Lembar Tentang Galang

Muhammad Nasokha
Chapter #3

PDKT

‘’Clara, tolong bilang sama Bu Santi, kalau kelas 11 IPA 2 belum dapat LKS Biologi, begitu, ya!‘’ Seru Bu Sari dari tempat duduknya. 

‘’Baik Bu,‘’ balas Clara agak keras dari bangkunya. Sambil mengangguk paham.

Berhubung Clara menjadi bendahara, dia lah yang bertugas mengurus LKS seisi kelas.

Clara menoleh ke Arin, tak lain dan tak bukan karena hendak mengajak untuk menemaninya mengambil LKS di perpustakaan. Seharusnya sama Galang, namun malas sekali kalau harus dengan cowok itu. Tidak niat menjadi bendahara!

Arin menggangguk paham dan hendak akan bangkit. Belum sempat Arin berdiri, dari bangku belakang seseorang menyeru. 

‘’Biar saya temani Clara, Bu. Saya bendahara dua.‘’ Ujar Galang sudah bangkit berdiri dari bangkunya.

Bu Sari yang sedang fokus pada layar ponsel, kemudian clingak clinguk mencari sumber suara. ‘’Galang! Kamu jadi bendahara?‘’ Bu Sari seperti orang yang tidak percaya kalau Galang menjadi bendahara kelas. Beliau memang baru pertama menagajar di kelas itu. Jadi belum tahu struktur organisasi kelas.

“Apa tampang- tampang seperti saya ini, tidak meyakinkan, Bu.” 

“Galang jadi bendahara tuh, karna Clara jadi bendahara satu, Bu. Biar bisa dekat terus sama Clara.” Celetuk Alma sambil cengengesan di bangkunya.

Tak ayal, seisi kelas langsung pada riuh, berdehem, sorakan cie-cie pun menyeruak, membuat Clara malu sekali.

“Oh, jadi kamu tidak jadi pindah jurusan itu, karena ada Clara di kelas ini?” seru Bu Sari, agak meledek. Ada senyum tipis di bibir guru itu.

“Eh, Tidak, Bu. Saya benar- benar ingin masuk IPA, kok.” Sahut Galang berusaha mengelak.

Tampaknya kabar Galang salah jurusan itu sudah menyerbak di kalangan guru-guru yang dulu pernah mengajar di kelas 10. Komentar dari guru-guru pun beragam. Dan mungkin alasan yang tidak masuk akal ini, sebentar lagi akan menjadi perbincangan baru. Clara sudah tak tahan dengan situasi seperti ini. Cewek itu segera melangkah kaki kelas duluan. Tak lama Galang menyusul.

‘’Lo pasti mau sekalian ke kantin, kan?‘’ tuduh Clara sambil berjalan menuju perpustakaan. 

‘’Seudzon itu nggak baik Mbak, jelas-jelas gue mau nemenin elo, takut digoda sama Pak Pujo nanti!‘’ bisiknya tepat di telinga Clara.

Clara menarik napas panjang, lalu segera berjalan duluan, meninggalkan Galang dengan senyum puasnya.

Clara langsung masuk ke dalam perustakaan begitu sampai di sana. Mendapati Bu santi, penjaga perpustakaan, tengah terpaku pada layar komputer.

‘’Bu, Saya disuruh sama Bu Sari untuk mengambil LKS biologi, soalnya kelas 11 IPA 2 belum dapat LKS Biologi.‘’ Ucap Clara.

‘’Iya, tunggu sebentar, ya.‘’ Balas Bu Santi menoleh sesaat ke arahnya, lalu kembali menatap layar komputer.

Tidak lama kemudian, Galang masuk dan berdiri di samping Clara.

‘’Kok gue ditinggal, sih!‘’ 

‘’Habisnya, lo nyebelin!‘’ balas Clara tanpa menoleh ke cowok itu.

Tidak lama Bu Santi membawa setumpuk LKS yang masih terbungkus dengan plastik. Setengahnya diberikan kepada Clara. Setengahnya lagi diberikan kepada Galang.

‘’Udah, kasihkan sama saya semua saja, Bu. Saya biasa mengangkat yang berat- berat.‘’ Ucap Galang pada Bu Santi sambil meraih setumpuk LKS.

‘’Yang berat-berat apa? Batu?'’ timpal Bu Santi sembari menuatkan kedua alisnya.

‘’Bukan, beban kehidupan!‘’ Balas Galang dengan kedua alis terangkat tinggi, Bu Santi hanya geleng-geleng kepala.

‘’Gendong Clara aja pernah, Bu. Apalagi bawa ginian, enteng!‘’ seru Galang sebelum keluar dari perpustakaan.

Sontak Clara langsung membulatkan mata, lalu segera memandang ke arah Bu Santi dengan cepat. ‘'Eh, bohong dia, Bu. Saya belum pernah digendong sama Galang. Jangan percaya, Bu!‘’ 

Bu Santi hanya geleng- geleng kepala di tempatnya, untuk kesekian kali sambil tersenyum sendiri. Keduanya lalu melanjutkan melangkah menuju ke kelas. Clara masih kesal dengan Galang karena merasa malu dengan Bu Santi tadi. Sesaat hening pun menyelimuti langkah mereka berdua saat berjalan kembali ke kelas. 

Tiba-tiba Galang menghentikan langkah dan memutar tubuh saat menjelang sampai kantin. ‘’Eh, Clar, gue mau beli makan dulu, bentar, bukunya biar gue yang bawa aja. Kalau lo mau ke kelas dulu nggak pa-pa, tapi kalau mau nunggu, juga boleh.‘’ 

‘’Ya, ampun Galang! ini kita udah ditunggu sama Bu Sari loh! Lo malah mau beli makan. Tuh kan! Bener, lo tuh sekalian mau ke kantin!‘’ Decak Clara semakin sebal.

‘’Dibilangin nggak percaya, gue tuh cuma mau beli makan, nggak makan!‘’ 

Terserah lo deh! Dumel Clara dalam hati.

***

Di sebuah warung yang tak jauh dari sekolah, asap rokok mengepul memenuhi langit-langit warung tersebut. Terlihat di dalam, beberapa anak SMA sedang duduk-duduk di bangku panjang. Ada yang sedang makan gorengan, ada pula yang sedang makan. Sementara Galang dan Budi tengah duduk di bangku luar sambil merokok. Dua gelas es teh ada di depan mereka berdua, menemaninya sembari bercerita.

“Lang, lo kesambet apa sih! Kok bisa-bisanya elo masuk IPA! Bokap lo kan udah ngerti, kalau lo dipaksa masuk IPA, otak lo bakalan meledak!” Ucap Budi sambil meneguk segelas es tehnya.  

“Sembarangan elo kalo ngomong! Gini-gini, gue mantan olimpiade fisika kali!” Galang tak terima, namun dengan nada bercanda. 

“Iya gue percaya, tingkat RT, kan?” 

“Bukan, tingkat Keluarga!” 

“Anjrit lo, serius dikit kenapa sih!”

‘’Lo kan belum cerita nih sama gue. Kok, lo tiba-tiba nggak jadi pindah jurusan tuh kenapa?” Budi sudah tak sabar ingin mendengar penjelasan dari Galang. 

Budi penasaran sekali karena waktu kelas 10, dia sudah memilih jurusan IPS bersama teman sebangkunya itu. Tapi Galang dipaksa Ayahnya untuk masuk jurusan IPA. Tapi giliran Ayahnya sudah memberikan pilihan, Galang malah tidak mau pindah! Mencurigakan!

Lihat selengkapnya