"Nggak." Ana menjawab Andrian sangat dingin. Dia benar-benar ingin sendiri hari ini.
Cewek itu kemudian berlalu. Meninggalkan cowok dengan pakaian serba hitam dan gitar kesayangannya sedang tersenyum getir.
Ana menghentikan langkahnya, kemudian berbalik dan sudah tidak mendapati Andrian di depan kelasnya.
Sejenak Ana terheran.
Kenapa dia nggak ngikutin gue?
Ah tidak. Tidak. Ana tidak sedang berharap sekarang. Dia hanya heran cowok bertampang fuckboy itu tidak memaksa seperti di drama-drama atau novel-novel yang ia baca selama ini.
Korban drama.
Ana lalu melanjutkan langkahnya, berniat ingin pergi dari kampus ini. Ah, sial, cewek itu tidak membawa motor sendiri yang mana jika ingin pergi dari kampus, dirinya harus jalan kaki, naik bus, metromini, atau angkot.
Langkahnya terhenti saat melihat Andrian sedang duduk di bawah pohon beringin.
"Iya nih, gue lagi duduk santai, bolos kuliah, sambil menghirup udara segar dari pohon kesayangan ini," ujar Andrian yang terlihat berbicara pada ponselnya sambil sesekali menyesap rokok di tangannya.
Ana menatap layar ponselnya yang terdapat sebuah notifikasi andrian.farel sedang melakukan siaran langsung.
Gadis itu lalu bergidik ngeri.
Dasar cowok aneh.
Ana kemudian menghela napas dan memasukkan ponselnya ke dalam totebag. Merapikan kuciran rambutnya, dan bersiap melanjutkan niatnya meninggalkan kampus.
Dengan kondisi dirinya yang tidak membawa motor, Ana memutuskan bolos di kafe depan kampus. Violeta Cake and Coffee langganannya.
"Es Cappuccino satu, Yo!" ujar Ana yang berbicara pada Rio, barista dan pemilik kafe itu.
"Lo nggak ada kelas?"
"Bolos, hehe. Sama cheese cake deh satu," ujar Ana yang melirik beberapa kue yang tersusun rapi di dalam wadah kaca.
Pemuda itu segera meracik kopi sedangkan pelayan lain menyiapkan kue.
"Tunggu di sana aja, Ana ...." Rio berdecak sebal melihat Ana yang masih saja berdiri di depan meja kaca.