Lemon

Dinasaurus
Chapter #2

4 - Bukan Keluarga Impian

"Gue pulang," ujar Andrian, singkat, padat dan amat dingin.

Cowok itu berjalan keluar kompleks rumah Ana. Dengan kaus hitam serta jins dengan warna serupa yang sobek pada bagian lututnya itu membuat Andrian lekas menghilang di balik gelapnya malam.

Ana belum berbalik dan masuk ke rumahnya. Cewek itu masih menatap Andrian yang semakin terlihat samar ditelan gelap.

"Kak!" Nino berlari ke luar pagar, menghampiri Ana yang masih berdiri di sana, dengan mata yang sembap.

"Kak kok baru pulang? Habis dari mana? Kak Mama kok nggak mau keluar kamar? Papa mana?" Pertanyaan Nino itu membuat pelipis Ana terasa nyeri. Hatinya seolah tersayat lagi.

Tidak berniat menjawab pertanyaan sang adik, Ana menggandeng lengan Nino untuk masuk ke dalam rumah.

"Sini, duduk." Ana menyuruh sang adik duduk di sofa ruang tamu, dan dirinya langsung duduk di hadapan Nino.

Nino menurut saja, walau ekspresi wajahnya sangat terlihat jelas bahwa pemuda itu sedang kebingungan.

"Nino, dengerin Kakak, lelaki bernama Dion, bukan Papa kita lagi. Lupakan dia, hilangkan dia dalam semua memori kamu." Ana menatap lekat adiknya, dengan mata yang memerah dan hati terbakar.

Ana tahu, apa yang ia bicarakan pada adiknya ini salah. Sejahat apapun seorang ayah dia tetaplah seorang ayah. Tidak baik jika dia berkata seperti itu. Tetapi, kali ini saja, malam ini saja Ana larut dengan kesedihannya.

"Apa sih, Kak?! Lo jangan ngaco deh! Anj--" Nino menghentikan kalimatnya. Nyaris saja ia berkata kasar pada sang kakak.

Melihat ekspresi wajah Ana yang tampak kacau membuat Nino mencoba memendam rasa penasarannya. Ia ingin Ana tenang dulu baru dirinya kembali bertanya atau bahkan dari lubuk hatinya yang paling dalam Nino sudah menduga sesuatu namun ia takut jika dugaan tersebut benar.

"Mama masih belum keluar kamar?" tanya Ana pada Nino yang sedari tadi diam.

Nino hanya menggelengkan kepala sebagai jawaban dari pertanyaan Kakaknya.

Belum sempat Ana berdiri dan berniat untuk menghampiri kamar Mamanya, ia dikejutkan oleh sang mama yang sudah rapi dengan piyamanya.

"Kalian belum tidur? Ini sudah malam. Ayo tidur, Nino, kamu besok sekolah. Ana, besok telat kuliahnya lho, kamu besok masuk pagi, kan?" tanya Mama dengan senyum yang bahkan mencapai matanya yang sembap itu.

Ana terlihat bingung. Ekspresi Mamanya seolah benar-benar tidak pernah terjadi sesuatu, walau mata yang sembap tidak bisa berbohong.

"Ma, kok dari tadi Nino panggilin nggak mau keluar sih? Nino kan khawatir!" Nino memeluk Rina, Mamanya. Pemuda kelas satu SMP itu masih sangat manja.

Rina membalas pelukan Nino, tak terasa air mata kembali membanjiri pipinya. Hingga ia tersengguk di pelukan putranya.

Lihat selengkapnya