Selama tiga hari itu, Galang tidak masuk kelas namun tetap disuruh berangkat sekolah dengan mengenakan rompi berwarna orange -tertulis siswa skorsing di belakang rompi tersebut. Selama Galang menjadi siswa skorsing, bersama Danesh dan dua anteknya yang sudah seperti lem tak pernah terpisahkan. Tentu saja, Galang tidak mau kalau harus dekat-dekat dengan mereka. Mereka pun sama. Tapi kalau waktu ada Pak Teguh lewat, mereka langsung pada pura-pura akrab tuh supaya hukumanya tidak bertambah berat. Tugasnya siswa skorsing itu disuruh membersihkan toilet, membantu guru-guru seperti membawakan laptop, buku dan barang-barang tidak penting lainya. Terus kalau di dalam kelas disuruh menyolokan kabel yang terhubung ke LCD dan disuruh menutup pintu. Kerjaanya sih nggak berat-berat amat, namun malunya itu sampai ke urat-urat.
Galang yang memang cowok suka bercanda, membuat siswa-siswi di setiap kelas yang didatanginya selalu saja membuat mereka geleng kepala melihat tingkah konyolnya. Selama Galang tidak masuk kelas, Galang selalu menyempatkan ke kelasnya ketika waktu istirahat. Hanya sekadar ingin bertemu dengan Clara, ngobrol sebentar denganya. Clara memilih bungkam pada Galang mengenai perasaanya. Ya, dengan begitu dia tidak bisa konsentrasi penuh saat belajar selama pelaksanaan Ulangan Tengah Semester.
***
Ulangan Tengah Semester sudah berlangsung selama satu minggu. Tidak terasa waktu bergulir dengan cepat, setelah satu minggu mereka dipusingkan dengan kertas-kertas soal, buku-buku materi pelajaran dan rela begadang belajar kebut semalam. Tentunya setelah itu, mereka belum bisa tenang karena masih ada remidi yang menghantui para siswa-siswi yang nilainya dibawah rata-rata.
Saat ini, Bu Farida tengah membagikan hasil UTS. Sebelum itu, Bu Farida mengumumkan hasil peringkat. Bu Farida membacakan peringkat anak-anak yang masuk dalam peringkat 10 besar. Rasanya Clara tidak siap untuk mendengarnya, namanya tidak kunjung dibacakan juga. Dia takut kalau sampai nilainya jelek karena dia tidak bisa berkonsentrasi penuh selama belajar. Clara terenyak saat Bu Farida menyebut namanya sebagai peringkat ke dua. Cewek itu terbengong sesaat lamanya. Seketika tepuk tangan langsung bergemuruh dari teman-teman sekelasnya. Clara merasa bersyukur sekali, tidak mengecewakan Mama dan Papanya. Selanjutnya pembacaan peringkat 11 sampai dengan peringkat terakhir. Diam-diam Clara menajamkan pendengarnya hanya dapat mendengar nama Galang segera disebutkan. Namun nama Galang tidak kunjung disebut- sebut juga hingga peringkat 20 besar. Clara jadi takut kalau peringkatnya sangat buruk sekali. Ketika peringkat ke-32, nama Galang baru disebutkan. Seketika semua anak kelas langsung tertawa keras. Namun tidak dengan Galang yang terus memanjatkan rasa syukur karena masih bisa mendapatkan peringkat, katanya. Clara sebenarnya kesal setengah mati dengan Galang. Nilainya di ujung tanduk, tapi cowok itu masih saja bisa bercanda seperti itu.
***
Saatnya yang ditunggu tunggu oleh siswa-siswi SMA Bandar. Setelah dipusingkan dengan ulangan tengah semester, siswa-siswi akan diberikan kesempatan satu minggu penuh, tidak menerima pelajaran di kelas. Agenda setelah ulangan tegah semester adalah classmeeting. Selama satu minggu itu akan diadakan lomba antar kelas. Diantaranya ada lomba basket, futsal, Voli, tenis meja, badminton. Lomba kali ini, didominasi oleh olahraga. Karena sekaligus pihak sekolah akan menyeleksi pemenang untuk nantinya akan diikutkan Popda.
Kelas 11 IPA 2 langsung mengatur siapa saja yang akan mengikuti lomba. Saat Alma memasukan nama Galang di daftar pemain sebagai tim basket. Galang langsung protes, tidak mau ikut basket. Ingin diikutkan lomba lainya saja. Alma bersikeras memasukan Galang, karena Galang satu- satunya anak yang jago main basket di kelas itu. Hingga akhirnya Alma mengalah karena Galang terus mengelak dan sudah capek kalau harus berdebat denganya terus. Kenapa Galang ngotot nggak mau ikut basket? Gue lihat waktu itu dia main basket, kata Arin juga, dia dulu tim basket SMA. Gumam Clara.
Tiba-tiba Budi nongol dari ambang pintu, cowok itu memanggil Galang dari sana. Clara memutuskan untuk bertanya mengenai hal itu kepada Budi. Dia pun buru- buru mengajak Budi pergi dari sana. Galang yang mencoba bertanya, tidak diindahkan oleh Clara. Budi dengan kedipan sebelah mata seakan memberitahu kalau ada hal yang penting, Galang pun mengalah.
‘’Bud, kenapa, ya. Kok Galang kaya nggak mau tanding basket lagi sih? dia nggak mau ikut lomba basket! gue pingin dia ikut popda, nilainya jelek banget, setidaknya kalau dia menang dan ikut popda, dia punya kelebihan dan punya prestasi.’’ Ujar Clara. Clara dan Budi saat ini sedang duduk di teras mushola.
Budi berfikir sejenak, lalu berkata.‘’Dulu, dia itu tim basket SMA ini, Clar. Tapi semenjak ada masalah sama Danesh, Galang milih keluar, itu semua gara- gara Danesh! Emang sialan tuh anak! SMA kita telah mengeluarkan pemain basket yang handal. Bujuk dia, Clar, supaya Galang mau main basket lagi. Kalau dibujuk sama gue, nggak bakalan mempan, mempanya dibujuk sama pacar.‘’ Jelas Budi dengan sebelah alisnya terangkat.
Clara tersenyum tipis dan berkata.‘’Gue coba, deh, Bud. Doakan ya, semoga Galang mau.‘’
“Eh, tapi gue sama Galang belum pacaran, kok!” Lanjutnya berusaha mengelak.
“Lo tenang aja, Galang bukan tipe cowok yang modusin cewek, kok. Apalagi sampai mau gantungin perasaan, tunggu aja sampai Galang nyatain perasaan ke elo!” Balas Budi, kedua alisnya kembali terangkat tinggi.
Clara terkesiap. Cewek itu terdiam untuk beberapa saat.
“Rahasia dong, tunggu aja, kalau waktunya udah tepat, dia bakal nyatain perasaan sama lo, yang terpenting buat sekarang, lo harus bujuk dia biar dia ikut basket lagi.”
Clara mangguk-mangguk, walaupun sebenarnya kepo sekali dengan apa yang Budi bilang barusan. Keduanya pun kembali berjalan menuju kelas. Galang sudah pergi bersama Budi. Sementara Clara langsung meminta kertas daftar pemain yang mengikuti lomba- lomba yang kebetulan ada di tangan Dito. Dia langsung menuliskan nama Galang di sana. Sempat dia merasa takut, kalau Galang nanti akan marah-marah kalau tau dia akan ikut lomba basket. Takut kalau dia malah kabur.
Clara menghela napas dalam dan menghembuskanya dengan kasar, bahwa yang dia lakukan ini sudahlah benar. Sangat disayangkan potensi Galang yang disia-siakan begitu saja!
Sepulang sekolah, Clara menghampiri bangku Galang.
‘’Lang, gue boleh nebeng elo nggak? Soalnya hari ini gue nggak bawa motor.‘’ Ujar Clara dengan nada hati-hati.
‘’Hah? Apa!‘’ Galang pura-pura tidak mendenngar apa yang barusan Clara katakan.
‘’Gue nggak salah denger,‘’ lanjutnya lagi.
‘’Nggak!‘’ Jawab Clara menekankan. ‘’Sebelum gue berubah pikiran, nih.‘’
‘’Eh, jangan dongg. Yaudah, yuk kita pulang sekarang!‘’ Cegahnya sudah bangkit dari bangku. Ada senyum tipis yang tercetak di bibirnya.
Ini pertama kalinya, Clara berjalan bersama Galang menuju parkiran. Banyak sorot mata yang terus memperhatikan keduanya. Clara menjadi agak risih dengan itu. Karena Meta ada di ujung sana bersama teman- temanya - sedang memperhatikan keduanya dengan pandangan tak suka. Di ujung sana pula, ada Danesh bersama teman- temanya tengah asik mengobrol. Untung saja motor Galang terparkir di dekat Gerbang. Sehingga keduanya tidak perlu untuk berjalan ke sana.
***
‘’Gue banyak yang remedi,‘’ ucap Galang sambil membusungkan dada.
Mereka berdua tengah duduk berhadap-hadapan dengan ditemani makanan ringan dan minuman. Clara meminta Galang untuk mampir ke kafe dulu, ada hal yang harus dibicarakan.
‘’Salah siapa coba disuruh belajar juga nggak mau.‘’ Balas Clara dengan ketus.
Galang meringis.
‘’Tiba-tiba minta dianter pulang? Ada apa, nih.‘’ Ujar Galang, menggoda, sebenarnya dia senang sekali tiba-tiba Clara minta dianter pulang seperti tadi. Soalnya selama ini selalu saja dengan paksaan.
‘’Ada sesuatu yang perlu kita bicarakan!'’ Jawab Clara menatap wajah Galang dengan lekat.
‘’Nah! Pasti ada udang dibalik batu.‘’ Galang membenarkan posisi duduk.
‘’Biarin,''
Clara lalu menjulurkan tangan ke dalam tas, mengambil sesuatu dari dalam sana. Mengeluarkan selembar kertas dan menyodorkanya kepada Galang. Cowok itu membacanya dengan tatapan bingung.
‘’Duh!‘’ Galang mengernyit, menopang pelipis setelah selesai membaca selembar kertas itu.
‘’Gue kan udah bilang, Clar. Gue nggak mau ikut basket!‘’ Desis Galang kemudian.
‘’Takut sama Danesh? ’’ sergah Clara.
‘’Cuih.. takut! buat apa gue takut sama Dia!‘’ Bantahnya nggak terima.
‘’Ya, trus?!‘’