Bosnia sedang musim dingin saat itu, tak terkecuali Sarajevo yang tertutup gumpalan es. Pagi yang dingin tak mengurangi semangat Rizky untuk memantau proyek yang sedang dijalankan olehnya.
Perusahaan Foody miliknya masih beroperasi sekalipun badai salju menerjang. Akibat proyek baru yang cukup besar, dia sangat antusias menyelesaikannya tepat waktu. "Sudah sejauh mana perkembangannya, Pak?" Tanya Rizky kepada Kepala Manajer Pertanian di perusahaannya.
"Sejauh ini progresnya sudah cukup baik, Pak. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Hanya saja, kita harus memikirkan bagaimana kondisi tanaman saat musim dingin seperti ini. Walaupun beberapa tanaman di sektor perkebunan berada di rumah kaca, kita harus tetap waspada akan segala kemungkinan yang ada." Jelasnya. "Lebih baik Bapak diskusikan hal ini dengan pihak Advance Corporation.
"Hmm.. Iya, benar. Baik, terima kasih laporannya."
"Baik, kalau begitu saya permisi dulu, Pak." Kata Kepala Manajer yang hendak meninggalkan ruang kerja Rizky.
Kemudian, dia mengambil telepon, meminta sekretarisnya untuk datang ke ruangannya. "Wira, tolong kamu ke ruangan saya, ya. Ada tugas yang akan saya berikan untukmu."
"Baik, Pak."
Beberapa saat kemudian...
TOK TOK! "Permisi, Pak?" Sahut Wira.
"Iya, silahkan masuk."
"Ada yang bisa saya bantu, Pak?"
"Tolong kamu atur jadwal meeting dengan pihak Advance Corporation untuk membahas proyek kita selanjutnya, ya."
"Baik, Pak. Segera akan saya hubungi mereka."
"Dan segeralah minta mereka untuk mempercepat waktu meeting kali ini. Saya tidak suka membuang-buang waktu." Pinta Rizky.
"Baik, Pak."
"Sudah, itu saja. Saya tunggu laporan kamu. Terima kasih, Wira."
Wira mengangguk. "Kalau begitu saya permisi dulu, Pak."
"Ya, silahkan."
Rizky kembali melanjutkan pekerjaannya. Di meja kerjanya terpajang foto istri dan anaknya, ia melirik sesaat, "How much I miss you all.." Katanya dengan tersenyum.
DRRTTT... DRRTTT... Handphonenya berbunyi, panggilan suara dari Haris.
"Wah, masyaa Allah.. Setelah sekian lama, Mas Haris menelponku kali ini." Kata Rizky, kegirangan. Dia segera mengangkat telepon itu, "Assalamu'alaikum, Mas... Piye kabare?"
"Wa'alaikumussalam warahmatullah.. Alhamdulillah apik, Ky."
"Sudah lama gak nelpon, Mas ini kemana saja, to?"
"Yaa.. Kamu kan tahu Mas sedang sibuk mengurus pembangunan pondok pesantren yang baru di Jogja."
TING!! Rizky teringat satu hal. "Mas, Diana sedang di Jogja, lho..."
"Nah, justru itu hal yang ingin Mas bicarakan padamu. Tapi, kamu sedang sibuk, ndak?'
Rizky melirik meja kerjanya yang berantakan, "Ah, tidak, kok.. Sedang santai saja nih, Mas. Mau cerita opo?" Baginya, menjadi pendengar yang baik adalah pekerjaan yang tidak semua orang mampu melakukannya.
"Anu.. Sebenarnya Diana itu sudah mendaftar menjadi calon santriwati di sini, Ky."
"Wah, benarkah?!" Tanya Rizky, antusias. "CLBK nih ceritanya? Hahaha..." Rizky tertawa lebar. (Read: Cinta Lama Bersemi Kembali).
"Mas bingung harus bagaimana..." Kata Haris, cemas. "Mas belum siap bertemu dengannya."
"Eh, tapi bukannya pondok masih dibangun, Mas? Kok sudah ada yang mendaftar?"
"Mas gak tahu, Ky. Memang dari awal sistemnya sudah begitu. Pondok Pesantren Nurul Iman kan salah satu pesantren terbaik di Indonesia, jadi siapa cepat dia dapat, hahaha..."