Lemon of 10 Days

Shenita Sora
Chapter #36

忍び泣く(shinobi naku) : silent tears

Juna

"Kata Mama, Abang nggak pernah mau buka album foto ini lagi sejak setahun Kak Lasya nggak ada. Padahal dengan melihat foto-foto kalian, bisa memuaskan rasa rindu."

"Mama cuma khawatir Abang belum bisa ikhlas. Kasihan Kak Lasya kalau Abang begini terus. Sudah berapa tahun lewat, Bang?"

"Abang selalu kabur kalau berbicara tentang Kak Lasya."

"Album fotonya ada di meja! Jangan dibuang!"

Kalimat-kalimat Minami berdengung di telinga begitu album foto yang dia bawa waktu itu kuletakkan di atas meja kerja semalam di apartemen, setelah kusimpan di lemari sejak kedatangannya. Aku sampai nggak berniat berganti pakaian dulu, semuanya terasa mendesak.

Ikhlas. Apa itu ikhlas?

Bertahun-tahun berkutat dengan masalah yang sama, dan masih belum ada jawaban yang pas.

"Ikhlas itu kalau kita udah nggak ngerasa sedih lagi, Bro. Bukan melupakan, ya. It's totally different. Bokap, nyokap, gue nggak akan pernah bisa lupa tentang Lasya. Nggak mungkin, ya, kan? Tapi, kami sudah ikhlas. Melanjutkan hidup lagi." Itu jawaban dari Wahyu, sewaktu pernah kutanya bagaimana cara dia mengikhlaskan adik satu-satunya itu.

"Ikhlas, Bang. Aku yakin Kak Lasya nggak mau lihat Abang sedih terus, murung terus," kata Minami mencoba tabah karena abangnya mungkin terlihat sangat putus asa.

"Mama tahu kamu sayang sekali sama Lasya. Mama juga yakin Lasya pun begitu ke kamu. Dari itu, ikhlas, ya, Nak. Jalani lagi hidupmu dengan baik." Nasihat dari Mama.

"Atau perlu kamu kerja di Jakarta dulu, Jun? Biar bisa dekat dengan Keluarga Lasya? Biar lebih mudah ikhlasnya." Papa mencarikan solusi.

Nyatanya teman, abang, dan anak mereka ini masih tampak seperti orang kehilangan arah. Aku nggak tahu harus bagaimana. Kalau yang dimaksud menjalani hidup dengan lebih baik itu adalah memulai pertemanan dengan orang baru, sudah. Jelas sudah. Aku sekolah, kuliah, kerja. Bukan pengangguran. Bukan juga penduduk anti sosial. Bertemu banyak orang baru. Berkenalan, lalu menjadi teman.

Masih belum cukup? Jadi apa dan bagaimana ikhlas yang dimau orang-orang itu?

"Saya mau mengikhlaskan Lasya. Saya mau mulai dari awal sama kamu. Boleh?"

Sekarang aku justru kehilangan kendali di depan Sekar. Tubuhnya kupeluk, seperti takut dia juga akan menghilang sama seperti Lasya. Pergi tanpa bisa kutemui lagi.

Aroma citrus dari parfum yang perempuan ini pakai, seketika menyelimuti indera penciumanku. Terasa menenangkan. Terasa melegakan. Sekaligus muncul rasa takut kehilangan lagi.

"Juna-san?" Tangannya menyentuh punggungku. Tanpa malu dengan sentuhan sekecil itu, aku tergugu di dekapannya.

"Saya nggak mau kehilangan orang yang sayang lagi."

Persetan dengan benar-tidaknya reinkarnasi. Kembalikan semua rahasia dan misteri itu pada Tuhan. Aku sekarang sudah pasrah. Melepas semua yang kutahan-tahan. Kerinduan yang memuncak. Ketakutan yang menyesakkan.

"Saya ...."

Lihat selengkapnya