LEMAH URUG

Efi supiyah
Chapter #7

YANG SELALU MENGAWASI DAN DIAWASI


Setelah menghabiskan sarapan, Santo dan Gusti segera berlalu untuk memulai pekerjaan rumah mereka di ruang kerja Santo.

Sementara Dinar dan Katiyah yang sudah menyelesaikan pekerjaan dapur dan bersih-bersih, memilih untuk bersantai bersama di teras sambil menunggu waktu makan siang.

"Besok, kalau pekerjaan Mas Santo belum beres saya ikut Yuk Yah ke pasar saja, sekalian jalan-jalan." usul Dinar.

"Tapi belanjaan yang kemarin kan masih banyak, Mbak?"

"Ya ndak apa-apa Yuk, biar saya gak bosan di rumah saja. Nanti kita belanja stok yang tinggal sedikit saja. Anggap saja refreshing. Saya juga ingin makan bakso jumbo yang di dekat pasar itu loh Yuk."

"Wah iya, setuju sekali saya Mbak. Lidah saya juga rasanya sudah ngiler ingin makan yang hangat-hangat pedas gurih. Bakso jumbo Pak Bandi sepertinya memang sudah pas sekali ini." seru Katiyah girang.

"Eh, Yuk... Itu yang sedang berdiri di tengah kebun mengawasi kita bukannya Bu Rumi yang kemarin ya?" tanya Dinar dengan suara pelan seraya menunjuk ke arah kebun di depan rumah mereka dengan menggunakan dagunya.

Katiyah melemparkan pandangan ke arah yang ditunjuk Dinar tadi. Di antara kerimbunan semak terlihat sosok wanita berbaju lusuh sedang memandang ke arah rumah mereka. Tidak berusaha mendekat, tetapi juga tidak bergerak menjauh selama beberapa waktu. Hanya diam dengan pandangan penuh rasa ingin tahu ke arah Dinar.

"Kenapa orang itu masih berkeliaran di sini? Mana saudara yang seharusnya menjaga Bu Rumi agar tidak datang ke sini lagi?" tanya Dinar pelan. Matanya mencari-cari sosok lelaki paruh baya yang kemarin membawa pergi Ruminah dengan becaknya. Tapi ia tidak melihat lelaki di sekitar rumahnya.

Dinar bangkit dari kursi teras yang ia duduki, bergerak menuju pintu pagar besi yang masih dalam keadaan terkunci dari dalam.

"Eh, Mbak Dinar mau kemana? Jangan ke sana Mbak, bahaya!" Katiyah buru-buru membuntuti langkah Dinar dengan perasaan cemas.

Ruminah masih tak bergerak dari tempatnya, tapi pandangan matanya mengikuti gerak langkah Dinar dengan pandangan waspada.

"Jangan keluar, Mbak Dinar! Perempuan gila itu membawa-bawa cangkulnya yang kemarin!" Dinar menghentikan langkahnya. Pandangan matanya kini tertuju pada cangkul yang tergeletak di dekat kaki Ruminah.

'Bagaimana mungkin keluarganya tidak menyimpan semua benda-benda berbahaya agar tidak terjangkau oleh anggota keluarga yang mentalnya tidak sehat ini? Apa mereka tidak berfikir jika hal itu bisa membahayakan orang lain?' Benak Dinar dipenuhi dengan berbagai pertanyaan.

"Kita masuk ke rumah saja yuk Mbak. Dia itu gila. Bisa saja melukai orang lain dengan cangkulnya." ajak Katiyah seraya menarik tangan Dinar agar menjauhi pintu pagar.

"Aku penasaran Yuk. Dia kelihatannya masih bisa diajak bicara. Mungkin aku bisa membujuknya untuk pulang, kalau kita bisa meyakinkannya kalau Suci dan Sumantri tidak ada di sini." ujar Dinar ngeyel.

"Saya panggilkan Mas Santo dulu Mbak, biar menemani Mbak Dinar. Biar ada yang membantu kalau ada apa-apa nanti!"

Lihat selengkapnya