Lembayung Senja

Setya Kholipah
Chapter #15

Ungkapan

Jingga berlari antusias menuju bangku yang dipenuhi oleh sekerumpulan anggota paskibra yang duduk dengan tawa menggelegar memenuhi kantin, membuat suasana ribut dan ramai. 

“HALO!” Jingga berteriak nyaring mengagetkan mereka semua. Ia merentangkan tangan meskipun tidak ada yang berniat membalas pelukannya. “AKU DATANG WARGAKU!” 

Jingga tidak memedulikan tatapan aneh seisi kantin dan paskibra lainnya. 

Jingga terlalu bahagia.

“Oh, jadi ini cewek yang nikung kamu dari Reyhan, Din?” sindir Olip, melirik Jingga sinis. 

“Lip, kamu ini nggak ada kerjaan kah selain cari masalah?” bela Husen. 

“Pergi aja, banyak anggota yang bela dia. Dasar ganjen,” ucap Adin.  

“Nggak ada kerjaan emang selain bon-bonin orang,” teriak Abip. “Untung aja dia cewek.” 

“Udah, jangan kelai, ngeladenin dia nggak ada gunanya,” lerai Jingga, berpura-pura tidak ada yang terjadi. 

“Ganggu aja. Btw, kamu mau ngomong apa tadi, Ji?” tanya Husen.  

“Ada deh, kepo,” ucap Jingga santai. Membuat sahabatnya penasaran adalah kesukaannya. 

“Kamu waras, kan?” 

Pertanyaan Abip membuat semangat Jingga mendadak lenyap bak ditelan malam setelah menghilangkan indahnya senja. Jingga duduk dengan badmood. “Mboh!” 

“Dasar bocah ambekan,” ejek Husen.

Dua orang itu sekarang menjadi sangat menyebalkan. 

“Eh marah betulan.” Abip mendadak panik dan berdiri mengipasi Jingga. “Jangan nangis, Ji.” 

“Alay, deh.” 

“Bip, lo dikatain alay,” ujar Salwa dengan tawa kecil. 

“Kenapa kamu bahagia banget?” tanya Rayan dengan penasaran. 

“JADI ... “ Abip dan Husen tampak melotot saat Jingga menggantungkan kalimat. “AKU NGIBAR DI SEKOLAH TAHUN INI!” 

Hening.

Jingga tersenyum kikuk melihat reaksi temannya yang masih melongo. “Kalian nggak senang?” 

“Kamu dipilih?” 

Jingga mengangguk mantap.

“AKHIRNYA! HUUUUU MANTAP!” Abip dan Husen kompak berteriak nyaring membuat kantin seketika gaduh. 

“Heh ribut!” teriak Zara membuat dua cowok tampan itu bungkam. 

“Ji, kamu beneran nggak prank kita, kan?” tanya Salwa memastikan. 

Jingga menggeleng dengan senyum ceria. “Enggak, dong.” 

“Selamat, ya.” 

“Akhirnya kita berlima bisa ngibar bareng tahun ini. Masih terharu aku aduh mau nangis.” Abip mendramatis dengan mengusap pipinya seolah air matanya jatuh. 

Plak!

Husen memukul bahu Abip gemas. “Sumpah alay banget sih temanku. Geli. Ew!” Husen bergidik ngeri melihat Abip. 

“Iri bilang bos!” 

Alhamdulillah. Aku senang banget dengernya,” ucap Rayan dengan binar mata tulus bahagia yang terkelip indah. Membuat Jingga terkesima sesaat. 

MasyaAllah,” gumam Jingga pelan sembari memandang Rayan. Tiba-tiba Jingga membelalak terkejut ketika sadar apa yang Jingga ucapkan. "Astaghfirullah."

“Bahagia banget kalian, aku nggak ngibar.” Husen memandang sedih. 

“Tahun ini beda. Walaupun nggak semuanya ngibar, intinya sama-sama jadi petugas upacara. Itu aja cukup, bos!” ucap Abip bangga. 

“Akhirnya nggak sia-sia perjuanganmu, Ji,” ucap Rayan tulus. 

Jingga menarik napas dalam lalu mengembuskannya perlahan. Ia harus ingat. Ada batasan dalam menyukai seseorang. Jangan berlebihan kalau naksir orang, Ji. Jingga membatin dengan kalimat motivasi untuk diri sendiri. 

Setan itu terlalu kuat menghasut pikiran pikirannya. Membuat Jingga sulit untuk mengelak bahwa ia terus memikirkan orang yang disukai. 

“Jadi kapan kamu mulai bisa latihan?” tanya Zara. 

“Siang ini kata Bang Fadil.” 

Jingga tidak bisa menyembunyikan senyum yang terus terpancar dari wajahnya. Benar-benar sebahagia ini. Setidaknya ini menjadi alasan Jingga tersenyum setelah melewati pahitnya kesedihan karena kehilangan.

“Formasinya diubah, nggak?” tanya Salwa. 

Jingga baru menyadarinya. “Eh iya? Kan ada penambahan satu orang pasti diubah, dong?” 

“Enggak. Untuk formasi tetap seperti awal, nggak ada diubah sama sekali,” jawab Rayan. 

Jingga hanya ber-oh ria.

“Kita harus ganti profil grup kita ber-enam dengan foto baru, tentunya pakai baju petugas. Mantap, bos!” 

Jingga menjentikkan jari. “Setuju.” 

Jingga beruntung memiliki geng LASKAR yang selalu ada saat susah maupun senang. Meskipun Jingga menyukai salah satu dari mereka yang membuatnya terkadang canggung dan gugup. Tetapi tidak membuat persahabatannya luntur.

Hanya dengan kalimat tegas serta sikap biasa saja mampu menyembunyikan perasaannya.  

Beruntung ada Abip dan Husen yang mampu mengenyahkan perasaan canggung, adanya Abip dan Husen yang mewarnai grup. Zara dengan watak judesnya selalu ada membantunya. Kepolosan Salwa yang membuat siapa pun terkadang kesal dengannya. Dan Rayan dengan sifat dingin tampak membuat cowok itu memiliki kepribadian misterius, tak lupa, ia terlalu irit bicara dan pendiam. Sekali bicara, pasti mengandung makna.  

Selain itu, perdebatan ringan Abip dan Salwa yang menyinari persahabatan mereka. 

****

Ponsel Jingga menyala dengan nama Reyhan terpampang melalui layar home. Jingga membukanya dan tampak foto dirinya di lapangan yang tengah duduk dengan teman-temannya membuat Jingga mencari-cari keberadaan cowok itu. 

Ternyata dia berada di lantai dua dekat kelasnya. Reyhan melambaikan tangannya, kemudian Jingga membalasnya singkat.

“Ehem!” Suara Husen mengusik, menghentikan pergerakan tangan Jingga. “Reyhan lagi.”  

Reyhan : Akhirnya kamu terpilih lagi. 

Lihat selengkapnya