Suara pintu pagar besi terdengar sampai ke dapur saat Dinar tengah sibuk membumbui ayam yang hendak dimasak.
"Ada orang di luar, Yuk!"
"Semoga bukan Yu Rumi.." sahut Katiyah gamang seraya membilas tangannya yang penuh sabun cuci piring.
"Semoga saja itu Pak Suhar, kemarin kan dia bilang mau datang ke sini." ujar Dinar menenangkan.
Tanpa menunggu perintah majikannya, Katiyah segera berlalu untuk melihat siapa yang sedang berada di depan rumah mereka.
Beberapa menit kemudian terdengar dua orang yang bercakap-cakap dengan suara yang kian mendekat dari arah samping dapur. Katiyah dan Pak Suhar. Mereka masuk melalui gang samping yang menembus garasi.
"Wah.. masih sibuk masak, Bu Dinar?" sapa Suhar setelah berada di depan pintu dapur yang terbuka lebar.
"Eh, Pak Suhar.. mari masuk Pak! Ini untuk makan malam nanti, jadi masaknya santai." Dinar segera berjalan mendekat setelah mengecilkan api kompor dan menutup wajan yang ia gunakan untuk memasak ayam sebelum berjalan mendekati tamunya.
"Ini ya Bu Dinar?" tanya Suhar tanpa basa-basi seraya menunjuk tempat kosong di balik dinding dapur. "Kenapa? Mau dijadikan ruangan tambahan?"
"Oh tidak, Pak. Saya cuma mau tanya tentang sisa tanah uruk itu.." Dinar menunjuk gundukan tanah yang berada di sudut.
"Oh, itu bukan sisa tanah uruk, Bu. Area belakang ini tadinya mau dijadikan taman belakang. Biar bisa buat bersantai. Makanya tidak dipasang ubin semuanya, sebagian dibiarkan berupa tanah agar bisa ditanami bunga dan rumput hias. Tapi karena anak saya tidak berniat menempati rumah ini, ya akhirnya terbengkalai." jelas Suhar seraya mendekati pintu besi yang mengarah ke kebun jati miliknya.
"Oh, begitu... tapi tanah yang lebih tinggi ini berasal dari mana Pak? Kenapa bagian ini terlihat seperti ada tambahan tanah sehingga menjadi lebih tinggi dari sekitarnya? Apa memang dari awal bagian ini tanahnya memang tidak rata?" tanya Dinar menunjuk gundukan tanah yang sudah memadat terinjak-injak.
"Itu memang ditambah tanahnya biar lebih tinggi. Nanti kalau sudah ditutupi rumput hias akan terlihat seperti bukit kecil, jadi tamannya akan kelihatan indah. Rencananya disitu juga akan dipasang lampu taman. Itu rencana saya pada awalnya, Bu." Suhar tersenyum tawar. Rona sesal terlukis di wajahnya yang mulai menua.