Sepulang dari pemakaman, Ivan membongkar rak bukunya, mencari sesuatu yang seolah harus diberikan kepada seseorang yang dimaksud si empunya buku.
Didapatinya buku bersampul biru dengan lukisan cantik sebuah negara di mana pernah terjadi pembantaian muslim besar-besaran di sana, Bosnia.
Apa ini sudah waktu yang tepat? Batinnya. Walaupun buku ini tidak memiliki kunci seperti buku privasi lainnya, tetap saja aku tidak berniat untuk membacanya, meskipun aku ingin tahu apa isi di dalamnya.
'30 Pesan dari Bosnia UNTUK ISTRIKU'. Judul yang menarik. Oh, ada note kecil di bawahnya, "Adek.. Buku ini adalah satu-satunya cara Mas untuk membimbingmu dari jauh. Bacalah jika kau sedang rindu." Romantis juga dia.
Eh, tunggu. Pesan? Membimbing dari jauh? Berarti selama ini dia sudah tahu akan "pergi"? Ivan tersentak.
TOK TOK TOK!!!
"Kak, ada Dara di luar." Sahut Caca di depan pintu Ivan.
"I-iya." Seolah ada teka-teki yang harus aku pecahkan. Hmm... Aku akan cari tahu nanti.
***
BRAK! Ali membuka pintu dengan keras setelah panik selama di perjalanan.
"Di? Kira di mana? Kamu baik-baik saja?" Tanyanya pada Diana yang sedang memijit tubuhnya akibat terbentur dinding.
"Tuh, Kira sedang tidur. Dokter tadi memberinya suntikan penenang."
"T'rus kamu kenapa? Baik-baik saja? Kamu bilang Kira berusaha mencelakaimu?"
"Iya, tadi dia membenturkan tubuhku ke dinding."
"Astaghfirullah... Parah, gak? Cek ke dokter gih mumpung lagi di rumah sakit."
"Ah, paling juga cuma memar."
"Coba sini kulihat." Ali mendekati Diana, mencoba menyentuh tubuh belakangnya.
Diana langsung menghindar, "Woi! Gila, ya?"
"Eh?" Ali tersadar. "Astaghfirullah... Maaf, Di... Refleks. Namanya juga khawatir." Kata Ali, malu.
"Khawatir kok modus."
"Gak modus, tuh."
"Trus apa?"
"Usaha."
"Hiliihh..."