Mentari berada di puncak tengah memancarkan sinarnya yang terik. Tampak sebuah rumah yang cukup mewah, bersama beberapa pohon menghiasi dan kicauan burung terdengar merdu. Udaranya pun begitu sejuk layaknya di pedesaan. Diikuti dengan Nastabala yang indah.
Aziera Nurul Fadilah. Ya, itulah namanya. Anak gadis dari seorang Guru pemilik rumah tersebut. Terlihat ia sedang membaca sebuah novel sambil rebahan di kamarnya.
"Ah... Seru banget novel ini", seru Aziera. "Andai gw punya kehidupan kek gini, pasti gw bahagia", pikirnya sambil memandangi langit kamarnya. Dengan mata yang berbinar berharap bisa menjadi kenyataan. Dan membiarkan rambut panjangnya terurai berantakan.
Beberapa saat ketika ia tengah memandangi langit-langit kamarnya. Tiba-tiba ia teringat sosok seorang wanita yang sangat berharga dalam hidupnya. Tanpa permisi air mata Aziera memburai begitu saja. Membasahi pipi yang lembut laksana sutra, serta memiliki lesung yang khas.
Aziera teringat masa lalu yang begitu kelam. Dimana sang Ibunda tercinta telah lebih dahulu menghadap sang pencipta. Mau tidak mau Aziera harus kehilangan seseorang yang paling berharga dalam hidupnya. Walaupun terkadang batin Aziera menangis merindukan sosok wanita yang pernah mengandung dan melahirkannya.
Perlahan tangannya mengusap air mata yang telah membasahi pipinya. Aziera bangkit dan beranjak dari tempat tidurnya. Langkah demi langkah ia gerakkan menuju jendela. Aziera membuka sedikit demi sedikit tirai yang menutupi keindahan luar. Masih tersimpan jelas diingatan Aziera, detik-detik terkahir sang Ibunda menghembuskan nafas terakhirnya.
Tak lama kemudian, terdengar "Srrttt....", suara pintu kamar yang dibuka.
Seketika pandangan Aziera teralihkan. Ia langsung melirik ke arah datangnya suara itu. Terlihat bi Ana tengah berdiri agak membungkuk di samping pintu.
"Non, sudah waktunya makan siang" Ucap bi Ana.
Aziera langsung melirik jam tangannya "Oh ya bi, udah waktunya. Nanti aku nyusul" Ucap Aziera. "Baik Non" Jawab bi Ana sambil menutup kembali pintu kamar Aziera.
Aziera pun bangun dari rebahan. Lalu merapikan tempat tidur yang cukup berantakan. Kemudian ia bergegas dari kamarnya menuju ruang makan rumahnya.