Narada siang itu melakukan technical meeting dengan bawahannya, ini menyangkut standar keamanan mengadakan pesta dalam keadaan new normal. Berbeda dengan pesta pernikahan saat keadaan biasa. Di era new normal ini harus tetap mengedepankan physical distancing sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah untuk menghindari penyebaran wabah covid 19.
Sangaji membentangkan denah di meja yang dikelilingi oleh beberapa staf Narada. Ia memberikan arahan mengenai penempatan hand sanitatizer dan pengecekan suhu.
“Ingat, pengecekan suhu dilakukan dua kali di luar dan di dalam ruangan, begitu juga pemakaian hand sanitizer, para petugas kita harus terus mengingatkan tamu undangan untuk memakainya.”
Narada tersenyum puas, persiapan untuk acara sabtu malam sudah rampung sembilan puluh persen.
“Hary, kamu sudah order hand sanitizernya belum? Kita untuk bulan ini butuh banyak lho, yang ukuran besar, mengingat ada 5 job acara nikahan di bulan ini.”
Hary yang menangani masalah perlengkapan memberikan laporannya terkait pengadaan hand sanitizer dan alat pengukur suhu. Ternyata pengadaan barang-barang di masa covid ini mengalami hukum penawaran dan permintaan juga, keduanya meski sekarang cukup mudah didapatkan termasuk barang yang harganya jadi melambung. Untung ada beberapa lembaga yang memproduksi hand sanitizer dengan harga yang ramah di kantong.
Satu jam kemudian semua pembahasan sudah selesai, mereka kembali ke ruangan masing-masing. Narada menyempatkan diri mampir ke meja resepsionis sekaligus pusat informasi calon klien yang ingin memakai jasa Narada Wedding organizer.
“Intan, ini aku kembalikan gamis kamu yang kupinjam kemarin,terimakasih ya” ujar Narada sambil menyodorkan kantong berisi baju milik Intan.
“Sami-sami, nggih,” jawab Intan, seperti biasa dengan suara jawanya yang mengalun, bagai pemain wayang orang.
Intan menyodorkan catatan kepada Narada, “Nyuwun pangapunten, ini daftar calon klien yang telepon hari ini, ada beberapa yang janjian untuk datang, saya sudah menyusun tanggal ketemuannya.”
Narada tersenyum, Alhamdulillah di masa new normal ini yang memakai jasa WO nya, sudah mulai ramai, meski tidak seperti dulu. Banyak orang yang bergantung pada jasa wedding organizernya, baik itu karyawan langsung maupun mereka yang bergerak di bidang pendukung seperti catering, penyewaan pelaminan, gedung, cleaning service hingga petani bunga.
---
Acara yang berlangsung malam hari di sebuah gedung yang cukup mewah ini berlangsung lancar, para tamu undangan cukup patuh dengan protokoler yang sudah ditetapkan, tidak ada kerumunan di tempat makanan.
Dari mayoritas tamu yang datang, Narada bisa menyimpulkan dari kalangan mana mereka. Pakaian yang dikenakan terlihat sangat berkelas, begitu juga dengan tas branded yang dipakai para wanita, enggak mungkin mereka menenteng tas Hermes, Channel, Calvin Klein dan Gucci KW 1 atau KW super.
Sangaji tiba-tiba saja sudah ada di sampingnya, Narada tidak menyadari kapan cowok hitam manis itu datangnya, mungkin karena ia terlalu sibuk memperhatikan berapa banyak tamu undangan membawa brand ternama di badannya.
“Nara, gawat nih,” bisiknya.
Narada mengerutkan kening sambil memandang sepupunya itu.
“Apa yang gawat?”
“Menurut perhitunganku mestinya jam segini sate masih banyak. Tadi aku memantau baru tiga tempat yang dikeluarkan. Tapi menurut karyawan catering sate sudah dikeluarkan semua dari mobil box.”
“Seriusan?”
Sangaji mengangguk, ia memang paling teliti dalam memantau arus keluar makanan. Berdasarkan pengalaman ada oknum pegawai catering nakal yang mengurangi jumlah makanan yang dipesan bahkan sampai lima puluh persen. Hal seperti ini sangat dijaga oleh Narada Wedding organizer karena ini menyangkut sebuah kejujuran dan kepuasan pelanggan.