Semburat sinar pagi berhasil menembus jendela kamar, menyapa wajah Clara, ingin mengetahui kabar cewek itu hari ini. Karena tingkahnya sungguh aneh sekali pada pagi ini. Dia merasa sedikit agak gugup pula. Karena tadi malam dia jujur dengan perasaanya sendiri pada selembar kertas. Tidak seperti biasanya, Clara berlama lama mematut diri di depan cermin. Seperti ada yang masih kurang saja sedari tadi, biasanya juga dia tidak seperti itu. Rasanya, tidak siap bertemu dengan Galang di sekolah hari ini, ngobrol denganya atau sekadar melihatnya tersenyum saja, rasanya tidak siap.
Setelah mengakui bahwa dia sudah mulai suka denganya. Walaupun pengakuanya tadi malam itu tidak didengar oleh teman- teman sekelasnya, yang pasti, teman sekelasnya bakalan heboh sendiri kalau sampai tahu, dirinya suka dengan Galang. Dia belum mengakui saja, semua anak kelas sudah main mencomblangkan dirinya dengan Galang. Menuduh yang enggak-enggak tentang hubungan keduanya!
Tapi, celah lain di hatinya mendesak ingin bertemu dengan cowok itu. Setelah kejadian kemarin, membuatnya benar-benar cemas. Bagimana tidak cemas, siapa saja yang ketahuan berantem di lingkungan sekolah, pasti akan langsung kena skorsing. Walaupun masih ada kemungkinan guru tidak melihat mereka berantem. Tapi bisa saja satpam mengetahui kejadian itu atau ada anak lainya yang melihat mereka berantem, pasti akan melaporkanya ke BK. Clara buru-buru menghempas kekhawatiran yang saat ini melanda dirinya. Dia langsung bangkit berdiri dan siap berangkat sekolah.
‘’Sayang, hari ini kamu nggak usah bawa motor, ya! biar Papa yang antar kamu, udah lama sekali, Papa nggak ngantar kamu ke sekolah.‘’ Ujar Anton, sembari mengambil kunci mobil dengan balutan kaos hitam polos saat Clara baru saja keluar dari kamarnya.
‘’Papa nggak ngajar?‘’ tanya Clara.
“Papa nggak ke sekolah hari ini, soalnya nanti siang mau mendampingi anak-anak lomba OSN.”
Clara mengangguk mengerti. Lekuk sabit langsung menghiasi bibirnya. Kesempatan untuk bicara dengan Papanya di mobil.
***
‘’Pa, menurut Papa, Galang itu orangnya gimana, sih?‘’ tanya Clara menoleh ke arah Papanya.
Anton yang masih berkonsentrasi penuh menyetir mobil menoleh sesaat ke arah putrinya, sebelum senyum tipis langsung terbentuk di bibirnya. Anton langsung paham kalau putrinya sedang jatuh cinta.
“Tampan,” jawab Anton pendek.
“Ck, serius, Pa. Clara juga tau kalau Galang itu tampan.” Decak Clara.
‘’Misterius dan penuh kejutan.‘’ Tambahnya.
‘’Galang sepertinya setia, sama seperti Papa.‘’ Anton menoleh ke arahnya lagi, sebelah alisnya terangkat.
‘’Dari sikapnya, Papa suka sama dia, anaknya sopan.‘’ Lanjut Anton seperti sudah mengenal Galang lama sekali.
Anton hanya ingin memberikan penilaian yang baik-baik saja soal anak itu dan Clara pasti sedang berharap kalau yang diucapkan dirinya itu memang hal yang baik-baik saja. Tapi Anton memang setuju dengan ucapanya barusan. Bahwa, kenyataanya anak itu memang seperti itu. Anton yakin, kalau cowok kemarin masih masuk kategori anak baik-baik. Kendati demikian, beliau akan tetap selalu mengawasi sejauh mana hubungan mereka berdua.
"Tapi semua itu tergantung sama kamu, kalau kamu suka, coba terima saja. Tapi inget! jangan sampai mengganggu belajarmu, kalau sampai ketahuan Mama, terus nilaimu jelek gara-gara ketahuan punya pacar. Siap-siap aja, kamu bakal dapat ceramah sama Mama." Ucap Anton setelah diam beberapa saat.
Nerima Galang? Tunggu, Galang nggak minta gue buat jadi pacarnya, kan? Dia cuma bilang kalau dia suka sama gue? Atau dia bilang gitu, udah sekalian nembak gue? Gumam Clara.
Obrolan bersama Papa tadi sangat menguatkan hatinya. Entah bagimana dia tidak ragu untuk suka dengan Galang.
Tapi tetap saja Clara bingung, kerena alasan tadi, Galang hanya mengatakan kalau dia suka denganya.
***
Clara berjalan di lorong kelas menuju kelasnya, tiba-tiba tasnya tertarik ke belakang. Cewek itu menoleh ke belakang, mendapati Galang dengan penampilan rambut rapi disisir ke belakang. Senyum lebar menghiasi bibirnya. Memang ada yang berbeda dengan penampilan cowok itu hari ini. Padahal setiap hari melihat wajahnya, tapi kenapa dia merasa penampilan Galang kali Ini berbeda? Sudah dipastikan ada yang tidak beres dengan pikiranya!
Galang belum tau tentang perasaan dirinya kepada cowok itu. Clara tau, angin malam tidak sampai membisikan kata-katanya semalam padanya. Dia yakin itu. Seharusnya dia bersikap biasa saja. Tapi, tetap saja merasa gugup dan canggung saat ini.
‘’Selamat pagi,‘’ sapa Galang dengan senyum tipis di bibirnya.
Rasanya selamat pagi yang diucapkan oleh Galang kali ini terdengar berbeda di telinganya. Membuat suasana hatinya menjadi aneh.
‘’Pagi,‘’ jawab Clara pendek, pipinya mendadak menghangat.
‘’Gue bawain tas lo,‘’ ujarnya, seketika menarik tas yang tersampir di punggung Clara dan sekarang tasnya sudah ada di genggaman tanganya.
‘’Nggak usah, Lang!‘’ Clara langsung berusaha merebut tasnya kembali, namun Galang malah mempermainkannya, membuat muka keduanya menjadi sangat amat dekat, nyaris bersentuhan. Seketika jantung Clara berdebar-debar. Dia berharap semoga Galang tidak mendengar detakan jantungnya saja atau curiga dengan rona merah di pipinya saat ini. Clara tidak tahan dengan situasi seperti ini, melakukan hal konyol di lorong kelas lain. Sungguh memalukan sekali! Cewek itu pun bergegas menuju kelas tanpa menyampir tas di punggung. Tidak mempedulikan tas yang ada di tangan Galang saat ini. Cewek itu langsung menjatuhkan diri di bangkunya diikuti napas yang menderu begitu sudah sampai di dalam kelas.
‘’Kok lo nggak bawa tas?‘’ tanya Arin dengan kening berkerut.
“Eh...,” Clara bingung, harus menjawab apa.
Tidak lama kemudian, Galang masuk kelas dan berjalan ke arah bangkunya - langsung menaruh tas di atas meja. Seketika Arin langsung berdehem keras membuat Clara membulatkan mata dengan sempurna.
***
Atmosfer kelas sedang hening saat ini, Pak Hatani sedang duduk di bangkunya tampak mengecek sesuatu. Seisi kelas sedang berkonsentrasi penuh pada selembar kertas di atas meja masing-masing. Pak Hatani mengadakan ulangan harian secara mendadak, yang membuat mereka garuk-garuk kepala, berbisik-bisik meminta dikasih tau jawaban kepada siswa yang pintar. Bahkan kepada siswa yang tidak pintar sekalipun. Yang terpenting lembar jawabanya tidak sampai kosong. Yakin, sebagian dari mereka tidak sempat belajar malam harinya. Seketika Clara menghela berat, tadi malam sebenarnya dia hendak belajar namun gara-gara memikirkan Galang akhirnya tidak jadi belajar. Kenapa sekarang jadi kepikiran lagi? Clara buru-buru mengenyakan pikiran yang ngaco itu, langsung beralih berkonsentrasi pada lembar ulangan yang menantinya sedari tadi untuk dikerjakan.