Lemari Tua

Monica Melinda
Chapter #2

Part 1 Lemari Tua

Silakan beri kritik dan sarannya.

°

°

°

"Apa kau yakin akan membeli lemari ini, Merida?" Suara Marsa terlihat takut.

"Iya. Memangnya ada apa, Marsa?" selidik Merida penuh curiga atas pernyataannya.

"Bukankah ini unik? Aku ingin memilikinya," jawabnya sambil memanggil pegawai untuk membayar barang yang telah dibeli.

Hari ini Merida mengajak Marsa untuk membeli lemari. Lemari pakaiannya yang dulu sudah hampir rusak. Cukup lama ia melihat beberapa lemari yang ada di toko ini. Tanpa sadar matanya tertuju kepada benda di ujung sudut toko. Warnanya hijau lumut dengan hiasan bulan sabit di kedua sisi pintu. Merida langsung menyukainya, tetapi Marsa menentang membeli lemari itu. Entah apa alasan Marsa.

"Dengan atau tanpa persetujuanmu, aku akan tetap membeli lemari itu," dengkus Merida kesal saat Marsa mengomentari jika lemari itu mistis.

"Aku bukannya melarangmu membelinya, Merida. Tetapi, ada sesuatu yang membuat aku takut."

"Lemari itu ada di kamarku, Marsa. Bukankah kau tidak sekamar denganku?"

"Ya sudah jika kau tetap memaksa. Aku tak ingin melarangmu," komentar Marsa berlalu pergi.

Mereka memang serumah, tetapi mereka memiliki kamar sendiri agar tidak menganggu privasi.

Merida tak sabar menunggu hari esok untuk melihat dan membersihkan barang yang sudah dibelinya. Ia seakan terhipnotis untuk memilikinya.

######

Barang yang ditunggu Merida akhirnya datang. Ia tak sabar menggunakan lemari ini untuk pakaiannya.

"Kau masih menata pakaianmu, Merida?" tanya Marsa di ambang pintu.

"Iya ada apa, Marsa?" Merida menjawab tak menoleh.

"Aku sudah menyiapkan makanan untukmu. Makanlah dulu baru kau menata ulang letak lemari itu."

"Baiklah. Aku juga sudah lapar," sahutnya sambil menutup pintu kamar.


Selesai makan malam yang dibuat Marsa. Merida langsung menuju kamar. Namun, ia terkejut mendapati semua pakaiannya sudah tertata rapi di dalam lemari.

"Ah ... mungkin aku lupa jika sudah menyusunnya," pikir Merida dalam hati.

Merida tak ambil pusing dengan keadaan yang tiba-tiba ini. Ia segera naik ke ranjang dan menarik selimut. Hampir satu jam dirinya terlelap saat mendengar suara ribut di ruang tamu.

"Aku sudah melarangnya, tetapi ia tetap teguh untuk mengambilnya." Suara wanita yang dikenalinya.

"Aku tak mau tahu jika terjadi sesuatu pada kalian. Aku sudah memberimu peringatan mengenai barang itu." Suara pria terdengar serak.

"Apa yang harus aku lakukan sekarang?" Pemilik suara yang diketahuinya, Marsa terlihat ada nada cemas.

"Kau harus terus mengawasinya," lanjut pria yang suaranya serak.

Merida berpikir mungkin suara itu adalah kenalannya Marsa dan tak mau menganggu mereka. Jadi ia biarkan saja mereka di ruang tamu untuk berbicara dan kembali tertidur.

"Dengan siapa kau berbicara semalam, Marsa?" Merida bertanya keesokan harinya saat mereka sarapan.

Lihat selengkapnya