Rizky sedang menyandarkan tubuhnya di sofa. Suasana malam yang dingin membuatnya semakin ingin menyelesaikan semua pekerjaan yang ada. Sembari membuka laptop, dia mengirim pesan via email kepada Wira, sekretarisnya.
Mengetik...
Assalamu'alaikum Wira, maaf mengganggu waktumu malam-malam. Bagaimana tentang rapat bersama Advance Corporation? SEND.
Beberapa saat kemudian, Wira membalas pesannya, Wa'alaikumussalam, Pak. Tidak mengapa. Maaf saya lupa mengabari Anda bahwasanya besok sore kita akan rapat bersama mereka di Restoran Bazeni. Berikut saya lampirkan dokumen yang harus Bapak baca untuk tambahan referensi.
Restoran Bazeni, Sarajevo
Baik, terima kasih, Wira.
Sama-sama, Pak.
..
Setelah itu, Rizky membuka buku agenda yang dia buat sendiri sejak hari pertama dia mendarat di Bosnia.
Buku yang berjudul, '30 Pesan dari Bosnia UNTUK ISTRIKU' adalah buku yang berisi cerita sejarah maupun pengalaman yang dia dapatkan selama berada di Bosnia. Namun, yang lebih penting adalah, buku itu juga berisi pesan-pesan singkat yang akan dia tujukan kepada Kira, istrinya, saat dia pulang ke Indonesia nanti, entah itu pesan cinta, nasehat, ataupun agama.
Rizky tersenyum sambil memegang buku itu, "Mas belum menulis sepatah kata pun di sini, Sayang. Tapi, Mas janji akan membuat buku ini menjadi buku yang paling berkesan bagimu." Gumamnya.
***
Kira datang ke perusahaan ayahnya, "Kak, kapan kita pergi? Aisyah sudah libur, nih. Lusa perusahaan juga sudah cuti." Tanyanya pada Ali yang masih memfokuskan pandangannya pada laptop.
"Sabar, Ra. Kakak juga lagi berusaha mengosongkan waktu untukmu."
"Papa kapan pulang?"
"Belum tahu. Masih banyak urusan di sana katanya."
"Ra udah gak sabar mau pergi..." Katanya dengan nada suara memelas.
"Ya, gimana... Sebelum cuti, perusahaan kan harus menyelesaikan semua proyek yang ada dulu.."
Kira hanya diam.
"Sebentar, Kakak akan diskusikan dengan Sekretaris dan Manajer Pemasaran dulu. Kamu ini buat repot saja." Kata Ali yang segera keluar ruangan.
"Gitu, dong!" Kata Kira semangat.
Sebelum menuju pintu, Ali berbalik, "Kenapa kamu gak pergi sama mertuamu saja? Pak Tyo?"
"Gak bisa, Kak. Papa sibuk dengan urusan di showroom sampai akhir bulan, apalagi mau cuti akhir tahun gini." Jelas Kira.
"T'rus kalau kamu pergi, Papa sama siapa di sini?"
"Ada Bi Iyem di rumah. Lagipula Papa juga jarang pulang. Beliau lebih sering menginap di kantornya sanking banyaknya kerjaan. Kalau sudah begitu, mana mungkin Ra ajak ke Bosnia."
Ali mengangguk paham, kemudian ia pergi.
***
Pagi yang dingin di sebuah rumah klasik di Sarajevo...