Lembayung Senja

Setya Kholipah
Chapter #19

Menceritakan

LASKAR (5)

Husen : Bip, bubarin dulu

Husen : Apa yang mau dipertahanin ini bro?

Abip : B U B A R 

Abip mengeluarkan Rayan

Abip mengeluarkan Salwa

Abip mengeluarkan Anda

Melihat dirinya yang dikeluarkan dari grup, Jingga hanya mampu menghela napas pasrah. Ia berada di posisi serba salah. Mungkin dengan dibubarkannya grup ini membuat mereka bisa bahagia. Walaupun itu bukan sebuah jaminan. 

Jingga menangis dalam diam sembari memeluk bonekanha. Persahabatan selama tiga tahun sekarang sudah hancur. Persahabatan yang sudah dibangun karena pertemuan yang menyebalkan sekarang tinggal kenangan. 

Dengan pakaian putih serta sepatu pentofel. Usai pengibaran bendera sang merah putih, anggota paskibra lantas berkumpul dengan teman-teman lainnya untuk foto bersama. Topi hitam dengan lambang garuda sisi kanan. 

“Eh pegang sarung tanganku dong.” Abip melemparnya ke arah Jingga. “Layar sentuhku nggak ngerespon kalau aku pakai sarung tangan,” cengirnya. 

“Ya.” Jingga berdesis sebal. 

Abip meminta salah satu adik kelas untuk memotret mereka berenam. Jingga yang paling pendek di sini lantas berada di tengah-tengah antara Zara dan Salwa sembari menekuk kaki agar tiga orang laki-laki di belakangnya tidak tertutupi. Sementara Rayan berada tepat di belakangnya.

Kemudian pose kedua berbaris dengan tangan hormat dan menampilkan ekspresi judes. 

“Tiga.” 

Tiba-tiba blitz menyala. 

“Makasih, Re,” ucap Abip. Ia meraih ponselnya kembali. “Kantin coy. Ditraktir Rayan.” 

“Nah iya, Rayan paling baik di sini.” Husen ikut menimpali. 

“Tajir sendiri ‘kan si Rayan.” Salwa pun mengompori. 

“Heh sembarangan aja,” celetuk Rayan. “Tapi semoga aja jadi pengusaha aku.” 

“Kamu ‘kan habis dapat THR paling banyak di antara kita. Nah—“ 

“Iya-iya aku traktir.” Akhirnya Rayan pasrah melihat kelakuan temannya. 

Sampai di kantin. Jingga menunjuk bangku kosong sebanyak tujuh biji. 

“Eh! Kita ‘kan sudah kelas sembilan. Mau kemana lulus dari SMP?” tanya Husen sembari mengangkat salah satu kakinya di kursi. 

Jingga mengedikkan bahu. “Aku ngikut pilihan Ibu.” 

“Mau sekolah bareng, nggak?” tanya Husen. “Aku bingung sekolah dimana.” 

“Aku SMK Martadinatha. Soalnya di sana bagus jurusan RPL, mau jadi hacker aku.” Tiba-tiba Abip datang menjawab pertanyaan Husen. 

“Kupingmu tajam juga, Bip,” puji Husen dan mengambil sepiring gado-gado dari tangan kanan Abip. “Kamu dimana, Wa?” 

“Aku mau lanjutin bisnis Mama. Kemungkinan masuk perkantoran di SMK. Tapi masih bimbang mau SMK mana, belum dapat pilihan yang pas.” 

“SMK Martadinatha aja, akreditas sudah A dan tentunya bagus, dong.” Abip berujar bangga. 

“Aku bingung, intinya aku masuk Jurusan MM," kata Husen. 

“MM?” 

“Multimedia. Gitu aja nggak tahu.” 

Zara menatap kesal. “Lagian, dari awal nggak ada yang nanyain kamu.” 

"Kalau aku Jurusan Akuntansi. Rekomendasi dari Bunda karena nilai matematikaku bagus terus,” ucap Zara. 

Rayan menjawab dengan enteng, “Kakakku Jurusan Akuntansi kebanyakan nganalisis. Nggak ada hubungannya sama metik, katanya dia.” 

“Kalau pilihan orang tua, aku yakin itu yang terbaik, sih.” 

“Kalau kalian pada SMK. Mending kita semua SMK Martadinatha aja, sekolah favorit. Mantap deh pokoknya, keluargaku lulusan sana dapat kerjanya gampang.”

“Kalau masalah dapat kerja, lihat nilai. Sekarang yang dilihat nilai, mau dia nyontek atau enggak, intinya nilai yang dilihat,” ucap Salwa, perkataan yang benar sesuai yang pernah saudaranya alami.

“Iya, sih, bener juga.” 

“Btw, bagus juga idenya Abip, satu SMK supaya komunikasi kita tetap terjalin. Sekalian nih kita satu ekskul lagi,” ucap Husen antusias. 

“Di sana ada jurusan apa aja?” 

“Banyak, setahuku ada TKJ, RPL, Multimedia, Akuntansi, Pemasaran, Perkantoran. Itu aja deh kayaknya.” 

Salwa tersenyum manis. “Ayo-ayo aja aku, tuh.” 

“Ayo sudah, supaya kita bisa kayak gini lagi. Terus kita satu ekskul dan sama-sama ngibar bendera. Uh pasti menyenangkan,” ucap Zara. “Bayanginnya aja udah keren banget.” 

“Terus persahabatan kita sampai kuliah. Pasti seru. Satu kuliahan lagi.” 

Abip memberikan jempol tepat di depan wajah Husen. “Otak cerdas. Jangan stuck kuliah, sampai anak cucu, dong."

"Aamiin." Geng LASKAR mengaminkan.

"Jadi gimana?” tanya Abip lagi.

“Kayaknya aku SMK Martadinatha aja, Jurusan TKJ,” gumam Rayan.  

Semenjak itu, Jingga memilih untuk masuk SMK Martadinatha, tepatnya di Jurusan Akuntansi.  Sekarang, keinginannya terkabul satu SMK meskipun berbeda-beda jurusan. Hanya Jingga dan Zara yang mengambil jurusan sama. 

Mengambil Jurusan Akuntansi sebenarnya bukan kesalahan besar mengingat ia pandai matematika. Meskipun setelah itu hubungan akuntansi dan matematika cukup jauh. 

Kling

Orlin : HEYO WATZAB GAES! 

Orlin : Apa kabar? 

Orlin : Sebentar lagi kita ngibar bro walau beda tempat. Btw, aku diam-diam megang HP loh ini

Orlin : Lama banget nggak ketemu pasti kamu kangen aku aowkwkwk

Orlin : Ngaku! 

Jingga : Semangat juga oy

Orlin : Kamu masih marah?

Jingga : Enggak. Tanggal 22 Jingga lomba juga di Samarinda. Kuy bisa nih ketemu

Orlin : Aku baliknya aja nggak tahu kapan. Nanti aku kabari lagi

Jingga hanya mengirimkan stiker jempol kemudian menutup ponselnya kembali. Ia menatap kaca lemari dan mendekatkan wajahnya ke depan cermin. “Lumayan nggak merah lagi mataku.” 

Jingga menghela napas.

Orlin. Cewek itu, sahabatnya yang selalu ada saat Jingga susah dan senang. Mungkin terlalu sebentar Jingga berteman karena baru satu tahun ia mengenal Orlin, namun ia sudah dekat layaknya teman lama. 

Sementara Zara, dulu ia sangat dekat dengan Zara. Kemana pun selalu berdua hingga banyak yang mengatakan keduanya kembar. Keraguan muncul saat Jingga tahu rahasia Zara. Jingga tidak tahu siapa yang bersalah. Tetapi egonya terlalu tinggi untuk berkata maaf. Bahkan untuk menyalahkan David rasanya juga tidak berhak karena cowok itu tidak tahu apa-apa. 

Tetapi, bukankah bermusuhan lebih dari tiga hari tidak boleh? Mungkin Jingga akan meminta maaf, meskipun semuanya tidak mungkin kembali utuh. 

****

“Nih, kesukaan kamu.” Reyhan menyodorkan jus coklat. 

“Makasih.” Jingga menyeruputnya. 

Lihat selengkapnya