke pemilik asalnya."
Apa maksudnya? Caca melirik Ali dari bawah ke atas, percuma ganteng, tapi...
"Gimana? Mau gak? Kalau gak mau yasudah.." Ali beranjak pergi.
"Eehh... Tunggu dong Mas Bewok. Ayo-ayo.. Masuk. Makan saja sepuasnya, Caca yang traktir." Kata Luna.
"K-kok gue?" Tanya Caca.
"Udah.. Ikutin aja. Informasi ini penting buat kita." Bisik Luna.
***
Langit malam berwarna kelabu. Gemercik air di halaman rumah menambah kesan sepinya rumah itu. Seorang laki-laki sedang berada di halaman depan sembari menyandarkan tubuhnya di bangku taman.
Apa seperti ini rumah tanggamu sebenarnya, Ky? Mas jadi khawatir padamu dan Kira. Kasihan.. Kalian berdua terus saja tertekan. Di sisi lain, Mas juga takut untuk menikah. Mas takut mertua Mas tidak suka dengan Mas nanti. Terlebih Mas bukan orang 'punya', sepertimu. Batinnya resah.
"Mas." Sahut Rizky yang tiba-tiba datang.