Rani tak kuasa melihat menantunya yang sudah seperti orang sakit jiwa.
Dokter masuk mendamaikan situasi. "Šta je ovo? (Ada apa ini?)"
"Moj zet je doktor ... Molim vas pregledajte ga. I bolje je da se o tijelu moga djeteta odmah pobrine tako da ga odmah možemo odneti u Indoneziju. Međutim, prije toga možete li mi objasniti koju bolest ima moje dijete? (Menantu saya Dokter.. Tolong periksa dia. Dan lebih baik jenazah anak saya segera diurus saja agar dapat segera kami bawa untuk dimakamkan ke Indonesia. Namun, sebelum itu, bisakah Anda jelaskan kepada saya penyakit apa yang diidap oleh anak saya?)" Tanya Rani.
"Sestro, molim vas odvedite ovu majku u odjeljenje. Smiri se. (Suster, tolong bawa Ibu ini ke ruang rawat. Tenangkan." Pinta Dokter kepada Suster.
"Dobro, Doktore. (Baik, Dok)."
"Pridružujem se. (Saya ikut)." Sahut Ivan.
Mereka pun pergi.
"Dakle, evo gospođo... Vaš sin ima rak mozga... (Jadi begini, Bu.. Putra Anda mengidap penyakit kanker otak...)"
"Innalillah..." Sahut Rani dan Andi bersamaan.
"... Tačno. Nažalost, gospodin Rizky je tek nedavno došao u ovu bolnicu kada se rak proširio na cijelo tijelo, u posljednju fazu. Pokušali smo koliko god je moguće, ali s obzirom da je ušao u , posljednju“ fazu svoje bolesti i tek liječen, nesretno je da je prekasno. Ako se još uvijek liječi u ranoj fazi, mogućnost oporavka je bila velika, gospođo. Ali ako je to završna faza, samo čekam čudo od Svemogućeg. (... Benar. Sayangnya, Pak Rizky baru datang ke rumah sakit ini beberapa saat yang lalu ketika kankernya sudah menjalar ke seluruh tubuh, stadium akhir. Kami sudah berusaha semaksimal mungkin, namun karena beliau sudah masuk tahap 'final' dari penyakitnya dan baru diobati, sangat disayangkan sudah terlambat. Jika tadi masih stadium awal sudah ditangani, kemungkinan untuk sembuh itu besar, Bu. Tapi kalau sudah stadium akhir, hanya tinggal menunggu keajaiban dari Yang Maha Kuasa.)" Jelas Dokter.
Andi dan Rani memahami hal itu.
"Rizkog smo iskreno pustili. Molim te pobrinite se za tijelo mog djeteta, Doktore. (Kami sudah ikhlas melepas Rizky pergi. Silahkan urus jenazah anak saya, Dok.)" Kata Rani.
"Pa. Ja ću se pobrinuti za to uskoro. Onda, izvinite. (Baik. Saya akan segera mengurusnya. Kalau begitu saya permisi dulu.)"
Mereka mengangguk.
"Nek, Umi baik-baik aja, tan?" Tanya Aisyah yang masih ketakutan.
Rani hanya tersenyum cemas.
...
"JANGAN BAWA SAYA! LEPASKAN! LEPASKAN! SAYA MAU IKUT DENGAN SUAMI SAYA!!!!" Suara Kira mengeram. Ia berontak dari genggaman suster yang berusaha menidurkannya di ranjang.
"Smiri se Gospođo... Smiri se. Čekaj malo, molim te... (Tenang, Bu... Tenang. Sebentar, ya...)" Suster itu menyuntikkan cairan ke tubuh Kira, seketika kondisinya tertangani. Ia stabil.
"Hiks... Hiks... Saya tidak bisa mengikhlaskan suami saya, Sus... Saya mencintai dia.. Tolong mengertilah.. Bagaimana saya bisa hidup tanpa orang yang saya cintai? Putri kami masih kecil. Dia masih membutuhkan kehadiran ayahnya. Bahkan saat ini saya sedang hamil anak kedua kami. Suster... Biarkan saya mati... Saya ingin ikut dengan suami saya saja... Tolong, Sus... Huhuhu..." Ia mengigau sampai menangis tersedu-sedu hingga akhirnya tertidur.
Kira sedang hamil? Ivan terkejut.
Suster yang tidak mengerti apa yang dibicarakan Kira, hanya bisa tersenyum mendengarkan dan memahami pasiennya.
Ikhlaslah, Ra... Batin Ivan yang tidak tega dan masih merasa bersalah.
***
Kematian Rizky yang tiba-tiba menggemparkan semua pihak, baik yang ada di Bosnia, maupun di Indonesia.
Setelah diurus, jenazah Rizky di bawa ke rumah duka di Sarajevo lalu diberangkatkan ke Indonesia untuk dimakamkan di sana.
...
Sementara itu, kondisi Kira masih belum stabil. Tubuhnya masih lemas dan tatapannya tidak fokus, layaknya orang depresi dan kehilangan akal.
Setelah mereka semua pulang dari Bosnia dan Rizky dibawa ke rumah duka di Jakarta, Kira masih harus membutuhkan pertolongan medis akan kondisi mentalnya, hingga ia langsung dilarikan ke rumah sakit agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Setelah Kira di rumah sakit, mereka kembali ke rumah duka dan 'menitipkan'nya pada Ivan.
...
...
LIU LIU LIU...