Lemon of 10 Days

Shenita Sora
Chapter #32

ありがた迷惑 (arigata meiwaku) : an unwelcome favor

Sekar

Lift berdenting lagi tanda sudah tiba di lantai tujuan. Butuh beberapa detik bagi kami untuk bergerak keluar dari lift. Itu pun dengan langkah berat. Ini bukan aku yang ke-GR-an, ya. Sungguh. Aku bisa merasakan kaki Juna-san berjalan lambat sampai kami berada di depan pintu kamarku.

Tetap dengan kondisi debaran jantung tak terkontrol, aku berusaha sekuat hati mendongak ke wajahnya.

"Juna-san?" Suaraku serak. Begini ya rasanya salah tingkah di depan subjeknya langsung?

Dia menoleh, senyumnya terkulum. "Jya, oyasumi."

Tangan kami akhirnya saling melepas tautan satu sama lain. Sebelum dia berbalik badan, Juna-san mengangguk dengan senyum lebih lebar. Aku mematung, serius memandangi tubuh terbalut sweater abu-abunya bergerak menjauh menuju kamarnya. Sedetik kemudian, cepat kuketuk pintu kamar dengan gerakan memburu.

"Teh Ella? Teh? Teteeeh!" panggilku tak sabar setelah tiga kali ketukan pintu belum juga terbuka.

"Astaga, hih!" Teh Ella muncul dengan wajah senewen.

"Makasih, Teteh Cantik." Aku mengedipkan satu mata, lalu langsung menyerobot masuk.

"Udah nggak balik-balik. Sekalinya dateng, gedor pintu udah kayak lihat setan."

"Air, mana air? Botol air minumku di mana, ya, Teh?"

Kalang kabut kucari keberadaan Tupperware Ibu yang kubawa ke sini itu. Di atas meja, kasur, ransel, di balik bantal. Bahaya kalau sampai hilang.

"Kok nggak ada, ya?"

"Nggak kamu bawa ke hall tadi?"

Aku terdiam, tak lama kututup wajahku gemas. Iya, tadi kubawa karena persiapan kalau kehausan waktu latihan Poco-Poco. Pasti tertinggal saat buru-buru mengejar lift tadi. Aduh, kenapa ada aja, sih?

"Yah, gimana ini, Teh? Temenin ke bawah, yuk."

Meski sudah muka ngantuk, Teh Ella Yang Baik Hati tetap rela kuseret ke lobi demi menanyakan ke staf receptionist perihal botol keramat milik Ibu itu. Kemarin dompet, gelang, sekarang Tupperware. Besok apa lagi, Kar? Mbok ya kalau teledor itu jangan diborong semua.

Untungnya benda itu memang sudah diamankan staf hotel. Setelah menyebutkan ciri-cirinya, Tupperware berwarna kuning muda itu pun kembali ke tanganku. Nyawaku selamat.

Ketika sedang menunggu lift kembali ke kamar, aku melihat seorang laki-laki memakai sweater berwarna abu-abu duduk di sofa lobi. Bersandar dengan mata terpejam. Kedua tangannya terlipat di atas dada.

"Kenapa, Kar?" tanya Teh Ella paham aku sedang memperhatikan hal lain. Berbarengan dengan itu, pintu lift terbuka. Secepatnya juga kutarik lengan Teh Ella supaya segera masuk ke dalam.

"Nggak apa-apa, Teh."

🍋

Mata fokus level dewa. Kening berkerut-kerut lapis tiga. Jempol dan telunjuk sibuk zoom in-zoom out layar ponsel. Bibir terlipat rapat.

Lihat selengkapnya