Lembar Tentang Galang

Muhammad Nasokha
Chapter #2

Nomor HP

Clara mengeluarkan buku dan pena dari dalam tasnya. Sedangkan Arin lebih memilih mengeluarkan cermin dan menaruhnya di atas meja. Cewek itu segera mematut diri pada cermin tersebut. Tak lama Galang dan Rafi nongol dari balik pintu, Rafi berjalan menuju bangkunya. Sedangkan Galang malah berjalan menuju ke arah bangku Clara dan Arin.

‘’Rin, tukeran bangku dulu bentar. Gue mau ada urusan sama bendahara satu nih.‘’ Ujar Galang.

Arin mendengus kesal karena merasa terganggu. Tapi cewek itu tetap bangkit berdiri sambil meraih cerminya lalu pindah di bangku Galang. 

Galang langsung menjatuhkan diri di bangku itu saat Arin sudah beranjak dari sana. Clara memutar bola matanya sesaat ke arah cowok yang sedang duduk bersamanya. Lalu kembali menatap smartphone di genggamanya.

Mau apa lagi sih ini cowok! Gumam Clara.

“Lo udah tau nama gue kan?” tanya Galang setengah berbisik.

“Iya, udah.” Balas Clara tanpa menoleh ke cowok itu. 

“Siapa?”  

“Galang,”

“Nama lengkapnya?” 

“Galang Pradipta...” Clara tidak melanjutkan kalimatnya. 

Cewek itu menaruh ponsel di atas meja. Lupa dengan nama lengkap Galang. Mencoba mengingat nama lengkap cowok di sampingnya itu ditandai dengan rahangnya yang mengeras. Galang menatap Clara dengan senyum tertahan sambil menunggu jawaban darinya. Clara lalu melirik name tag yang menempel di dada cowok itu sebelah kiri. Ada nama lengkapnya tertera di situ. 

“Galang Bangkit Pradipta, Puas?!” Ucapnya penuh penekanan, sedikit jengkel.

Galang hanya membalasnya dengan senyum tipis. 

“Kok pas waktu kelas 10, gue belum pernah lihat elo sih.” 

“Emangnya elo dulu kelas 10 apa?” 

“Sepuluh B,”

“Oh,” 

“SMA Bandar jahat, ya.” 

“Kok bisa?” Clara mengernyitkan kening.

“Karna udah nyembunyiin murid secantik kamu.”

Kedua mata Clara membulat dengan sempurna. Merasa geli udah mendapat gombalan basi banget di pagi hari! Untung saja, seisi kelas masih pada sibuk sendiri-sendiri. Tidak ada yang mendengar apa yang barusan cowok itu katakan kepada dirinya. Kalau sampai mereka mendengar, entah apa yang bakalan terjadi.

‘’Kok belum dimintain uang kas?‘’ tanya Galang mengganti topik karena merasa ngeri sudah dipelolotin oleh kedua mata Clara yang menyeramkan itu.

‘’Entar, kalau udah satu minggu, baru dimintain uang!'’ Balas Clara ketus. ‘’Lo sebaiknya mengundurkan diri aja sana jadi bendahara!‘’ Lanjut Clara.

‘’Aslinya gue juga nggak mau kalo disuruh jadi bendahara, kalo bukan karna elo yang jadi bendahara satu. Mana mungkin gue mau jadi bendahara.‘’ Jelas Galang.

‘’Atau nggak, sekalian sana, lo pindah jurusan IPS deh! lagian kok bisa sih, lo salah jurusan? Gimana ceritanya?‘’ tanya Clara dengan kedua alis bertaut.

‘’Tadinya gue mau pindah, tapi nggak jadi.‘’

‘’Kenapa?‘’ 

‘’Karna ada kamu di kelas ini,'’ sebelah alis Galang terangkat tinggi. 

Clara terdiam untuk beberapa saat. Lidahnya mendadak kelu. Sementara Bu Naning sudah masuk kelas dan menyelamatkan kekikukanya. Cowok itu pun bangkit dari duduknya setelah sebelumnya mengedipkan satu matanya sesaat ke arah Clara. Arin duduk kembali di bangkunya sendiri. Clara menarik napas panjang dan menghembuskanya dengan kasar. Sepertinya hari-hari ke depan tidak akan bisa tenang di kelas. Akan selalu mendapat gombal dari cowok salah jurusan itu. Sudah tidak heran dengan tipe -tipe cowok seperti Galang yang sepertinya suka sekali menggombal pada semua cewek. Sudah kelihatan dari tampangnya.

***

Semangkuk bakso sudah disodorkan pada Arin oleh Bu Kantin. Giliran Clara yang sedang menunggu pesanan baksonya jadi. 

‘’Mbak Roh, buatkan kopi, ya!‘’ Tahu-tahu ada suara cowok memesan kopi. Galang mendaratkan tubuh di samping Clara.  

Clara melirik sesaat ke ke Galang.

‘’Eh, Clara,‘’ ucapnya seperti baru sadar kalau ada Clara tengah duduk di situ. 

‘’Mau makan?‘’ 

‘’Iya,‘’ jawab Clara pendek, kembali membuang muka.

‘’Jangan lupa berdoa, udah tau doa sebelum makan, kan?!‘’

‘’Iya, udah.‘’

‘’Allahuma, laka sumtu...‘’ 

‘’Oalah bocah ngawur, itu doa mau buka puasa! Gini- gini Mbak Roh tau, walaupun Mbak Roh enggak sekolah!‘’ potong Mbak Roh dari dalam, sadar kalau doa yang diucapkan Galang salah.

Clara ketawa pelan sambil menangkupkan kedua telapak tanganya di mulut. Merasa geli juga dengan kejadian barusan.

‘’Yah, cuma mau ngetes mbak Roh aja, ternyata Mbak Roh masih fokus. Saya kira nggak fokus mbak, gara- gara ada cewek cantik di samping saya.‘’

‘’Mana?‘’ tanya Mbak Roh, melongok dari dalam etalase.

Clara segera menghentikan ketawanya. Ia merasa kalau dirinya lah yang dimaksud oleh Galang.

‘’Lagi nungguin pesanan mbak Roh nih, lama katanya!‘’ 

“Apaan sih Lang,” “Enggak kok Mbak.”

‘’Oh, iya cantik anaknya. Se kelas sama kamu, Lang?‘’ tanya Mbak Roh sambil masih sibuk meracik bakso pesanan Clara. 

‘’Iya, Mbak Roh, doakan saja. Semoga bisa sehati,ya!‘’ sahut Galang, sambil menaikan sebelah alisnya, menatap Clara. 

Clara tak menimpali apa-apa. 

“Dasar tukang gomball!” Sela Arin tanpa menoleh ke arah Galang. 

“Kalau suka cepat- cepat ditembak, jangan kelamaan! nanti keburu diambil orang, loh!” Lanjutnya. 

‘’Maaf ya, cah ayu. Galang anaknya memang seperti itu.‘’ Ucap mbak Roh kepada Clara sembari menyodorkan semangkuk bakso.

‘’Iya nggak pa-pa, Mbak.‘’ Balas Clara sembari menerima baksonya.

Lihat selengkapnya