Lelaki Pilihan

Syafaa Dewi
Chapter #49

[2] KIRA, RIZKY, DAN CINTA

Dari semua kebahagiaan yang sudah terukir cukup lama, serta masa lalu yang sudah pupus dalam ingatan, mengapa kini dia kembali hadir seolah ingin membongkar kenangan yang sudah lama mati? Batin Kira, cemas. Tepat pukul 11 malam, dia masih menunggu Rizky di ruang tamu sendirian, memikirkan kekhawatiran terhadap dirinya dan Ivan yang tiba-tiba hadir lagi dalam hidupnya.

Aku mengkhawatirkan ini bukan karena aku masih punya rasa terhadapnya, aku hanya takut dia berusaha menggantikan posisi yang sudah ditempati oleh Mas Rizky. Dan, aku juga tidak bermaksud berburuk sangka, tapi, siapa yang tahu jalan pikiran pria? Decak Kira.

Semua ini membuatku mengantuk. "Hoooaaammmm..." Kira menguap. "Apa Mas Rizky masih lama?" Gumamnya. "Dia menyuruhku untuk tidur lebih dulu, padahal dia tahu kalau aku tidak bisa tidur tanpa pelukan darinya, curang kamu Mas..." Kata Kira sembari merebahkan tubuhnya di sofa.

..

15 menit kemudian...

TING NONG! Suara bel rumah berbunyi. Karena begitu lelap, Kira tidak mendengarnya.

"Mungkin Kira sudah tidur, Ky." Kata Rani.

"Iya, Ma. Tadi saya yang memintanya untuk tidur duluan dan tidak menunggu saya. Tapi, tenang, saya punya kunci cadangan, kok." Kata Rizky yang kemudian menuju mobilnya, membuka dashboard.

Mereka membuka pintu dan...

"Astaghfirullah! Kenapa dia tidur di sini?" Kata Rani setelah melihat Kira tertidur di lantai.

Rizky tertawa kecil, "Hahaha.. Dasar keras kepala. Mama masuk saja duluan, istirahat, Kira biar saya yang urus."

"Okey." Rani pergi ke kemarnya meninggalkan mereka berdua.

"Adek... Sayang..." Sahut Rizky sembari menepuk-nepuk lengan Kira dengan pelan.

Kira masih tidak bangun.

"Oh, kamu mau pake cara itu, ya..." Rizky tertawa, kemudian... Cuuuuppp!! Dia mencium pipi Kira.

Sontak hal itu membuat Kira terbangun. "EH?! Siapa?!" Tanyanya kaget, dia langsung terduduk. Kemudian, dia menatap sekitar, "Mas? Kapan pulangnya? Kok gak pencet bel? T'rus, kok Adek bisa di bawah?"

"Ih, kamu ini, ya... Apa sofa kurang empuk sampai harus tidur di lantai?"

"Tadi Adek tidur di sofa, kok... Masa sih Adek jatuh tapi gak kerasa?"

"Itu berarti kamu nyenyak banget tidurnya."

"Mana bisa Adek nyenyak tidur tanpa pelukan Mas." Goda Kira.

"Wah... Sudah mulai ada hawa-hawa panas nih di sini." Balas Rizky sembari mengibas-ngibaskan tangannya ke udara.

"M-Mas... B-bukan gitu maksudnya.." Kira malu.

"Hahaha... Mas bercanda. Ayok bangun, tidur di kamar sana... Mas mau mandi dulu."

"Adek siapin air hangat, ya."

"Boleh.."

..

Beberapa saat kemudian...

"Mas, mau dibuatin apa? Mau makan lagi?"

"Enggak.. Mas mau teh hangat saja ya, Sayang." Kata Rizky yang sedang duduk di ruang tamu.

Kira berusaha menggapai gelas di lemari atas. Dia berjinjit namun tak kunjung tergapai, Rizky memandanginya dari jauh sambil tersenyum.

Kira menoleh, "Kenapa Mas tidak membantu Adek di sini dan membuat diri Mas berguna?" Katanya, kesal.

Rizky datang dengan langkah panjang, "Kamu ini tidak bisa apa-apa ya tanpa Mas.." Ejeknya. Kemudian ia berdiri di belakang Kira dan mengambil gelas di atas lemari.

SET! Kira merampas gelas itu, "Memang gak bisa. Makanya jangan jauh-jauh."

"Hahaha... Siap komandan!" Kata Rizky.

"Mas, jadi gimana itu proyek yang di Bosnia?" Tanya Kira sambil mengaduk teh.

Rizky membuka kulkas, mencari cemilan yang bisa dimakan, "Sebuah proyek besar, Dek... Harus benar-benar ahli di bidangnya. Banyak biaya yang harus dikeluarkan karena baru pertama kalinya perusahaan membuat produk yang benar-benar produksinya dari nol." Jelas Rizky.

Mereka berdua duduk di kitchen set, "Kan lebih baik impor saja dari sini Mas, seperti biasanya. Gak perlu repot-repot, tuh." Kata Kira.

"Tadinya memang begitu, tapi semakin ke sini semakin banyak lonjakan permintaan pasar akan sayur dan buah-buahan organik. Kalau Mas hanya menunggu impor dari perusahaan cabang yang di Jakarta, butuh waktu lama untuk sampai, belum lagi estimasi yang lama, serta mengurus pajak impor. Huh! Ribet, gak efisien. Kraukkk... Krauk..." Jelas Rizky sambil mengunyah cemilan. "... Kalau kita punya pertanian dan perkebunan sendiri di sana, bukankah lebih efisien? Kita hanya perlu beli bibit saja dan menunggu hasil."

"Iya juga, ya... Mas Adek pintar ih.." Puji Kira sambil mengelus-elus lengan Rizky.

Lihat selengkapnya