"Lo orang yang tadi pagi ngerampas HP gue kan?"
_____________________
Waktu terasa begitu cepat hari ini. Tidak butuh waktu lama untuk saling mengenal satu persatu teman kelasnya. Secara, Rafa adalah anak yang mudah bergaul dengan siapa saja.
"Lo pulang dijemput?" Tanya Manda sambil memasukkan buku bersampul merah jambu ke dalam ranselnya.
"Iya." Desis Rafa singkat.
Wajah Manda langsung menoleh sigap, "Sama siapa? Pacar? Lo udah punya pacar atau gebetan? Siapa? Udah berapa lama? Sekolah di sini? Pasti ganteng!" Cerocos Manda dalam satu tarikan napas tanpa jeda.
Ni anak lancar amat ngomongnya. Ngidam apaan ya emaknya? Cepet amat?! Pikir Rafa sambil menahan sesak napas melihat teman sebangkunya berbicara seperti itu.
Kok gue yang sesak nafas ya? Rafa mengelus dadanya, berusaha mengatur napas.
"Rafa! Lo gak budek kan?" Manda menepuk lengan kiri Rafa.
"Enak aja, gue masih denger kok! Gue belom pernah pacaran." Ujar Rafa spontan.
Gadis berambut hitam berombak itu menyilangkan kedua tangan di dada. "Terus, siapa yang jemput? Bokap? Nyokap?" Kini nada bicara Manda terdengar lebih serius.
"Angkot." Rafa menutup resleting tasnya.
Tidak ada hujan ataupun badai, seketika raut wajah Manda berubah 180°.
"Selera lo sopir angkot, Raf?" Selidik Manda. Kilatan matanya membuat Rafa semakin tersudut.
Rafa berjengit kaget saat kalimat itu mengenai membran timpaninya, melewati bagian telinga lainnya, lalu kemudian dicerna oleh otaknya. "Ya ampun, lo kira-kira dong kalo ngomong! Gak mungkinlah! Maksud gue, gue itu pulangnya naik angkot. Ngerti?" Rafa tersenyum, memastikan lawan bicaranya paham dengan apa yang ia sampaikan.
Manda mengangguk mantap. "Gue paham, lo pulang naik angkot kan?" kemudian tertawa terbahak-bahak seolah baru saja menyadari kebodohannya sedaritadi.
"That's right!" Rafa menjentikkan jarinya. Connect juga, batin Rafa bahagia.
"Angkotnya pacar lo yang sopir angkot itu kan?" Timpal Manda sukses membuat Rafa sesak napas.
Ternyata ni anak gak paham juga, keluh Rafa sambil menggaruk kepalanya yang sama sekali tidak gatal.
"Gue buru-buru, duluan ya!" Pamit Rafa. Segera ia keluar kelas meninggalkan teman sebangkunya itu. Ia tak ingin melanjutkan pembicaraan simple, yang jika dijabarkan akan menyita banyak emosi.
Rafa berjalan menuju gerbang sambil tetap terfokus pada layar ponselnya. Seketika ingatan tentang orang aneh tadi pagi membuatnya berhenti dan memutar haluan, kembali ke lingkungan sekolah, tepatnya area parkir. Dilihatnya motor sport merah yang sama masih terparkir di sana bersama jajaran motor lainnya. Ia berniat untuk menemui pemilik motor itu.
Satu persatu motor yang terparkir di sana pergi. Tak terkecuali si merah. Sudah hampir satu jam Rafa berdiri di dekat parkiran seperti orang tolol namun pemiliknya tidak juga datang.
Lelah menunggu, membuatnya mengurungkan niat untuk bertemu dengan pemilik si merah.