Lelaki Pilihan

Syafaa Dewi
Chapter #47

SEASON 2 - AISYAH

5 tahun kemudian...

_____

Siang itu, seorang wanita sedang berdiri di depan cermin seolah bergaya, "Mama jelek gak pakai jilbab begini, Ra? Mama gak pede, nih." Tanya Rani pada Kira yang sedang melipat pakaian di kamarnya.

Kira tersenyum, "Ma, tujuan kita berhijab bukan karena ingin terlihat cantik dan mendapat pujian manusia, tapi tujuan kita berhijab adalah menaati perintah Allah dan menjadi wanita muslimah seutuhnya."

"Oo, begitu, ya?"

"Mama sudah yakin untuk berhijab?"

"Sejak bertahun-tahun lalu Mama sudah berniat untuk memakai jilbab, Ra, tapi Mama malu dikatain sama rekan-rekan bisnis Mama yang kebanyakan orang luar negeri, mayoritas mereka terkadang masih asing dengan wanita berhijab."

"Bismillah saja, Ma. Allah akan menolong kita jika kita menolong Allah."

"Menolong Allah?"

"Iya, dengan cara mematuhi perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya."

"Iya, deh. Mama bismillah dulu kali, ya. Yang penting Mama sudah memulainya, daripada Mama menyesal... Umur kan tidak tahu kapan.."

"Huss... Mama, nih..."

DRRTTTT DDRRRTTT... Suara telepon berbunyi. "Ma, ada telpon, nih." Kata Kira sembari memberi handphone kepada Rani yang masih sibuk menata jilbabnya.

"Oh, dari siapa?" Rani mengangkat teleponnya. "Halo, assalamu'alaikum..."

"Wa'alaikumussalam, Bu Rani.. Maaf saya mengganggu waktunya. Saya hanya mengingatkan bahwa kita ada rapat sekitar jam 3 sore di PT. Pelita Food untuk membahas proyek kita bersama mereka di Bosnia, Bu." Kata sekretaris Rani.

"Oh, iya. Hampir saya lupa. Baik, nanti saya ke sana."

"Baik, terima kasih, Bu. Sampai jumpa."

TIT TIT TIT...

"Ada apa, Ma?" Tanya Kira.

"Mama ada rapat dengan client sore nanti. Perusahaan Mama, Foody, bekerja sama dengan PT. Pelita Food untuk membangun proyek baru di kantor pusat kami di Bosnia. Mungkin Mama akan pergi dengan Rizky."

"Papa mana, Ma?"

"Papa sedang ada di showroom, katanya ada supplier mobil jenis baru yang akan masuk dan launching bulan ini."

"Oh, begitu. Mau Ra panggilkan Mas Rizky, Ma?"

"Iya, boleh. Mama tunggu di meja makan, ya. Sekalian kita makan siang. Ajak Ica juga."

"Iya, Ma."

Kira menuju taman bermain anak di samping rumah yang cukup minimalis. Rizky sedang bermain dengan Aisyah di sana.

"Mas... Aisyah... Makan siang dulu, yuk!" Sahut Kira dari depan pintu yang menghubungkan taman dengan ruang tamu.

"Ayo, Sayang... Umi sudah memanggil kita." Kata Rizky.

"Ih, cayul Ica beyom macak, Bi. Nanti tita matannya pate apa?" (Translate: Ih, sayur Ica belum masak, Bi. Nanti kita makannya pake apa?)

"Bi Iyem kan sudah masakin buat kita. Ayok, kita makan..."

"Tapi.. Tapi... Ica mau macak untuk Abi sama Umi..."

"Iya, habis kita makan, Ica boleh masak lagi."

"Cama Abi, ya? Ica mau macak tue putuuuu.."

"Iya, tapi sekarang kita makan dulu. HAP!!! Pesawat Ica akan terbang menuju meja makan... Sssyyyuuuuu~~~" Rizky menggendong Aisyah seolah sedang menerbangkan pesawat.

Kira tersenyum kecil, "Mas, awas jatuh, loh..."

"Abi tan piyot yan jado, Mi.." (Translate: Abi kan pilot yang jago, Mi)

Kira tertawa, Benar, Nak.. Abimu juga pilot yang handal untuk keluarga kita. Batinnya dengan wajah bahagia.

.

Di meja makan...

"Ica sudah cuci tangan?" Tanya Kira.

"Hu'um. Tenok ni... Tanan Ica dah mangi... Huuummm... Mangi tobeyi..." (Translate: Tengok nih.. Tangan Ica udah wangi... Huuumm... Wangi stroberi).

"Ica mau makan pakai apa?" Tanya Rizky.

"Uumm..." Aisyah melihat sekeliling meja makan. "Ica mau temuaaaa... Mau itan, ayam, adin, cama cayul byokoyi. Mamam! Mamam!! Mamam!!!" Dia bersorak. (Translate: Ica mau semuaaaa... Mau ikan, ayam, daging, sama sayur brokoli. Makan! Makan!! Makan!!!)

Lihat selengkapnya