Lelaki Pilihan

Syafaa Dewi
Chapter #52

[2] PERGI KE BOSNIA - 2

Malam sudah larut, Rizky masih mengemasi barang-barangnya dibantu oleh Kira untuk berangkat besok.

"Mas apa benar Adek gak boleh ikut?" Tanya Kira.

"Sayang... Apa jawaban yang kemarin dan hari ini tidak cukup jelas untukmu?"

"Adek masih gak rela melepas Mas pergi."

"Mas hanya sebentar, kok.. Gak lama." Kata Rizky dengan senyum tipis.

"Awas ya kalau di sana kepincut sama cewe lain." Ancam Kira sembari menaikkan jari telunjuknya di hadapan wajah Rizky.

"Astaghfirullah..." Rizky menurunkan jari telunjuk Kira, ".. Tidak ada wanita yang bisa menggantikanmu di hati Mas."

"Gombal." Wajah Kira cemberut. "Di mana-mana bule itu cantik, Mas."

"Tapi wanita lokal lebih menarik, Dek." Kata Rizky sambil mencolek dagu Kira.

"Kaann... Gimana mau marah kalau Mas begini!!!" Kira kesal.

"Masa cemberut gitu, sih? Mas mau pergi jauh, loh.. Harusnya manja-manjaan gitu.." Kata Rizky.

"Huh!" Kira merebahkan tubuhnya di bahu Rizky. "Adek akan rindu ini. Gak ada sandaran yang lebih empuk selain bahu suami."

"Dan gak ada pijitan terenak selain pijitan Adek..."

"Ahh.. Mas..." Kira memeluk Rizky. "Kenapa sih harus pergi!! Huaaaa!!!" Dia menangis.

"Cup.. Cup... Nanti setiap hari kita bisa video call-an, kok..."

"ABIIII!!!" Teriak Aisyah dari luar. TOK TOK TOK!!! "Ica macuk, ya???"

"Iya, masuk saja, Nak..." Jawab Rizky.

Aisyah melihat Kira yang menangis, "Umi tenapa? Kok Umi nanis? Abi jahatin Umi, ya?" Dia melihat Rizky dengan tatapan tajam.

"Umi nangis karena besok Abi mau pergi, Nak.." Jawab Kira dengan terisak.

"Tapi tata Abi, Abi pegina cebental?"

"Iya, cuma sebentar, kok..." Jawab Rizky.

Aisyah mendekati Kira, berusaha naik ke kasur dan memeluknya, "Umi janan nanis,,, Ica ada dicini cama Umi... Ica atan dadi anak yan baik, Ica dandi." Kata Aisyah sembari menaikkan satu jari kelingkingnya.

"Kira menghapus air matanya, "Iya, Nak.. Umi percaya sama Ica."

"Ica malam ini tidur sama Abi dan Umi, ya." Pinta Rizky.

"Asyyiikkkk!!!" Katanya sambil loncat-loncat di atas kasur.

Aku ingin memelukmu dengan sangat erat, seolah ini adalah pelukan terakhir kita, Mas. Batin Kira.

***

Sydney, 08:00 AM, Kingsford Smith International Airport

Ivan dan Sarah sudah berada di bandara untuk menuju Bosnia. Ada Steve -suaminya-, juga Caca yang menemani.

Terlihat dari jauh langkah kaki terburu-buru menghampiri mereka, Dara. "Hoshh.. Hoshh..." Dia terengah-engah. "Kok lo gak bilang sih mau?" Tanyanya pada Ivan.

"Memangnya lo siapa gue?" Jawab Ivan cuek.

Dara terlihat sedih.

"Why do you say that to her?" Tanya Steve. (Translate: Kenapa kamu berkata seperti itu padanya?)

"Eh, halo Om, Tante..." Sapa Dara sembari mencium tangan Sarah dan Steve.

Ivan hanya meliriknya, "We're just friends, but she over-reacts to that. I'm uncomfortable." Jawab Ivan. (Translate: Kami hanya teman, tapi dia terlalu berlebihan menanggapi itu. Aku tidak nyaman)

"Sorry, I'm just trying to care about you." Kata Dara. (Translate: Maaf, aku hanya mencoba peduli padamu)

"Udahlah, Dar.. Ivan memang begitu orangnya. Lo ngapain jauh-jauh ke sini?" Tanya Caca.

Kemudian Dara duduk di tengah-tengah mereka, "Gue cuma mau ngucapin sesuatu ke Ivan."

"Apa?" Sambung Ivan.

"Hati-hati..."

Lihat selengkapnya