Aya melempar ransel ke lantai begitu saja. Ia masih terlalu lelah untuk hanya sekadar meletakkan tas gendong itu ke tempatnya. Baru saja melakukan perjalanan menggunakan kereta ekonomi dari Jakarta ke Jogja cukup membuat Aya merasa ngantuk luar biasa. Jujur saja, gadis berusia 20 tahun dengan mata lebar dan bulu mata lentik itu paling tidak bisa tidur di kendaraan. Tidur pun masih sanggup mendengar decitan roda kereta saat masinis sedikit memperlambat kendaraan yang mengular di setiap pemberhentian stasiun. Belum lagi bila oa harus duduk di berjejeran dengan penumpang paruh baya yang semakin membuatnya sungkan untuk sekadar memejam.
Andai ini bukan karena mengingat ia ada ujian besok siang, Aya masih ingin berlama-lama di rumah bersama ibu dan ayah. Sayangnya, hampir tidak ada waktu untuk bersantai bagi mahasiswi kedokteran yang terkenal rajin macam Aya. Untuk kali ini saja, gadis itu meminta waktu barang 30 menit sebelum azan salat Asar terdengar. Perlahan mata itu mulai tertutup. Suara detik jam di dinding kamar di kontrakan yang dihuni 5 mahasiswi semakin meninabobokan Aya.
"Aya!"
Oh, tidak! Aya melenguh. Siapa lagi orang yang akan mengganggu istirahatnya? Suara ketukan pintu terdengar berikut suara panggilan kembali. Aya bangkit, membenarkan posisi jilban instannya yang berantakan. Dengan langkah sedikit gontai ia meraih kenop pintu. Dengan malas ia menyandarkan kepala pada daun pintu yang baru dibuka.
"Assalamualaikum," ucap Aya sedikit ketus sebagai sindiran pada teman satu kontrakannya.
Rona—gadis berkacamata tebal dengan pipi tembam—nyengir. Ia paham bagaimana lelahnya Aya setelah perjalanan jauh. Dan lagi, Rona lupa mengucapkan salam pada gadis yang terkenal taat itu. "Waalaikumsalam, Cantik!" pujinya sebagai bahan permohonan maaf.
Aya tersenyum geli. "Ada apa?" tanyanya.
"Oh, ada tamu di teras. Nyariin kamu katanya," terang Rona dengan bahu mengedik saat kening Aya berkerut.
Hampir 2 tahun bersama, seisi kontrakan paham Aya bukan tipe orang yang rajin menerima tamu keculi ayah ibunya. Itu pun hanya 3 bulan sekali bila Asiyah rindu berat pada Aya.
"Buruan samperin. Cantik orangnya," kekeh Rona.
Aya berdecak sambil berlalu.
Rona mengerucutkan bibir. "Terima kasih," sindirnya.
Aya terkikik sembari menoleh dan menepuk kening karena lupa berterima kasih.
**
Wanita dengan dress chongsam modern berwarna putih di teras sebuah rumah tampak gelisah. Sepertinya ia sedikit tegang. Beberapa kali terlihat ia menggosok kedua telapak tangan yang mendingin. Ia juga sempat meraba french twist bergaya klasik pada rambutnya. Ia juga sempat merapikan dress bagian bawah yang meramping mengikuti lekuk tubuh. Wanita itu baru saja akan berdeham seraya menyentuh leher dengan kerah tinggi berkancing sanghai, seketika gadis berjilbab itu muncul.
Ia tersenyum kaku. Namun, bisa dirasakannya ekspresi terkejut gadis berbalut kulot lebar itu. Mata lebarnya semakin lebar.