Lembar Tentang Galang

Muhammad Nasokha
Chapter #1

Siswa Salah Jurusan

Pagi ini, langit Jakarta cerah berawan. Hanya ada beberapa awan-awan yang masih ingin tetap di tempatnya. Sementara warna biru lebih mendominasi langit Ibu kota. Di langit bagian timur, tampak sang mentari bersinar bekilauan, cahaya hangatnya mampu menghalau dingin dari muka bumi.

Seorang cewek dengan wajah berbinar sedang berjalan di koridor utama sekolahnya. Tiba-tiba cewek itu menghentikan langkah, karena teringat sesuatu. Kemudian satu tanganya terjulur ke dalam tas dan mengeluarkan ponsel dari sana. 

Clara hendak menghubungi Arin, sahabatnya dari kelas 10. Karena keduanya sudah janjian kalau mau mencari kelas baru bersama. Sudah ada pesan masuk dari Arin begitu Clara menghidupkan layar smartphone. Lalu, cewek itu memilih mendaratkan tubuh di bangku yang ada di koridor utama, sambil membaca pesan dari sahabatnya itu.

Arin :

Lo di mana, Clar? gue baru sampai sekolah nih!

Clara langsung mengetikan balasan pada layar smartpho-nya dengan senyum tertahan.

Clara :

Gue uda berangkat nih. Lagi duduk bangku lobi. Lo ke sini, cepetan!

Tak lama, seorang cewek dengan rambut sebahu tengah berjalan dengan langkah bergegas menuju ke arahnya. Wajahnya berseri- seri. Arin tampak begitu bersemangat di pagi senin ini. 

Clara juga tak bisa menyembunyikan senyum merekahnya begitu mendapatkan sahabatnya tengah berlari ke arahnya. Keduanya langsung berpelukan, langsung cerita apa saja sambil berjalan untuk mencari kelas baru mereka, dengan heboh.

Hari ini adalah hari pertama masuk sekolah kembali. Sebentar lagi, sekolah tidak akan merasa kesepian. Kelas, kantin, lapangan, parkiran, taman, sebentar lagi akan dipenuhi oleh anak-anak kembali. 

Awal pagi yang cerah dengan apa-apa serba baru, tak terasa waktu bergulir dengan cepat. Meninggalkan masa-masa kelas 10 yang terasa hanya sebentar dan terkesan monoton bagi Clara. 

2.

Clara dan Arin kembali duduk bersama di kelas 11 ini. Waktu kelas 10, mereka berdua juga duduk bersama. Kebetulan, dulu keduanya sekelas. Dan sekarang, keduanya sekelas lagi dan duduknya bareng lagi pula. Ke mana- mana pasti bareng terus. Mereka berdua itu diibaratkan seperti lem saja yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. 

Mereka berdua berhasil menemukan kelas barunya setelah tadi sempat mondar mandir dari lantai atas ke lantai bawah. Karena saking asyiknya ngobrol tentang liburan. 

Di dalam kelas 11 IPA 2, susana agak terasa canggung, seisi kelas tampak terdiam di bangku masing-masing. Namun suasana benar-benar riuh. Mereka ngobrol apa saja dengan teman-teman yang sudah dikenalnya, sembari menunggu wali kelas datang. 

Bu Farida menyembul dari balik pintu, akhirnya wali kelas baru mereka datang. Membuat anak-anak langsung terdiam. Atmosfer kelas menjadi hening sejenak.

Dengan senyum merekah, Bu Farida maju ke depan kelas setelah tadi sempat duduk di bangku guru sejenak. Berbincang bincang menanyakan liburan kepada siswa-siswi, kegiatan mereka selama liburan. 

***

Seorang cowok dengan rambut sedikit berantakan, dasinya kelihatan tak beraturan, serta seragamnya yang tak sepenuhnya dimasukan. Dilengkapi dengan gelang berwarna cokelat yang melingkar di pergelangan tangan kirinya, tasnya tersampir di bahunya dengan sembarang. Cowok itu berjalan menuju kelasnya dengan langkah pelan dan santai. Tidak merasa panik, padahal bel masuk sudah terdengar 20 menit yang lalu. 

Cowok itu sampai di kelas barunya. Kelas 11 IPA 2. Lalu melangkahkan kaki masuk ke dalam kelas tersebut. 

Sontak saja, seisi kelas langsung tertuju ke arahnya. Ternyata ada siswa lagi yang belum masuk. Bu Farida yang tengah berbincang di depan kelas, seketika berhenti, menggeleng kepala mendapatkan anak yang telat lebih dari 20 menit. 

Lihat selengkapnya