Clara bersama Arin sedang berjalan menuju parkiran untuk mengambil motor mereka di sana. Suara deru motor anak lain sudah mulai meninggalkan parkiran. Tapi ada pula yang masih berlama-lama ngobrol di parkiran dengan duduk-duduk di atas motor.
“Sayang!” seru Galang dari atas motor saat Clara dan Arin sedang berjalan di dekatnya.
Arin yang mendengar panggilan itu dari mulut Galang langsung melirik ke arah Galang. Dia sudah menduga kalau dua anak ini tidak mau diganggu dan dirinya hanya akan merusak moment saja. Arin pun langsung meninggalkan mereka berdua.
Clara yang masih melotot tajam ke arah Galang tak pelak langsung melorotkan bahu, karena ditinggal Arin.
“Clara,” panggil Galang kemudian.
“Iya,” jawab Clara pendek.
“Ikut gue!” Galang langsung memundurkan motornya, seakan ucapanya barusan itu tidak bisa dibantah dan tidak memberikan kesempatan kepada cewek itu untuk dapat menolaknya.
“Ke mana?” Tanya Clara.
“Ke rumah gue,” Galang sudah menghidupkan mesin motor.
“Nggak mau!” Jawab Clara sambil menggeleng kepala.
‘’Gue nggak bisa pasang polaroidnya,” ucapnya mencari alasan sekenanya.
“Gue mau kenalin seseorang sama elo di rumah. Buruan naik!” Lanjut Galang.
Clara terpaksa ikut dengan Galang karena dia di posisi yang amat tidak menguntungkan. Di belakangnya, motor anak lainya sudah berbaris sambil menyembunyikan klakson dengan tidak sabaran. Seakan menyuruh cepat jalan karena motor Galang menghalangi mereka. Clara akhirnya naik ke atas boncengan dengan terpaksa.
***
‘’Nah, ini rumah kita, eh salah, maksudnya rumah, gue. Eh, bukan juga, rumah Ayah maksudnya.‘’ Ujar Galang sambil menaruh helm di spion, seraya meringis.
Terserah lo deh! mau rumah tetangga lo, juga nggak pa-pa. Keluh Clara dalam hati.
Galang terkikik lalu mengajak Clara untuk masuk ke dalam rumah. Sementara Clara mengekor di belakang Galang sambil memandang berkeliling.
‘’Silahkan duduk,‘’ Galang mempersilahkan Clara begitu keduanya sudah di ruang tamu. Clara pun menjatuhkan diri di sofa.
‘’Mau minum apa, Mbak Clara?’’ Lanjut Galang sambil menjatuhkan tubuh ke sofa.
‘’Nggak usah, Lang.‘’
‘’Nggak pa-pa, biar Bibi buatin, apa mau dibuatin sama gue?‘’ Galang nyengir sambil menarik tubuh dari sandaran sofa.
‘’Beneran, nggak usah.’’
‘’Yaudah, gue mau ke dalam dulu, bentar.‘’ Galang bangkit dari sofa dan berjalan masuk ke dalam.
Galang mengecek Fardan di kamarnya. Tapi adiknya itu tidak ada di dalam. Dia lalu mengecek ke dapur dan kebetulan Bi Sari sedang memasak di sana. Galang bertanya kepada Bi Sari. Katanya Fardan sedang bermain. Galang kembali berjalan ke kamarnya untuk berganti baju.
Sementara Clara masih duduk di sofa dengan perasaan senang karena bisa berada di rumah Galang. Tiba-tiba dari balik pintu, ada anak laki- laki kecil, sekitar berumur 8 tahun, masuk ke dalam rumah itu. Pandanganya tertuju kepada Clara yang sedang duduk di sofa saat ini. Clara pun tersenyum ke arah anak kecil itu.
‘’Pacarnya Kakak?‘’ tanya anak laki-laki itu dengan nada polosnya.
‘’Kamu adiknya Galang?‘’ Clara balik bertanya.
Keterlaluan banget, sih, bisa-bisanya adiknya langsung nebak kalau gue pacarnya. Guman Clara.
Anak itu mengangguk, lalu nyelonong masuk ke dalam. Tidak lama kemudian Galang nongol kembali dengan mengenakan kaus putih dan celana SMA masih menempel di tubuhnya. Cowok itu lalu mendarat di sofa.
‘’Lo punya adik?‘’ tanya Clara.
‘’Udah ketemu?‘’
‘’Iya, barusan,‘’