Lembar Tentang Galang

Muhammad Nasokha
Chapter #14

Galau

Di hari sabtu yang cerah itu, suasana sekolah sedang disibukan dengan bersih-bersih kelas dan halaman sekitarnya. Ada yang menyapu, mengepel, mengelap kaca, menata bangku. Kegiatan bersih-bersih itu dilakukan untuk menyongsong Ulangan Akhir Semester hari senin depan. Di kelas 11 IPA 2, sebagian anak laki- laki hilang entah kemana. Hanya tersisa Dito dan dua temanya. Anak cowok paling males kalau sudah menyangkut hal beginian, mereka mendadak menghilang seperti di telan bumi. Kalau sudah selesai, baru mereka kembali ke kelas dengan wajah tanpa dosa. Secara otomatis anak cewek akan langsung marah-marah sendiri. Sedang anak cowok hanya bisa meringis. Kalau ada wali kelas datang, mereka akan langsung berpura-membersihkan kelas.

Setelah kelas sudah enak dipandang, tidak membuat sakit mata. Kini secara serempak anak cewek menjatuhkan diri dengan duduk- duduk di depan kelas. Berbincang- bincang di sana sembari menunggu wali kelas datang untuk memberikan kartu ujian. Clara dan teman- temanya memilih membaca materi yang akan diujikan pada hari senin. Dari balik lorong, Galang nongol bersama Rafi dengan keringat membasahi seluruh seragamnya. Kakinya menginjak lantai seenaknya yang sudah bersih dan membuat lantai seketika terdapat bekas kotoran sepatu di sana. Seketika anak cewek langsung menjerit histeris. Alma langsung bangkit berdiri dan berhambur dengan menenteng tas -menggebuk gebukan punggung Galang dan Rafi. Pelototan tajam dari anak cewek pun langsung menyerang mereka berdua. Udah capek-capek ngepel sampai bersih begitu, tapi ujung-ujung kotor lagi!

Alma menyuruh mereka berdua untuk segera mengepel kembali. Clara yang duduk diantara anak cewek hanya menggeleng kepala, lebih memilih melanjutkan membaca buku -tidak mempedulikan sifat kekanakan Galang itu. Galang segera meraih alat pel dengan malas dan langsung mengepel lantai, sesekali melirik ke arah Alma dan langsung disambut pelototan tajam oleh sang ketua kelas itu. Karena kalau tidak diawasi begitu, mereka berdua bisa-bisa kabur dan tidak mau bertanggung jawab.

“Semprotin di sini, Fi!” perintah Galang tanpa menoleh ke cowok itu, untuk menyemprotkan pewangi ke lantai yang ditaruh di botol hasil karya tangan mungil anak cewek. 

Rafi segera menyemprotkan pewangi dari dalam botol ke lantai yang diminta oleh Galang. Namun tidak sengaja mengenai seragam Galang.

“Kena seragam gue nyet!” seru Galang sambil berdecak kesal.

“Maaf-maaf, gue nggak sengaja,” balas Rafi meringis. 

Entah sengaja atau tidak, Rafi terus menyemprot-nyemprotkan botol itu -dijadikan mainan, karena dirinya tidak melakukan apa-apa, menunggu giliranya mengepel setelah Galang. Galang yang sedang mengepel dengan malas, tiba-tiba saja kakinya terpeleset karena menginjak pewangi lantai yang kental itu dan tubuhnya langsung terjerembab di lantai.  

Tak ayal, semua anak langsung mendongak karena mendengar seseorang terjatuh dan langsung tertawa secara bersamaan. Galang terduduk di lantai, tanganya menahan pantat yang terasa sakit, mukanya benar-benar kasihan sekali. Dia berusaha bangkit berdiri dengan dibantu Rafi. Tak lama anak cowok lainya datang lagi, Galang langsung melemparkan alat pel ke salah satu mereka. 

“Gas elpiji, lo ngepel dong, gantian! Nggak tau dari pagi gue ngepel sampe encok begini!”

“Alah palingan juga lo barusan dateng, kan?” tuduh Bagas, ada seringai tipis di ujung bibir sambil tetap meraih alat pel.

Suara anak cewek yang seperti koor dengan kompak langsung menyuruh anak cowok yang baru saja datang itu dan segera menyuruh mengepel. Walaupun sebenarnya lantai sudah bersih. Tetapi mereka tidak mau tahu, pokoknya anak cowok harus mengepel! 

***

Clara melangkahkan kaki di lorong kelas namun tiba-tiba seseorang meraih tas-nya. Secara otomatis dia berhenti dan menoleh ke belakang. Galang sudah ada di belakangnya dengan senyum manis -tas tersampir di bahunya dengan sembarang.

‘’Gue mau belajar sama lo,‘’ ucap Galang.

Apa gue nggak salah denger, biasanya juga kalau disuruh belajar, susahnya minta ampun. Gumam Clara.

‘’Beneran? Yaudah, yuk, mau belajar di mana?‘’ tanya Clara.

Dengan begitu, Clara juga bisa sekalian belajar. Karena hari masih agak pagi, jam masih menunjukan pukul 10.00. Siswa-siswi dipulangkan lebih awal, dengan harapan mereka bisa mempersiapkan UAS dengan baik.

Rahang Galang mengeras, lalu berkata. ‘’Di kantin?‘’ 

‘’Nggak bakalan konsen, yang ada nanti lo malah jajan lagi.‘’ Jawab Clara sekenanya.

‘’Kalau di lapangan?‘’ 

‘’Pasti nanti lo malah main basket!‘’ 

“Di hati kamu aja, gimana?” Lanjut Galang meringis.

Clara menatap tajam ke arah Galang, tampak menghela napas dan berkata. “Kalau di hati gue, nggak bakalan muat!” 

“Muat kok, buktinya kamu ada di hatiku.” Balas Galang sambil bersandar pada dinding.

Udah, Lang, udah, cukup deh, gombalnya! Keluh Clara.

‘’Di rooftop, aja, gimana? Serius, nih!’’ Lanjut Galang, menarik tubuh dari sandaran tembok dengan cepat.

“Beneran?”

Galang mengangguk. 

Clara berfikir sejenak, di sana memang asik tempatnya, apalagi buat belajar. Dengan begitu, angin pagi yang belum terasa panas itu akan membuat suasana belajar menjadi asyik. Clara pun setuju. Dan benar, angin langsung menerpa wajah mereka berdua saat keduanya tiba di rooftoop, pohon-pohon tampak sedang berlenggak-lenggok di bawah sana.

Galang berjalan pelan menepi tanpa mengajak Clara dan berdiri mematung di tepi sana. Tak lama Clara menyusul, tadinya dia ingin menghardik cowok itu. Sebenarnya mau belajar apa mau main- main, sih? Namun urung, karena mendapati sorot kedua mata Galang yang sendu. Tanganya mengepal lemas, tatapanya sedang menatap lurus ke depan. 

‘’Are u okay?‘’ Tanya Clara saat sudah di dekat Galang.

Galang agak kaget, langsung menoleh ke arah Clara, seperti lupa bahwa dia tidak sendirian di tempat itu. Air mukanya mendadak berubah.

‘’Gue jadi ingat Ibu, Clar!‘’ jawabnya setelah diam beberapa saat.

Lihat selengkapnya