Lembar Usang Berkisah

Dwimarta
Chapter #10

Terjebak

Badar adalah salah satu sesepuh di desa ini. Beberapa kali Bima ke air terjun itu tak pernah ada masalah. Tapi, kali ini, beda!


Tiba-tiba hujan turun sangat lebat. Bima langsung merengkuh pundak Alana sambil terus berlari. Jaketnya dilepas untuk menutupi kepala mereka berdua. Derasnya air yang turun menghujam mata. Pedih. Tak ada cara lain selain mencari tempat untuk berteduh. Apalagi pandangan mereka tertutup oleh derasnya air hujan. Ia mengajak Alana masuk ke dalam rimbunan semak yang membentuk seperti gua, yang berada di bawah pohon besar. “Ayo, sini, Al."


Di bawah rimbunan semak dedaunan yang menjalar, ternyata cukup membantu menahan derasnya hujan, meski tubuh tetap basah. Dalam posisi duduk, jaket tetap ditaruh di atas kepala mereka. Tak lama, Alana mulai menggigil kedinginan.


“Apakah kau pernah mengalami seperti ini?” tanya Alana dengan bibir bergetar.


Bima menoleh ke wajah yang kini nampak pucat. Ingin rasanya jujur mengatakan jika baru kali ini ia mengalami kejadian tak mengenakkan di dalam hutan ini. Tapi dirinya tak ingin membuat Alana takut. “Pernah,” jawabnya datar.


Kilat dan guntur tiba-tiba menggelegar! Jujur, Bima sangat khawatir. Belum pernah seumur hidupnya mengalami cuaca seburuk ini di dalam hutan Emas karena selalu baik-baik saja naik bukit dengan kakeknya.


"Wuuusssh!" Tiba-tiba angin berhembus sangat kencang. “Bruuuukk!” Suara seperti pohon tumbang mengejutkan mereka berdua. Sejauh mata memandang, suasana terlihat sangat gelap dan hujan masih turun dengan derasnya. Tak ada yang memulai untuk bercakap. Mereka hanya bisa melafalkan doa dalam hati agar cuaca buruk segera reda.


Tiba-tiba aroma bunga kenanga tercium sangat tajam. Tanpa sadar, Alana mempererat pegangan tangannya ke lengan Bima. Matanya terpejam, wajahnya bersandar di dada lelaki yang juga terasa dingin. Dirinya tak peduli. Kali ini, ia benar-benar takut.


Bima berusaha menahan kecemasannya. Batinnya terus berdoa. Dan membangun keyakinan bahwa mereka akan selamat dari hutan. Tangannya merengkuh pundak Alana. Berjam-jam mereka terjebak di dalam rimbunan semak. Mata dan tubuh mereka sangat lelah. Rasa lapar tak lagi terasa. Keinginan mereka hanya satu. Segera keluar dari bukit Emas!


Berdua sama-sama menahan mata yang mulai mengantuk. Suasana mencekam tak memberikan sedetik pun waktu untuk terlena. Tubuh Alana terasa semakin dingin. Bima merasakan tubuh perempuan itu mulai menggigil. “Al?”


Lihat selengkapnya